Chapter. 52

121K 7.2K 168
                                    

Selamat membaca...

Nafiza tersenyum saat melihat Azka dan ketiga malaikatnya yang sedang membereskan pakaian yang akan di bawa pulang. Hari ini, hari Nafiza akan keluar dari rumah sakit setelah beberapa hari ia di rawat.

Banyak hal yang terjadi beberapa hari belakangan ini setelah kedatangan Amel di ruang rawatnya dan ancaman Azka pada Amel.

Azka tidak berbohong dengan ancamannya pada Amel dulu. ia mengungkapkan kebohongan Amel selama ini.

Azka membongkar semuanya dari keluarga Amel yang memanfaatkan kepercayaan Aryaja--Opa Azka. terjadinya perceraian antara Fahri dan Amel. Bangkrutnya keluarga Amel dan masuknya Amel dan orangtuanya di sel tahanan karena tuntutan dari keluarga Nafiza dan Azka.

Nafiza sebenarnya tidak ingin membawa masalahnya ke jalur hukum, Namun keluarganya serta Azka. Suaminya. Tetap keras kepala menuntut Amel karena perbuatannya keluarga Baskara tidak bisa merasakan moment Nafiza hamil sama seperti Azka yang tak bisa merasakan hal yang sama.

"Bunda nanti kita hadir di pesta om Vin?" Tanya Alvaro yang kini mentapanya penuh tanya.

"Iya" jawab Nafiza.

Yah... tak terasa beberapa hari berlalu kini Sudah menjelang hari pernikahan Antara Kevin dan Alifa. Keluarga Azka kini sedang di sibukkan oleh persiapan acara yang hanya akan di laksanakan di Mansion orangtua Azka dan Kevin.

"Nafi" sebuah panggilan lembut dari Azka membuat Nafiza menatapnya.

"Ayo" ajak Azka.

Azka mendorong kursi roda milik Nafiza sebenarnya Nafiza sudah baik baik saja, tapi Azka tetap menyuruh Nafiza untuk duduk di kursi roda dengan alasan Nafiza tidak kelelahan. apa yang harus Ia lakukan? Membantahpun tidak bisa, karena apa yang sudah di putuskan Azka tidak bisa di bantahkan. Keras kepala. Itula Azka Aldhinan Athala.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran Nafiza serta Azka di isi oleh dengan keributan kecil dari si kembar, Alvaro yang suka usil pada Alvira membuat Alvira kesal dan berteriak membuat mereka menjadi pusat perhatian oleh beberapa perawat dan lainnya.

Ada yang ingin menegur si kembar Namun ketika melihat dengan siapa Si kembar Sekarang mereka mengurung niatnya. Takut. Yah takut Akan Aura Azka di tambah wajahnya yang datar membuat mereka enggan mendekat dan menegur.

Anehnya Aura yang mereka rasakan tak seperti yang di rasakan Nafiza Dan ketiga Anaknya, mereka merasa biasa biasa saja, malah nyaman akan adanya Azka.

Azka membukakan pintu mobil untuk Nafizah dengan segera dia menggendong Nafiza duduk di kursi depan sedangkan ketiga Anaknya duduk di kursi belakang dengan posisi Alvira yang duduk di antara Arka dan Alvaro.

Setelah memastikan Nafiza duduk dengan nyaman serta memastikan ketiga Anaknya sudah duduk di dalam mobilnya Azka segera masuk kedalam mobilnya duduk di kursi depan stir.

Selama perjalanan hanya di isi oleh dengan kesunyian. Nafiza yang duduk menatap kearah depan dan ketiga Anak Azka yang diam.

Azka menatap kaca spion yang di depannya ia menatap ketiga Anaknya ternyata  sudah tertidur pantas saja tidak ada suara teriakkan Alvira. Arka dan Alvaro yang menyenderkan kepanya di jendela mobil sedangkan Alvira tidur menyandarkan kepalanya di bahu Arka.

Azka tersenyum kecil melihat ketiga Anaknya mata Azka berahli pada istrinya tangan satu Azka terulur mengelus rambut Nafiza membuat Nafiza menatapnya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Azka.

"Tidak Ada" jawab Nafiza.

"Lalu kenapa diam dari tadi?"

"Tidak Apa apa, Nafi cuman merasa lelah,"

Dear Nafiza (Proses Revisi/terbit)Kde žijí příběhy. Začni objevovat