3-

41.5K 2.1K 51
                                    

"Sampe rumah temuin Kakak di atap."

Ucapan Rei masih terngiang di kepala Kay, belum lagi tatapan Sam yang biasanya hangat sudah berubah menjadi tatapan tajam dengan mimik wajah blank-face khas Sammuel Walton. Belum lagi tatapan dingin dari Aresh, dan tatapan datar dari kembaran nya sendiri. Bahkan sekarang, didalam mobil, sangat hening meskipun diluar deru kendaraan saling bersahutan, tapi tetap saja rasanya mencekam! Lebih mencekam dari nonton film Horror di bioskop, juga lebih dingin.

"Kak, dia beneran bukan siapa-siapa, kok," gumam Kay lirih.

Krik.

Tidak ada yang menjawab, Rei fokus dengan kegiatan menyetir nya. Aresh fokus dengan gadget nya, Sam fokus dengan game nya, dan Key ia hanya diam seribu bahasa mengikuti Kakak nya yang lain, dasar labil!

Kay mendengkus, keempat saudaranya sudah tidak bisa di ajak kompromi, setelah ini pasti ada sidang. Tapi, bukannya Key bilang ini baru siaga satu untuk pemantauan, tapi kenapa sampai seperti ini? Siaga satu macam apa?!

Apa karena... Tadi mereka melihat Kay berbicara dengan cowok itu? Gak mungkin! Eh, atau bisa saja, kan? Mengingat keempat saudaranya yang bisa melakukan ini itu dengan mudah. Kenapa harus seperti ini? Kay saja tidak mengetahui siapa nama Kakak cowok basket itu. Nyebelin!

[•][•][•]

"Ma, kami pulang," ucap Rei sedikit berteriak seraya membuka pintu.

"Iya! Mau langsung makan gak anak-anak?" tanya Reina hangat.

"Nggak, mau ada sidang, Ma!" sahut Sam.

"Mama!" pekik Kay berlari mendekati Reina yang tengah duduk santai di sofa, tapi sebelum Kay memeluk wanita yang sudah mengurusnya selama 16 tahun itu Key lebih dulu memeluk Kay, menahan tubuhnya lalu menyeret nya keatas untuk naik keatap.

"Mama!" teriak Kay dramatis.

"Ayo!" Sam kini mengambil alih dan menggendong Kay menaiki tangga.

"Oppa!! Turunin!" rengek Kay sambil terus memukuli punggung Sam.

Tapi Sam- cowok beriris biru itu tetap naik tangga dengan ekspresi yang masih sama, blank-face.

Reina menggeleng melihat sikap anak-anak nya dan hanya memijit pelipis nya karena pening.

"Dasar anak-anak."

[•][•][•]

Atap Kediaman Walton.

Kay di dudukan di sebuah bangku putih dengan rangkaian bunga imitasi di pegangan nya, angin berhembus membelai rambut nya yang tergerai, berbarengan dengan panas matahari yang tidak seterik di sekolah, karena hari mulai menjelang sore. Kay menelan salivanya berkali-kali, melihat Kakak nya yang sudah berjejer didepan nya. Satu hal yang lupa di jelaskan, sebelum para Kakak nya meng-introgasi teman cowok Kay, pasti Kay akan lebih dulu ditanyai, meski tanpa pentungan dan juga pertanyaan aneh. Tapi bedanya sekarang, Kay sama sekali tidak mengenal siapa Kakak cowok basket itu, ia baru melihatnya tadi pagi, dan sekarang ia berakhir diatap rumah dengan keempat saudara nya yang memang o-ver-pro-tec-tive.

"Siapa dia?" tanya Rei dengan suara nya yang tiba-tiba berubah menjadi sedikit besar.

"Kay gak kenal dia, Kak!" seru Kay.

"Bohong," tuduh Aresh.

"Enggak Kak! Beneran," bela Kay.

"Hwaiting!" seru Key yang langsung dihujam tatapan tajam dari Rei, Aresh dan Sam. Key hanya terkekeh, lalu menundukan kepalanya.

"Namanya Marvel Nicholas , anak kelas XI- IPS 2. Anak basket, satu team sama gue, nggak ada yang spesial dari dia, cuma dia jago banget dibidang olahraga, gue gak pernah tau riwayat per-cewek-an dia, tapi gue bisa kepoin dia dari sekarang, masalahnya, dia rada tertutup, jadi gue takut kalo dia Psycopath," papar Sam pada semuanya dengan mimik muka serius.

BROTHERS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang