35

13.6K 661 26
                                    

Rival membiarkan udara dingin membelai dirinya, fikiran nya lagi-lagi berkelana seolah tidak betah untuk menetap ditempat nya bersarang. Iris coklat pekat nya menatap lurus kedepan, memandangi gedung-gedung tinggi dari spot terbaik apartemen nya. Lampu-lampu yang mulai dinyalakan saat gelap tiba terlihat seperti bintang dari atas balkon apartemen milik nya.

Rival masih melamun, terbawa arus oleh kenangan lalu dan rasa penyesalan tak berujung.

Cerita Rei tadi, berhasil membuat dirinya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa menyesali perbuatan nya yang salah mengambil langkah.

"Gue harus apa sekarang?"

Tanyanya pada diri sendiri, karena ia benar-benar ingin meminta maaf dan juga tidak mau melepas Kay untuk yang kedua kalinya.


[•][•][•]


"Gue tau, kalo kenangan buruk itu bikin lo sakit. Tapi, gue mau lo damai sama diri lo sendiri, Kay. Gue gak mau liat lo kaya gini lagi gara-gara hal itu, gue gak minta lo buat lupain dia karena dia juga pernah bikin lo bahagia. Dia temen lo dari kecil, kan?"

Marvel menggenggam tangan Kay erat, memberi kekuatan untuk gadis yang sedang rapuh itu.

"Tapi tetep aja, Kak. Akhirnya dia khiantin aku."

Marvel tersenyum singkat, lalu mengusap kepala Kay dengan lembut dan hati-hati. Membuat Kay merasakan desiran aneh dan menimbulkan rona diwajahnya.

"Kay, masa lalu itu ga boleh dilupain, tapi bukan berarti harus terus diinget. Ngerti kan, maksud gue?"

Kay menatap manik coklat yang senantiasa teduh itu, ucapan Marvel langsung menyangkut dalam ingatan nya. Marvel ada benarnya, selama ini ia memang belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan membiarkan dirinya di liputi rasa sakit yang ditimbulkan oleh kenangan itu dan rasa benci yang selalu meluap setiap kali mengingatnya.

Padahal, kuncinya hanya satu, berdamai dengan diri sendiri dan mulai memaafkan. Memang benar kata Marvel, kenagan masa lalu nya tidak harus ia lupakan tapi bukan berarti harus terus diingat.

"Thanks, Kak." ucap Kay pelan, gadis itu lalu memeluk Marvel sela beberapa detik.
Tanpa sadar, Marvel menahan nafas nya. Ini pertama kalinya ia dipeluk oleh perempuan selain Mamanya dan rasanya seperti jantung nya akan meledak dan berubah menjadi kepingan.

Kay mengerjap untuk mengembalikan kesadaran, ia langsung menjauh dengan cepat dan meletakan tangan nya dibelakang punggung seperti telah melakukan kesalahan.

"Fuuuh..." Marvel menghembuskan napas nya kuat. Pipinya terasa terbakar, dadanya terus berdebar cepat.

Bukan hanya Marvel, Kay tidak kalah malu setelah melakukan hal tadi dan itu membuatnya ingin menghilang sekarang juga.

"Ekhem, jadi sekarang gimana?" Tanya Marvel.

"A-apanya?"

"Lo mau kan damai sama diri lo? Gue cuma ga mau liat lo kaya gini lagi, sakit." Ujar Marvel, ia menatap caramel milik Kay cukup lama.

"Iya, aku mau coba."


[•][•][•]


Kay meregangkan tubuhnya, ia sudah siap berolahraga hari ini. Disisinya, Aluna sedang melakukan hal yang sama yaitu melakukan peregangan sebelum Pa Rio, guru olahraga mereka datang.

Sedang siswi lain memilih untuk duduk ditempat yang teduh dengan alasan panas dan tidak mau bedak mereka luntur.

"Hey! Cepetan pemanasan semuanya. Pak Rio bakal dateng telat jadi dia suruh kita buat pemanasan dulu."

BROTHERS [COMPLETED]Where stories live. Discover now