32

13.9K 725 10
                                    

BGM, The Truth Untold - BTS

_______

Malam itu, setelah pulang dari rumah Aluna.

Kay mendudukan dirinya diatas dipan jendela kamarnya yang langsung menyuguhkan pemandangan malam yang ada diluar. Gadis itu melamun, banyak yang ia fikirkan.

Yang hanya ia lakukan saat ini adalah satu, melamun dan tetap diam.

Tak lama, suara kecil yang terdengar jatuh menghangtam atap rumahnya lama kelamaan terdengar lebih keras. Hujan kini sedang turun membasahi Bandung.

Gadis itu menghela nafas, hujan, malam hari, semakin memperkuat ingatan nya pada hari itu. Ingatan yang sudah lama Kay kubur, ingatan yang awal nya hanya terlihat samar kini tergambar jelas didalam kepalanya dan terus terputar.

Tes

Sebulir air mulai menetes di pipi Kay, gadis itu menenggelamkan wajah diantara kedua lututnya.

"Kakak..." Gadis itu mulai menangis, rasanya sakit. Setelah mengingat semuanya, semuanya tambah menyakitkan.

"Sekarang Kay paham," lirih nya disela isakan nya yang semakin keras dan menyatu selaras dengan suara hujan diluar.

"Itu karena gue kasian sama lo. Sebenernya gue gak bener-bener cinta sama lo, Kay. Gue cuma kasian, dan karena kita temen dari dulu."

Kay menutup kedua telinga nya, suara lelaki itu terasa nyata mengiang di kepalanya. Ingatan yang benar-benar menyebalkan, rasanya mengingat hal itu membuat Kay ditarik ke masa lalu dan itu membuat nya seperti hancur kembali.

"Iya, dia temen aku. Gak sengaja ketemu tadi."

Ia masih ingat dengan jelas bagaimana wajah lelaki bernama Rival itu mengatakan hal tersebut, sangat ringan tapi bagi Kay itu kata-kata yang sukses membuat nya seperti dijatuhkan dari ketinggian beribu-ribu kilometer dari udara.

"Gue benci," gumam gadis itu disela tangis nya.

Tok tok...

"Dek?"

Kay mengangkat wajah nya, memperhatikan kakak-kakak nya masuk satu persatu kedalam kamarnya dan langsung menyalakan lampu yang sengaja Kay matikan.

Kay dengan cepat menyapu air matanya dan mengaitkan rambutnya kebelakang dan mengapkan duduknya.

"Sini," Rei menepuk ruang kosong disisi nya, sedang yang lain sudah duduk melingkar.

Kay berjalan perlahan, lalu duduk ditempat dimana Rei menyuruhnya duduk.

"Kenapa? Kamu inget, ya?" tanya Rei lembut setelah Kay duduk dan menekuk kedua lututnya.

"Maaf, kalo dulu Kakak sama yang lain kepaksa harus buat kamu lupa soal itu. Kaka cuma gak mau kamu inget lagi masa dimana kamu terpuruk banget, Kakak gak mau kamu terus kebayang sama hal itu,"  jelas Rei perlahan.

"Itu juga masa yang sulit buat Kakak, liat kamu ngalamin hal itu liat Key. Kakak gak mau adek-adek Kakak harus ngalamin hal gitu lagi. Semuanya juga sama." Rei terus berbicara, seraya menatap langit-langit kamar Kay.

Gadis dengan iris caramel itu lagi-lagi menenggelamkan kepalanya, rasanya ada batu besar yang tersangkut di tenggorokan nya, sangat sakit sampai ia kesulitan untuk bernafas.

"Kakak cuma khawatir Dek. Meski ada cara Kakak yang salah, tapi itu semua buat kamu. Kakak cuma terlalu khawatir kalo kamu sampe harus ngalamin hal itu lagi, Kakak gak mau. Tapi–" Rei menghela nafas barat dan mencoba untuk berbicara lagi, "–karena kamu suka sama Marvel dan Marvel udah Kakak anggap orang yang baik. Kakak udah gak bakal larang kamu lagi, Kakak masih belum yakin tapi–"

BROTHERS [COMPLETED]Where stories live. Discover now