Epilog

23.4K 706 19
                                    

Sebuah meja persegi panjang terlihat penuh dengan tumpukan berkas yang membuat pening dengan sekali melihatnya saja. Dibalik itu, dua pasang mata dengan iris karamel sedang menyeruput lemonade mereka masing-masing, menghilangkan rasa dahaga sekaligus stress yang sudah menghantui mereka selama seminggu ini.

"Ini kok rasanya gak beres-beres sih?" Gerutu Key dengan mulut yang bersungut-sungut.

"Udah, dikerjain aja. Lagian deadline nya tinggal dua hari lagi, loh." Jawab Kay dengan santai.

"Lagian kamu lebay banget, bentar lagi juga beres." Tambah Kay lagi.

Key melirik dengan kesal kearah kembarannya itu, "terus ini berkas apa?"

"Ini bukan buat laporan LPJ semua, kok. Ini tadi ada anak osis yang ngasihin data belum Aluna pisahin."

"Terus sisa yang buat LPJ, mana?" Tanya Key menuntut.

"Ini," Kay menepuk tumpukan map berwarna merah yang sengaja ia pisahkan untuk membantu kembarannya itu mengurus LPJ nya sebagai ketua osis.

"Oh oke." Key langsung meletakan minumannya dan membuka laptop nya kembali. Setahun lalu, saat pertengahan kelas sebelas, tidak tahu kemasukan apa seorang Key ingin mencalonkan menjadi ketua osis. Ia hanya ingin, dan sialnya hati dan fikirannya mengatakan hal yang sama.

Tapi, sekarang, yang sudah seminggu membuatnya pusing adalah laporan pertanggung jawaban yang harus diserahkan dua hari lagi. Ini tidak akan menjadi bemcana jika saja anggota nya tidak kehilangan beberapa berkas penting yang membuatnya dan seluruh anggota osis mengalami rasa pusing yang luar biasa beberapa hari lalu.

Beruntung, yang menjadi wakil ketua osis nya adalah kembarannya sendiri, semua nya itu juga karena insiden wakil ketua yang mencalonkan dengan Key tidak bekerja dengan baik dan mencalonkan hanya untuk bisa dekat dengan Key. Dalam kasus itu, mereka bisa menanganinya dengan baik, tanpa bantuan Kakaknya. Tapi tentunya, dengan bantuan Aluna yang kegarangannya sudah selevel Kak Ros.

"Aluna sekarang absen, ya?" Tanya Key lagi.

"Iya, makanya aku disini ganteng," jawab Kay kesal dengan menekankan perkataanya.

Key menghela nafas panjang, jika saja Aluna tidak tumbang ditengah jalan mungkin sekarang atau besok ini akan selesai. Tapi sayangnya, lagi-lagi takdir berkata lain. Apalagi sekretaris satunya juga absen hari ini.

"Kamu mending istirahat sana, aku handle ini. Lagipula aku sering bantuin Aluna, aku juga wakil ketua osis. Jadi aku hafal."

Key mengangkat satu alisnya ragu, membuat kembarannya itu menghela nafas panjang.

"Key, kamu gak percaya sama aku?"

Key menggeleng polos.

"Ih!"

"Hehe, iya iya. Aku tidur dulu sebentar ya."

"Ng."

Kay mulai mengambil laptop dan membuja satu persatu berkas yang harus diinput, harusnya ini hal yang mudah bukan? Karena Aluna juga sudah memberitahu urutannya, dan Kay hanya perlu memasukan semua yang diperintah Aluna.

Satu jam berlalu, Kay masih berkutik dengan laptop nya. Sedangkan Key sudah membuat pulau luar biasa diatas jaket pink milik Kay yang kembarannya itu pinjam.

Kay terdiam sesaat, lalu ia ingat untuk mengecek sesuatu di ponsel nya. Jempolnya menekan tombol power, tapi tidaj ada notifikasi apa-apa. Kay meletakannya kembali.

Tok tok

"Masuk."

Kay menoleh, memeriksa siapa yang datang. Seseorang dengan senyum lebar dan cerah itu melongok dari celah pintu yang hanya dibuka setengah.

BROTHERS [COMPLETED]Where stories live. Discover now