PART 10 | Dia kembali?

2.3K 165 7
                                    

Back to my story💕
Mon maap ni ye, karena revisi kalian jadi tidak nyaman membacanya....
Budayakan ya guys 👍

Happy reading😘.....

***

"Ketika kedua kakiku berhenti melangkah, aku masih memiliki kedua tanganku yang akan menopang"
-Marshmallow-

🍁🍁🍁

Dalam perjalanan, mereka berdua terus diam seperti orang bisu, tak ada satupun yang mau berbicara. Suasana disekitar mereka sangat canggung, bahkan Alena sudah merasa tak nyaman berada pada jarak sedekat ini dengan Gara.

Sepertinya keduanya sama-sama di selubungi dengan perasaan gengsi yang menjadi penyebab mereka selalu berselisih.

Jujur, ini memuakkan.

Karena tak tahan dengan kecanggungan ini, Gara mencoba memecah kesunyian diantara mereka, dengan mencairkan perang dingin yang telah mereka ciptakan.

Satu kalimat keluar dari mulut Gara, sambil menyetir motor sportnya ia bisa melihat Alena lewat spion. Gadis itu tampaknya risih, dengan tatapan menusuk siswi-siswi yang sedang berjalan kaki maupun yang menunggu angkutan umum.

"Nanti pulang sekolah bareng gue!"

Alena tersentak.

Tiba-tiba cowok itu mengajaknya berbicara....

"Gue bareng Aurel," tolak Alena dengan sigap.

"Gue nggak suka penolakan, dan gue nggak bisa ditolak." Gara semakin mengencangkan laju motornya.

"Kalau gue nggak mau?" kali ini Alena sengaja memancing.

"Gue maksa!"

"Waktu itu lo pernah janji nggak akan pernah maksa gue lagi?!" sinis Alena.

"Kalau gitu ini bukan paksaan, tapi perintah!" jawab Gara datar.

"Gue nggak suka diperintah." tekan Alena, tajam.

Gara tersenyum mengejek dibalik helm full face-nya.

"Tapi tugas ketua Osis kan, memerintah."

"Kenapa lo sekarang bersikap kayak gini? Kita lagi nggak di depan umum. Lo nggak harus ada didekat gue, apalagi ngejemput gue." Alena bertanya dengan nada yang tak bisa dibilang lembut.

Tiba-tiba Gara mengerem motornya secara mendadak sehingga membuat dada Alena membentur punggung lebar Gara. Alena mengaduh kesal karena Gara menghentikan motornya tiba-tiba.

Sementara Gara hanya diam dengan tatapan dinginnya yang mengarah kedepan, otaknya bertanya-tanya, mengala pula dia harus seperti ini? Bukankah niat awalnya adalah untuk mempermainkan gadis itu? Tapi kenapa ia malah merasa senang bersama dengan gadis itu? Perasaan apa ini? Sebelumnya ia tak pernah menyukai seorang gadis. Apalagi untuk sekedar berdekatan seperti ini.

Jangan sampai ia jatuh terlalu jauh lagi! Ini berbahaya untuk hatinya.

Tak seharusnya Gara bersikap terlalu baik pada gadis ini. Ia tak mau terjebak dengan perasaan yang sama seperti kakaknya, terdahulu.

PRESAGE [Completed]√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora