PART 14 | Takdir Sementara

2K 144 8
                                    

Back to my story💕
Sebelum baca tekan 🌠
Setelah baca tekan 💬

Happy Reading •_'

***

Aku bukan virgoun! yang bisa membuktikan,
Aku bukan tulus! Yang bisa menunggu 1000 tahun lamanya,
Aku juga bukan Armada! yang bisa membuatmu bahagia,
Aku hanya bagian kecil tak berarti yang menyelinap masuk kedalam hatimu tanpa disengaja....

-Anonymous-

🍁🍁🍁

Gara segera masuk keruang UKS. Seketika perhatiannya tertuju pada gadisnya yang sedang mengobrol dengan Aurel. Gara mengernyitkan dahinya, saat melihat mata sembap Alena. Ia yakin betul, gadis itu habis menangis. Tapi kenapa?

  Tanpa pikir panjang, Gara mendekati Alena dan Aurel. Alena terkejut dengan kedatangan Gara yang tiba-tiba. Ada sedikit gelenyar perasaan aneh pada dirinya saat melihat Gara. Entah kenapa Alena jadi teringat dengan Gio. Sekilas wajah Gara dan Gio memang terlihat mirip--ah mungkin mereka memang mempunyai wajah yang serupa.

  Seakan memahami keadaan, dengan sadar diri Aurel meminta izin kepada Alena dan Gara untuk menunggu diluar. Gadis itu hanya ingin memberi ruang agar mereka berdua bisa berbicara empat mata.

"Lo mau kemana, Rel?" Alena mencekal tangan Aurel, tatapan mata Alena mengisyaratkan Aurel untuk tetap disini menemaninya.

"Gue mau keluar bentar, lagian lo bukan anak-anak lagi yang harus gue temenin!" dengan halus Aurel melepaskan cekalan Alena dan keluar dari UKS.

  Tatapan Gara yang tadinya dingin kemudian menghangat. Ekspresinya saat ini masih datar, persis seperti biasanya. Bahkan hampir tak ada senyuman. Namun dibalik itu Ia mengkhawatirkan semua hal dari gadis itu. Ia tak bisa berbohong pada hatinya, walau ia tahu ini sulit. Karena rasa gengsi dan dendam telah menyelimutinya. Ia ingin menghapus rasa itu sekarang juga.

Tapi itu bukanlah hal yang mudah.

  Kecanggungan mulai menyebar bagai atmosfir gelap yang menyelubungi mereka. Belum ada yang berani memulai bicara. Sedari tadi Alena hanya menundukkan kepalanya dengan menutupi sebagian wajahnya dengan rambut panjangnya.

Gadis itu terlalu takut, sampai sekarang ia pun tak bisa menjelaskan mengapa ia selalu takut saat berada di dekat Gara. Cowok itu seperti sebuah mesin penghancur hati yang siap meremukan hatinya kapanpun.

"Kenapa tadi nggak nonton pertandingan gue?" Gara memulai pembicaraan lebih dulu.

Alena mendongak, menatap Gara. "Lo nggak liat gue lagi sakit?"

"Tapi gue perhatiin, kayaknya lo baik-baik aja!"

"Please Gar! Gue nggak mau adu debat sama lo. Gue minta tolong sama lo untuk nggak ganggu gue hari ini aja," lirih Alena.

Ia mencoba berani walau kenyataannya ia takut.

"Gue ganggu lo?" tatapannya kembali dingin.

Alena terdiam, 'Lo emang pengganggu Gara!' Alena hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Diam lo artinya iya! Gue heran sama lo. Dari sekian banyaknya cewek yang ngejar gue, cuma lo doang yang nggak bersyukur gue kejar balik. Sebenarnya lo benci sama gue? Atau cuma sok jual mahal?" Gara mengepalkan tangannya yang dimasukan ke kantong celana. Tiba-tiba ia mendadak emosi dengan Alena.

PRESAGE [Completed]√Where stories live. Discover now