Part 34 | Yang Berjuang Dari Air Mata

1.2K 82 6
                                    

Aku. Mau. Vote. Sekarang *Nada maksa!

Happy reading:)


"Buta adalah kondisi dimana seseorang tak dapat melihat indahnya dunia, namun apakah kalian tahu hal yang dapat menutup mata kita agar nampak seperti orang buta? Ya kebencian. Kebencian dapat menutup pandangan seseorang pada segalanya"
-Marshmallow-

***

  Suara gebrakan meja membuat Alena terlonjak. Gadis itu menatap bingung ketiga gadis yang merupakan teman sekelas-nya itu. kilatan amarah begitu jelas tercipta dimata gadis-gadis itu—yang seolah-olah ingin menenggelamkan ia ke dasar laut. Begitu dalam dan curam.

“Kalian kenapa?” Alena memperhatikan satu dari mereka.

   Gadis itu—Vanessa namanya. Sesuai namanya, dia sangat cantik. Kulit putih, hidung mancung, dan wajah tirus-nya itu membuat Vanessa menjadi idola sebaya. Bukan hanya terkenal Vanessa juga berasal dari keluarga yang berada, membuat orang berpikir dia adalah gadis yang paling sempurna. Vanessa adalah teman dekat Alena sejak mereka di Sekolah Dasar. Tapi, itu dulu!

   Dulu, sebelum mereka naik ke jenjang pendidikan SMP. Vanessa yang dulu sangat baik dan ramah, kini mulai memperlihatkan taring-nya. Menjadikannya mirip dengan serigala berbulu domba. Dan bersikap seolah Alena tidak ada.

   Entah kenapa, saat itu Vanessa mulai menjauhi Alena. Awalnya Alena pikir pertemanan mereka masih baik-baik saja, tapi ia ragu akan hal itu. Vanessa mulai berbicara kasar padanya, bahkan tak jarang gadis itu menyindirnya secara terang-terangan. Benarkah yang dikatakan orang? Vanessa memang membencinya?

“LO JANGAN PURA-PURA SOK SUCI!” Vanessa berteriak didepan wajah Alena.

  Alena berdiri dari duduk-nya, lalu menatap datar—meminta penjelasan pada Vanessa. Sudah cukup ia diam saja dan menyaksikan dirinya dipermalukkan. Kali ini ia harus bisa membalas perlakuan buruk Vanessa padanya selama ini.

“Salah apa sih gue sama lo?” tanya Alena yang tak habis pikir dengan perubahan sahabat-nya itu.

Vanessa berdecih, memalingkan wajahnya kesamping sembari bersidekap dada, “Lo sahabat paling buruk yang pernah gue temui!”

Kalimat Vanessa begitu menohok-nya. Sungguh, itu adalah kalimat paling kejam yang pernah Alena dengar dari mulut Vanessa. Ia merasa lebih baik dicaci maki daripada harus mendengar Vanessa mengatakan hal menyakitkan itu.

Vanessa menunjuk wajah Alena, “Lo … hari ini ulang tahun kan?” ia memutar-mutar telunjuk-nya.

Alena menggeleng bingung.

“Tapi, setau gue hari ini adalah hari kebahagian buat lo—yang artinya hari penderitaan buat gue.”

“Maksud lo apa sih?” tanya Alena untuk kesekian kalinya.

“Gimana kalau kita main-main sebelum bel masuk? Gue mau kasih lo surprise. Mulai dari gudang belakang sekolah aja gimana?” Vanessa menyeringai kepada dua teman-nya, memberikan intruksi dari tatapan-nya.

  Dua gadis itu tersenyum. Mengerti tatapan dari Vanessa, mereka langsung menahan tangan Alena agar gadis itu tidak kemana-mana.

PRESAGE [Completed]√Where stories live. Discover now