30 | Pernyataan Cinta

1.3K 86 4
                                    

Cerita ini beberapa part lagi akan tamat, mungkin lima sampai tujuh part lagi:)

Happy reading!

"Yang kembali tersenyum lewat cinta"
-Marahmallow-

***

   Setelah kegiatan operasi semut yang dilakukan oleh anak kelas XI, para pembimbing acara perkemahan membagikan selembaran edaran. Selembaran itu memuat informasi seputar liburan menjelang akhir tahun. Sudah dipastikan selembaran itu bisa mengundang sorak sorai siswa, nggak heran banyak siswa yang menanti hari libur tiba.

Aurel menyenggol lengan Alena, “Lu udah ada rencana untuk liburan?”

Alena senyum-senyum mesem.

“Kenapa sih lu senyum-senyum begitu?”

“Kepo lo!”

“Kasih tahu dong apa rencana lo?” bujuk Aurel, seperti biasa selalu ingin ikut campur urusan orang.

     Masih dengan senyum cantiknya, Alena kembali mengingat percakapannya dengan Gara kemarin malam. Masih terasa deg deg-an sampai sekarang.

  Cewek mana coba yang nggak baper dinyatain cinta? Cewek mana?! Yah sebenarnya Gara itu memang pacarnya, tapikan status itu berawal dari paksaan. Untuk yang sekarang itu adalah kenyataan. Gara mencintainya, cowok itu berjanji akan terus bersamanya. Tebak berapa persen kebahagiannya sekarang?

“Aurel lu tahu nggak sih biasanya cewek ngapain aja habis di tembak sama cowok?”

Aurel menolehkan kepalanya, “Innalillahi wainnalillahi roji’un, mati nggak?"

Alena menyentil jidat Aurel, “Jangan keluarin kebodohan lu kalau sama gue!” Aurel hanya meringis geli.

“Kalian berdua ngapain disini?” Rendy dan Gara menghampiri kedua gadis itu.

   Melihat Gara datang Alena segera mengalihkan tatapannya ke arah Rendy, untuk menghindari tatapan tajam Gara.

“ Kenapa nggak beres-beres? setengah jam lagi Bis-nya mau dateng,” tanya Gara memperhatikan Alena.

“Udah tadi.” Alena menundukan kepalanya canggung sekaligus malu.

“Bis cowok sama cewek nanti dipisah, jadi pulangnya langsung keparkiran ya.” Suara Gara melembut.

“Mau ngapain?”

“Aku parkir motor disana, biar bisa pulang bareng.” Gara tersenyum manis.

“Yaelah gue jadi obat nyamuk lagi,” keluh Rendy.

“Bisa nggak sih kalian tuh kalau udah baikan, nggak ngumbar-ngumbar kemesraan?! Lo berdua nggak punya toleransi sama sesepuh jomblo kayak gue?! Please men, Negara kita ini menjungjung adat pacaran setelah menikah.” Protes Rendy panjang lebar.

Gara menatapnya datar, tanpa ekspresi.

“Lo mau protes sama es batu?!” singgung Aurel.

“Jadi kalian mau gue nikahin Alena?” tanya Gara, membuat Aurel dan Rendy menganga.

“Tunggu gue udah mapan.” Jawaban itu membuat Alena terbatuk-batuk, sedangkan Gara hanya tersenyum tenang sambil mengacak-ngacak rambut gadis itu, saking gemasnya.

“Kayaknya hujatan para netizen Negara +62 udah nggak mempan lagi,” semprot Rendy, pura-pura jijik dengan kelakuan Gara yang sekarang ini suka gombal.

“HEH COWOK BAR-BAR! LU KALO NGGAK SUKA JANGAN KOMENTAR!” teriak Aurel, kesal.

“Lu manggil gue cowok bar-bar? Wah Aurel, lu belum tahu ya rasanya diculik ke KUA?! Sini lu.”

   Rendy mengejar Aurel yang berlari menjauh, tidak terima ejekan dari gadis yang sama bar-bar nya dengan dia.

  Sementara Alena yang sudah memerah seperti bayi baru lahir, tertawa kecil agar menghilangkan salah tingkahnya.

“Percaya nggak sama ucapan aku tadi?” tanya Gara, mengalihkan perhatian Alena padanya.

“Kalau kamu serius, aku percaya.”

Gara menatap Alena, “Mau kasih aku apa, kalau aku berhasil buktiin ke kamu?”

Alena mengetuk-etukan jari telunjuknya ke dagu, “Ummm … mungkin emoticon bentuk hati?”

“Sebesar apa?”

Alena tertawa keras, “Sebesar ini, gimana?” tanyanya sambil memperagakan kedua tangannya yang membuat lingkaran besar di udara.

Gara ikut tertawa, ia segera merangkul pacarnya dan enggan melepaskannya.

“Kalau masih kurang, kamu mau kasih apa lagi?”

“Aku nggak kasih kamu apa-apa, kalau aku kasih terlalu banyak nanti cepat habis.”

Gara hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari ceweknya itu, “Kalau gitu biar aku aja yang kasih kamu tiap jam-nya dan kalau perlu tiap detiknya, biar kamu bisa simpan.”

   Alena tertawa bahagia, inilah yang dia inginkan dari lama.

   Sebuah kebahagiaan sederhana yang membuatnya tidak pernah merasa sendirian. Semuanya kini sudah lengkap. Ada gara dan setengah jiwanya yang kembali.

   Di samping itu Aldero yang melihat semuanya, melihat bagaimana kedekatan mereka, bagaimana pancaran kebahagiaan di mata Alena, bagaimana senyuman dan tawa indah gadis itu yang terukir sempurna, dan sikap hangat yang perlahan kembali karena Gara dan bukan karena dirinya, membuat ia sadar bahwa rasa sakit tidak hanya diperoleh dari luka tapi bisa diperoleh dari hati.

  Dan itu lebih bahaya, karena punya efek lebih menyakitkan. Tentu saja sakit itu tidak akan sembuh dalam waktu singkat, pasti butuh waktu yang lama dan ia tidak tahu kapan itu.

   Aldero tahu bahwa dirinya sudah kalah sebelum berperang, dan itu harus ia terima karena kemenangan memang tidak sedang berpihak padanya. Ia harus menghapus perasaan ini dan melupakan segalanya tentang Alena. Karena ia harus mengalah untuk kedua kalinya, menyerah pada perasaannya dan itu terjadi pada gadis yang sama.











PRESAGE [Completed]√Onde histórias criam vida. Descubra agora