PART 23 | Sakit

2K 118 11
                                    

Back to my story 💕

Vote dan komen jangan lupa;;)

Happy reading

***

"Cobaan terberat dalam hidup adalah kekurangan seseorang. tanpa kekurangan, kelebihan tidak akan ada. Begitu pula dengan adanya aku tanpamu."
-Marshmallow-

🍁🍁🍁

Bau obat-obatan tercium oleh indra penciuman gadis itu. Menghela napas, ia mencoba untuk duduk sembari memegangi kepalanya yang berdenyut kencang. Rasa pening kembali menyerangnya. Ruangan serba putih itu tampak seperti kunang-kunang yang berputar di atas kepalanya.

Ia mengamati ruangan itu dengan seksama, pertama yang dilihatnya adalah Gara dan Aldero yang tengah tertidur dengan posisi terduduk di Sofa. Wajah kedua lelaki itu tampak damai.

Kini bulir-bulir keringat mulai bercucuran dari pelipis Alena. Gadis itu memejamkan matanya, ia tiba-tiba merasakan panas yang menjalar di area tubuh bagian atas.

"Kenapa badan gue nggak enak banget?" lirih Alena dengan nada tercekat.

Ia kembali melirik kedua cowok itu. Jarum infus di punggung tangannya menyulitkan ia untuk bergerak leluasa. Dengan menahan pusing yang mendera kepalanya, Alena berusaha meraih ponselnya dan menelpon Ayahnya. Tangan mungilnya mencoba menggapai nakas meja yang agak jauh dari posisi ranjang tidurnya.

"Jadi bagaimana dokter?"

Alena menajamkan pendengarannya, ia tak salah. Itu adalah suara Bi Ara yang sedang berbicara dengan Dokter Raven. Dokter yang pernah merawat Alena saat masa kritisnya dua tahun yang lalu.

Nampaknya suara langkah kaki itu mulai mendekat ke ruangannya. Pasti Bi Ara dan Dokter Raven hendak menuju tempat ia berada saat ini. Pembicaraan Mereka mulai jelas terdengar oleh Alena.

Gadis blasteran itu pura-pura memejamkan matanya. Ia kembali membaringkan tubuhnya di ranjang. Tapi di balik itu ia tidak benar-benar tidur, ia mencoba menguping pembicaraan Bi Ara dan Dokter Raven. Sebenarnya apa yang terjadi kepadanya? hingga ia harus kembali ke rumah sakit ini.

Suara kenop pintu yang terbuka membuat Alena semakin rapat memejamkan matanya. Bibinya dan juga Dokter Raven sudah masuk ke dalam ruangan ini. Alena mencuri-curi dengar pembicaraan serius itu.

"Alena tidak boleh kembali seperti dulu lagi! Saya minta dengan sangat kepada anda, tolong sembuhkan Nona Alena secepatnya."

Suara Bi Ara terdengar seperti sebuah permohonan.

"Maafkan saya Nyonya, disini tugas saya hanya sebagai dokter yang mengobati fisiknya bukan batinnya." kukuh dokter itu.

Di balik selimutnya, telapak tangan Alena sudah berkeringat.

"Setidaknya jangan biarkan Non Alena terpengaruh oleh kondisi fisik dan mentalnya yang terpengaruh oleh sisi lainnya,"

"Kami akan berusaha sebaik mungkin, Nyonya tenang saja. Saya akan menaikan dosis obat penenangnya. Usahakan ia meminumnya setiap malam!"

"Ya, itu pasti Dok! Sejauh ini apa ada perkembangan?"

"Saya rasa, anda harus menyewa seorang psikologis. Daya tahan tubuhnya terserang karena gangguan mentalnya, jika ini terus terjadi akan sangat berbahaya untuknya."

PRESAGE [Completed]√जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें