Versi Teenfiction-Psikologis
(Judul awal | MARSHMALLOW)
-----------------------------------------------------------
Presage adalah sebuah firasat buruk tentang aku, kamu, dan mereka yang tak kunjung usai...
"Enakan pacaran sama ketua basket atau sam...
"Segalasesuatuadapertimbangan, salah satunya adalahhubungan" -Marshmallow-
***
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Alena menatap takjub suasana di Pasar Malam ini. Hatinya menghangat. Untuk sesaat ia teringat dengan masa kecil-nya yang penuh dengan kebahagiaan—sebelum adanya sisi lain didalam dirinya.
Ia suka memandangi langit malam bertabur bintang, ia suka melihat ramai sekali orang yang datang, ia suka melihat anak-anak berkejaran sambil memegang lolipop, ia suka semua wahana—termasuk Bianglala di Pasar Malam ini. Ia suka segalanya!
Gara mengelus puncak kepalanya pacar-nya. Melihat senyuman Alena sudah membuatnya kenyang! Senyum indah milik gadis itu adalah prioritas utama-nya. Rasa dendam yang dulu hadir kini tergantikan oleh rasa cinta yang tidak bisa dirangkai oleh kata-kata.
Semua kesalahan yang diperbuat-nya dimasa lampau akan ditebusnya. Kali ini ia berjanji kepada dirinya sendiri, takkan ada air mata Alena yang terbuang sia-sia.
Alena menarik lengan kaus gara—membawa cowok itu mendekat pada sebuah Bianglala besar berwarna-warni yang paling mencolok dari semua wahana.
Gara menyentil dahi Alena, pelan. “Dasar nggak sabaran!”
Cengiran khas gadis itu terpampang cantik di wajah-nya, membuat Gara mau tidak mau … ya harus mau!
Gara menghampiri seorang lelaki yang berjaga didepan Loket Karcis Bianglala dan memberikan dua buah karcis kepada-nya. Mereka tampak mengobrol akrab. Alena bisa melihat lelaki yang bicara dengan Gara menganggukan kepalanya.
“Kalian saling kenal?” tanya Alena saat Gara kembali menghampirinya.
Gara menggeleng dan terkekeh kecil. “Jadi naik nggak? Abang-nya udah nungguin dari tadi.”
“Jadi dong!”
“Ayo naik! Pegangan tangan aku,” Gara menggandeng tangan Alena dan membantunya menaiki sebuah gondola putih yang berhenti didepan mereka.
“Gara sebelum-nya kamu pernah naik ini?” Alena memandangi cowok disamping-nya itu.
Gondola mereka perlahan mulai naik keatas, membuat Alena dan Gara bisa melihat pemandangan dibawah sana.