Dunia Prilly - 3

4.3K 284 2
                                    

Happy Reading...

________

"Tampan kan Direktur Utama kita?" Prilly hampir saja menjatuhkan ponselnya karena tepukan di bahunya yang cukup keras.

"Bisakah kau tidak selalu mengejutkanku, aku bisa sakit jantung karena selalu dikejutkan seperti ini." Gerutu Prilly dengan kesal kepada Mira.

"Habisnya kamu ngeliatin nya khusyuk banget Prill." Mira mengambil tempat dikursi yang ada di depan Prilly.

"Memangnya aku liatin apaan?" Prilly memandang ke arah lain takut menatap mata Mira.

"Tidak usah berbohong, ternyata walaupun kau berani menantangnya tapi kamu juga diam-diam mengaguminya yah? Emang sih Direktur Utama kita itu tampan belum punya pasangan juga katanya, tapi umurnya udah 28 tahun betah juga yah dia sendiri tapi pesonanya itu yang tidak mampu ditolak para wanita yang ada di dekatnya." Jelas Mira panjang lebar.

"Termasuk aku Mir." Batin Prilly menjawab. Saat menyadari apa yang dipikirkannya dia menggelengkan kepalanya dengan cepat membuat Mira melihatnya dengan heran.

"Ada apa? Kau tidak papa?" Tanyanya dengan khawatir membuta Prilly gugup dibuatnya.

"Ehh tidak--itu tadi--tadi itu hanya--". Mira memicingkan matanya saat melihat kegugupan sahabatnya itu.

"Hayoo...kamu mikirin yang kotor-kotor yah?" Prilly melototkan matanya saat mendengar perkataan Mira.

"Kalau ngomong tuh dipikir dulu, aku tidak se-mesum kamu." Kembali Mira melototkan matanya saat Prilly membalikkan kata-katanya. "Sembarangan." Ucapnya sambil menjitak kepala Prilly.

Mereka tertawa bersama saat menyadari bahwa mereka barusan berdebat seperti anak kecil. Tawa keduanya terhenti saat mendengar Suara deheman yang berasal dari ambang pintu Pantry. Prilly yang membelakangi pintu sedangkan Mira menghadap pintu terkejut dengan kedatangan seseorang.

"Masuk aja Mbak Is." Prilly berucap santai sambil memandang Mira yang sudah gugup entah karena apa. "Kenapa sih Mir?" Wanita itu dibuat bingung dengan sikap gugup dan juga kikuk sahabatnya.

Langkah kaki seseorang mendekati mereka terdengar di seluruh penjuru pantry dengan sangat lantang karena sepatu pantofel mahal yang dipakainya beradu dengan lantai.

"Mbak is...." Prilly yang membalikkan badannya seketika menegang seperti Mira karena dikejutkan oleh Atasannyanya itu. Setelah sampai didepan Prilly yang hanya berjarak lima senti itu membuat Prilly berdiri dari tempatnya begitu juga dengan Mira. "A--ada yang bi--bisa ka--kami bantu Pak?" Prilly merutuki dirinya yang tiba-tiba saja berucap dengan gugup.

Tidak ada jawaban dari pertanyaan Prilly yang membuat suasana pantry sangat hening dan tegang karena Mira pun tak mampu berucap satu katapun, takut ketahuan sedang membicarakan orang yang ada di hadapan sahabatnya.

"Buatkan saya kopi dan antar ke ruangan saya." Perintahnya tanpa ingin dibantah. Prilly yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. Kemana keberaniannya selama ini?

"Ba--baik pak". Prilly menundukkan wajahnya tidak ingin melihat tatapan tajam dari bosnya.

Terdengar bunyi sepatu yang kembali beradu denga lantai menjauh dari mereka membuat Prilly dan Mira menhela napas lega.

"Satu lagi Prilly Anandhira--" Prilly yang nama lengkapnya disebut mendongakkan kepalanya dan beradu pandang dengan manik mata bermata hitam itu yang sedang menatapnya tajam seperti mengulitinya hidup-hidup.

"Matilah aku." Batinnya, kenapa harus sekarang rasa takutnya muncul?

"Antarkan kopi itu ke ruangan saya." Ucapnya dengan tegas lalu berbalik meninggalkan Prilly dan Mira.

DUNIA PRILLY | [ Completed ]Where stories live. Discover now