Dunia Prilly - 21

4K 247 14
                                    

Happy Reading...

_________

Disinilah mereka sekarang diapartemen Ina, kecuali Mira yang sudah pulang ke rumahnya.

Prilly, Itha dan Syifa akan pindah besok ke apartemen yang dibeli Prilly dari hasil tabungannya selama enam tahun ini.

Syifa yang tadi terbangun di mobil tidak kembali tidur karena asik melihat suasana jakarta yang asing untuknya karena baru pertama kali menginjakkan kaki di kota itu.

Prilly menggendong Syifa memasuki salah satu kamar yang ditunjukkan Ina karena Putri kecilnya itu sudah merengek ingin ditidurkan.

Saat sudah berada di dalam kamar Prilly menepuk-nepuk punggung anaknya agar tertidur.

Tidak lama setelah itu terdengar dengkuran halus dan nafas teratur yang menandakan Syifa tidur kembali.

Prilly beranjak dari samping anaknya, tapi langkahnya seketika berhenti saat mendengar perkataan Anaknya.

"Tadi cipa ketemu sama Ayah."

Prilly langsung membalikkan tubuhnya melihat Syifa yang masih damai dalam tidurnya.

'Dia ngigo.'

Prilly mendekati anaknya lalu duduk dipinggir ranjang dekat dengan Syifa.

"Cipa rindu sama Ayah."

Syifa membalikkan tubuhnya memunggungi Prilly yang menitikkan air mata mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anaknya itu.

"Maafin Bunda ya Sayang, ini yang terbaik buat kamu."

Prilly mengelus kepala anaknya lalu mencium pelipis Syifa membuat matanya terpejam.

Betapa ia sangat menyayangi anaknya itu, dia tidak akan bisa hidup tanpa Putri kecilnya, Syifa adalah sebagian jiwa, hidup dan juga raganya.

__________

Tok...Tok...Tok...

"Masuk."

"Permisi Pak ada dokumen yang harus Bapak tanda tangani dan juga nanti malam Bapak ada Meeting dengan petinggi Rinal's Crop."

"Batalkan semua jadwal saya hari ini saya mau cepat pulang dan dokumen itu tinggalkan di meja saya."

Ali bangkit dari kursi kebesarannya dan berlalu melewati Siska yang berada di depan mejanya.

Ali berjalan di lobby dengan raut wajah datar membuat bawahannya segan hanya untuk lewat di depan atasannya itu.

"Saya menyetir sendiri."

Setelah mengatakan itu tanpa permisi Ali memasuki mobil dan menancap gas meninggalkan kantor menuju cafe tempat dia dan Zidan untuk ketemu. Dan setelah itu dia akan pulang ke rumah karena mendapat panggilan dari sang Bunda.

Setelah sampai Ali masuk dan memesan minuman lalu duduk menunggu hingga sahabatnya datang.

"Hei." Zidan langsung mengambil tempat tepat di depan Ali dan memesan minuman.

"Kenapa?"

"Yaelah, buru-buru amat mending kita ngopi dulu."

"Saya ada urusan."

"Formal banget sih lo sama sahabat sendiri juga." Zidan berdecak, dia heran sahabatnya ini terlalu formal dan kaku untuk diajak berbincang.

Zidan menghela napas pelan, lalu meletakkan sebuah undangan berwarna maroon gold di atas meja dan menyodorkannya kepada Ali.

DUNIA PRILLY | [ Completed ]Where stories live. Discover now