Dunia Prilly - 27

4.6K 226 10
                                    

Happy Reading...

________

Ali menatap Syifa yang sedang menangis dalam dekapan Prilly. Pria itu tak menyangka bahwa dia mempunyai anak dan sudah menjadi seorang ayah semanjak enam tahun yang lalu tanpa dirinya ketahui.

Rasanya Ali ingin sekali marah kepada Prilly, tapi apakah Prilly pantas disalahkan atas semua kejadian enam tahun ini?

Dia sendiri juga merasa salah, terutama pada wanita itu. Kesalahannya tidak termaafkan, tapi apakah pantas Prilly menghukumnya dengan cara memisahkan ayah dan anak itu.

Ali lalu menatap lembut ke arah Syifa yang masih sesenggukan. Dia mengulurkan tangannya lalu mengusap air mata yang mengalir di pipi anaknya.

Anaknya...

Anaknya...

Anaknya...

Dada Ali menghangat saat mengulangi kata itu  di dalam hatinya. Andai Prilly tidak pergi dan membohongi dirinya mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Syifa mendongakkan kepalanya saat tangan itu lepas dari wajahnya. Dia melihat Ali yang lebih tinggi dari Bundanya.

"Ayah kenapa balu pulang sekalang?" Syifa kembali mengeluarkan air mata saat mengucapkan kalimat itu dengan tersendat-sendat akibat tangisannya.

Hati Ali dan Prilly sama-sama teriris saat mendengar kalimat itu. Apakah gadis itu begitu sakit saat baru bertemu sang Ayah?

Tanpa sadar air mata Prilly mengalir di pipinya mendengar kalimat anaknya yang serasa mengiris hati itu.

'Maafin Bunda'

Ali tersenyum mendengar kalimat itu, apalagi saat melihat wajah anaknya yang memerah karena tangisan membuat Ali begitu gemas dengan gadisnya itu. Tidak sadar bahwa wanita yang melihatnya tertegun dengan ketampanan Ali apalagi dia sedang tersenyum yang jarang sekali dilakukannya.

"Ayahkan kerja, jadi  Ayah baru bisa pulang sekarang." Ali mengelus pucuk kepala Syifa.

Ali menyodorkan tangannya berniat membawa Syifa ke dalam gendongannya. Tapi saat anak itu ingin menggapai tangannya, Prilly menahannya dan mendekap  anaknya dengan erat. Wanita itu menggelang ke arah Syifa membuat pelupuk mata Syifa kembali digenangi air.

"Cipa kangen sama Ayah, Bunda." Tangis Syifa meledak saat Prilly menjauhkan anak itu dari Ayahnya.

"Syifa sama Bunda--"

"Saya Ayahnya Prilly." Ali menggeram saat  melihat wanita itu mendekap Syifa dengan erat.

Dia juga berhak atas Syifa karena itu juga anaknya. Jika dia tidak menanam benih itu dalam rahim  Prilly maka Syifa tidak akan ada disini sekarang.

"Tapi--"

"Saya berhak Prilly, dia anak saya dan saya Ayahnya." Ali membentak Prilly membuat wanita itu sesenggukan. Dia mendekap Syifa takut Ali bisa saja mengambilnya kapanpun ia mau.

Ali menghela napas dengan keras, saat melihat sekeliling ternyata sedari tadi mereka menjadi pusat perhatian di tengah-tengah banyaknya orang.

Pria itu langsung memegang tangan Prilly dan menariknya menuju  basement dimana mobilnya terparkir. Setidaknya jika memang nantinya mereka akan bertengkar, basement tempat yang cukup sepi untuk melakukan itu.

Setelah sampai di basement Prilly lebih dulu melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Ali.

"Kamu nggak boleh bawa Syifa!" Prilly menatap manik mata hitam itu yang sekarang menajam menghunus mata hazelnya.

DUNIA PRILLY | [ Completed ]Where stories live. Discover now