#15

308 10 0
                                    

🍨🍨🍨

"Tunggu disini bentar. Aku mau pesan sesuatu. Jangan kabur!" Serunya

"Hmmm"

Beberapa menit berlalu. Sebenarnya itu adalah kesempatan aku untuk bisa kabur dari dia. Namun entah kenapa rasanya sulit banget aku lakuin.
Aku melihat Ragi sedang bicara dengan salah seorang lelaki yang perawakannya jauh lebih dewasa dari aku dan Ragi. Aku rasa umur lelaki itu diatas umurnya Mbak Lian. Sekitar 27-29 an.

Dan aku nggak tahu Ragi bicara apaan ke lelaki itu. Lelaki itu hanya mengangguk dan bicara singkat aja. Setelah Ragi cecuit lama (padahal dia bilang bentar), dia tersenyum padaku entah kode apa yang dia berikan.

Karena aku gak paham, aku pun gak mempedulikannya. Aku merasa gemas parah ke Ragi, rasanya mau aku acak-acak tuh wajah sok imut sok manisnya dia itu.

Dengan durasi cukup lama untuk dia berbincang entah apa pada lelaki itu, akhirnya dia menghampiriku.
"Lama ya, hihi. Sorry."

Aku lihat arlojiku udah menunjukan waktu mendekati matkul berikutnya.

"Gi, aku takut telat masuk niii... kita balik ke  kampus lagi yuk?!!" Ajakku

"Tunggu bentaran lagi ya?!!" Seru Ragi

"Gak bisa, Gi. Gue janji deh, selesai ngampus."

Ragi menatapku tajam. Dia memintaku untuk menatapnya balik dan aku mengikutinya. Dia tersenyum lalu dielus-eluslah kepalaku seraya terkekeh.

"Salah kamu itu banyak, Ling." Cetusnya

"Yang banyak salah itu lo, Ragi. Dari awal ketemu lo main asal nubruk gue, lo bikin gue risih dengan ngebuntutin gue pas balik naik ojeg, lo udah sok akrab sama keluarga gue, lo udah gak menaati peraturan sebagai tamu saat gue gak ada dirumah. Lo udah bikin teman gue si Tito berpikir macam-macam ke gue. Lo udah bikin tangan gue jadi sakit dan lo udah maksa-maksa gue supaya gue ikut sama lo. Nah gue salah apa ke lo?!" Jelasku dengan ketus

"Ok gue ralat. Salah lo cuma satu dan gue banyak. Salah lo karena lo udah ngusik-ngusik hati juga pikiran gue. Gue tertarik sama lo, gue jatuh hati sama lo, gue mulai cinta sama lo, sebagai tanda rasa sayang gue ke lo gue mau jagain lo bahkan gue berani nyawa gue sebagai taruhannya. Yang penting lo baik-baik aja. Dan gue mau lo jadi kekasih gue mulai detik ini sampai lo bosan sekalipun dengan gue, gue tetap mau sama lo." Jelasnya tanpa jeda sedikit pun dan itu membuatku melongo seketika tanpa bisa bicara apa pun.

Dia menatapku kembali dengan sorotan mata penuh arti. Detak jatungku udah macam naik rollercoster. Rasanya itu kayak hampir mau pingsan-pingsan nggak. Susah diterangkan dengan kata-kata. Setelah kutundukan wajahku akhirnya aku mulai perlahan-lahan mengeluarkan suara.

"Lo ngomong apa sih, Gi? Lo lagi demam ya?" Seruku seraya menjatuhkan punggung tanganku ke jidatnya.

"Yuk jalan! Yang penting lo udah janji selesai ngampus nanti. Janji itu hutang looohhh..." cetusnya

"Iyaaa, iyaaa." Sahutku malas

Kita pun berjalan keluar dari cafe tersebut.

"Bang, pending bentar yaa. Doi gue ada jam ngampus takut telat katanya. Maklum mahasiswa teladan dia nih. Lain gue. Hahaha..." serunya pada salah seorang lelaki yang tadi bertemunya. Ber-nametag Ricky, selaku Manager cafe.

Aku mulai sedikit punya rasa kepo ketika melihat nametag yang dia pakai.

'Ada hubungan apa Ragi dan lelaki itu?' Dalam batinku

"Yo, Gi. Aku tunggu deh. Nanti tinggal chat aku aja langsung." Sahutnya dengan akrab

"Ok deh sip."

Kita menuju parkiran dan langsung meluncur ke kampus. Seperti sebelumnya, Ragi menggeledah tanganku, dia mencari keberadaan tanganku.

Aku tekukan kebelakang tanganku ini, tuh anak perlu aku jahilin. Dari spion dia melihatku cengengesan. Ku tatap balik matanya dari spion.

"Lo cari apa Abang ojeg??"

"Cari tangan bidadari jutek. Lo tahu gak dimana tangannya? Gue butuh pelukan dari dia nih." Serunya yang hampir aja membuat jantungku berdegup kencang.

"Gue karate baru tahu rasa lo." Sungutku

"Hahahaa... lagian lo gitu sih. Udah buruan peluk aa Ragi, neng. Aa Ragi mau ngebut."

Pletak!!
Jitakanku tepat mengenai kepalanya yang hendak dipakaikan helm.

"Aw. Kalo sayang dielus aja dong beeeiiibb. Jangan dijitakin, nanti aku bisa amnesia." Meringisnya manja kayak cowok alay

"Baguslah kalo lo amnesia. Hidup gue aman."

"Jangan harap aman. Karena isi otak gue cuma ada lo. Hahaha!!" Ketawanya jahat

"Udah buruan jalan." Seruku seraya melingkarkan tangan kepinggang Ragi. Yang aku lingkari hanya tersenyum manis.

Sebenarnya aku malu melakukan hal ini. Tapi apa boleh buat, nanti aku bisa jatuh lagi pas dia ngebut nanti. Dia kan kalo nyetir udah kayak orang kesetanan.

Dalam perjalanan dia selalu memintaku untuk mengeratkan pegangannya. Dia bilang, "Yaang, aku mau nyalip mobil depan nih. Aku mau nyalip motor depan nih. Aku mau nyalip bentor depan nih." Sampai-sampai dengan spontannya aku terkekeh saat dia bilang, "Yaang, aku mau nyalip sepasang suami istri yang lagi boncengan mesra di depan kita nih. Pelukin akunya jangan sampai lepas yaa... biar mereka ngiri nglihat kita berdua. Hahahaa..." lalu disaliplah tuh pasutri seraya Ragi berkata, "Permisi Pak-Bu, kita baru jadian. Kita duluan yaa.." 😂😅 tuh orang emang ada-ada aja. Baru nemu aku makhluk yang kayak dia. Mengklaim seenaknya, melesat seenaknya, berkata seenaknya.

Jangan-jangan mati juga seenaknya lagi tuh orang.
Dia bilang sama Tuhan, "Ya Allah, aku mau mati. Cabut nyawaku sekarang." Lalu dalam hitungan beberapa detik matilah tuh orang. Hhehe 😅🙊

Astaghfirullahaladzim.
Ampuni aku ya Allah. 😇
.
.
.
Happy blushingggg gaeeesss 😙😙😙💞

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang