#19

260 9 0
                                    

🌜🌜🌜
Pukul 20:10

Tok... Tokk... Tokkk

"Assalamualaikum." Ucap salamnya dengan faseh. Yang tidak lain tidak bukan adalah Kak Iam.

"Waalaikumsalam... ehh, temannya Lian ya? Ayok, mari masuk. Kebetulan kita lagi mau pada dinner gitu. Hehehe. Kamu Iam kan ya?" Tanya Mama dengan ramah yang ternyata masih ingat wajah Kak Iam

"Iya, Bu. Hehehe... wah ganggu nih jadinya." Sahut Kak Iam sedikit kikuk

Di guide lah Kak Iam sama Mama menuju dapur, karena meja makan kita memang sengaja dekat dengan dapur.

"Lho, Iam. Kok tumben gak ngabarin dulu kalo mau kesini?" Tanya Mbak Lian yang terkejut akan kedatangan Kak Iam dan aku masih dengan santainya sibuk mengambil piring-piring di rak penyimpanan untuk tempat makan kita semua.

Entahlah aku merasa Kak Iam sedikit curi-curi pandang kearahku.

Belum acara ngunyah-ngunyah dimulai beberapa detik kemudian terdengar suara mesin motor berhenti tepat di depan rumah. Dan aku langsung terpikir bahwa itu adalah Ragi. Pasalnya saat di cafe dia bilang mau main ke rumah.

Tok... Tokk... Tokkk.

Tepat dugaanku. Itu pasti Ragi. Dan Papa lah yang gantian membukakan pintu karena Mama lagi sibuk memotong puding untuk kita makan nanti setelah acara dinner bersama dadakan. 😅

"Assalamualaikum, Om."

"Waalaikumsalam. Wah kebetulan dimari lagi ngumpul nih, Gi. Yuuk gabung." Sahut Papa seraya membuka kenop pintu depan

Papa dan Ragi memang udah akrab. Pasalnya Papa dan Ragi punya kegemaran yang sama, yaitu masalah otomotif, mancing, travelling, juga penggemar kecap (maniac). 😁

"Wah seru dong, Om. Oh iya bentar Om sampai lupa, hehehe tadi Mama bikin kue kering gitu. Tapi rasa coklat hihihi kan Lingga suka coklat. Dia ada kan Om?" Seru Ragi seraya menyerahkan bungkusan yang dia bawa

"Berarti kalo gitu ini mah spesial buat Lingga bukan buat kita-kita. Hahaha pasti dibuatnya juga pake cinta yaa?" Ledek Papa yang terdengar jelas dari dapur

"Om bisa aja nih, jadi malu. Hihihi. Lingganya ada kan Om?"

"Ah gak perlu malu-malu sama Om mah. Kan kita sesama laki. Hehehe... ada kok ada. Udah janjian ya? Ngedate nya mending nanti deh, ikut makan dulu yuuk. Lingga yang masak." Cetus Papa, padahal jelas-jelas yang masak itu Mama. Papa mulai ketularan Ragi yang asal mengklaim orang. 😂😂

"Mau ngedate sih nggak. Cuma mau ijin ngajak dia kencan aja boleh kan Om? Hehehe... tapi gak hari ini deh. Lingga bisa masak Om?"

**Mereka malah ngerumpi dulu diruang tamu. 😄

"Kalo itu sih tergantung Lingganya, dia mau apa gak. Kalo dari Om sih boleh-boleh aja. Asal kamu bisa jagain dia dengan baik. Lingga itu bisanya masak nasi goreng, Gi. Hahahaha. Minta dimasakin gih sana." Ucap Papa dengan terkekeh

"Paaaahhhh... Ayok udah siap nih makanannya." Ujar Mama meneriaki Papa yang sedang asik ngobrol bareng Ragi

"Iya Mahhh... yuk, Gi." Sahut Papa seraya mengajak Ragi

"Iya Om."

Ragi mulai mengikuti langkah Papa dari belakang.
Ku dapatin air mukanya yang ------- gak bisa diungkapin lewat kata-kata.

Dia menebar senyum pada kita semua dan terfokuskan padaku. Mama langsung dengan refleksnya menyambar,

"Ehh... ada cowok ganteng lagi. Pas deh nih sekarang. Papa sama Mama, Lian sama Iam, Lingga sama Ragi. Untung kamu datang. Kayaknya kalo nggak ada kamu, Lingga bakal jadi cewek galau karena dikelilingi duo couple date. Hehehe..." ucap Mama dibarengi dengan kikikan semua yang ditempat

"Mama ih." Seruku sedikit bete

Ragi malah masih terkekeh atas ucapan Mama, begitu juga Mbak Lian, dan Papa. Gak dengan Kak Iam. Raut wajahnya terlihat nampak kepura-puraan untuk berbaur dengan mereka yang sedang terkekeh retceh.
Ragi duduk tepat disampingku.

"Udah gak marah lagi sama aku kan?" Bisiknya

"Hmmm."

"Bibir itu buat senyum. Gak bagus kalo cuma buat manyun ataupun cemberut gitu." Bisiknya lagi

Dan aku pun akhirnya melontarkan cengiran kuda pada Ragi.

"Gak asik. Senyum kamu gak murni. Aku bawa kue kering rasa COKLAT, yang bikin sih Mama cuma aku request rasa COKLAT. Di cobain ya nanti." Ada penekanan memang pada kata 'coklat'. Mungkin dia sengaja untuk mancing aku supaya jadi manis ke dia.

"MARI KITA SANTAAAPPP!!! Berdoa dulu jangan lupa." Seru Papa

"Aamiin" seru kita semua

Mbak Lian mulai menampakan perhatiannya pada Kak Iam. Mulai dari menyadukan nasi untuk Kak Iam, menawarkan dan mengambil lauk untuk Kak Iam, sampai menyediakan air minum untuk Kak Iam. Sementara Ragi terus aja membuat kode-kode astral. Yang membuatku bingung.

"Apaan, Gi?" Bisikku

"Kok kamu gak paham sih, Yaang."

"Gak paham soal apa? Udah deh please, jangan panggil aku pake sebutan lo itu didepan mereka." Sungutku seraya masih dalam volume minimalis

"Mau aku panggil Maa aja? Hehehe" cengirnya
Aku langsung memelototinya

"Canda kok. Jangan sewotan lagi dong. Please!!!" Bisiknya seraya memohon dan menyatukan dua telapak tangannya

"Udah ah, gue mau makan. Laper."

"Ambilin buat aku dong, Beib." Cengirnya seraya mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya hingga membentuk peace = damai.

"Looohhhh... kok kalian berdua masih ngobrol aja sih. Ayok makan." Seru Mama
Kita berdua hanya menyengir.

"Ambilin Dek, nasinya, lauknya, minumnya juga." Ucap Mama

"Nggakpapa, Tan. Ragi ambil sendiri aja. Hehehe."

"Gak usah panggil Tan, panggil aja Bu. Ya? Ya udah yuk ah di makan. Makan yang banyak."

"Hehehe iya, Ragi lupa Bu." Cengirnya

Karena Mama udah bilang kayak tadi, akhirnya aku pun merampas piring Ragi, dan menyediakan nasi beserta lauknya juga air minum untuk dia.
Aku lihat Ragi terlihat puas menatap kearahku.

"Sini piringnya, biar aku yang ambilin."

Ragi menyerahkan piring yang tengah dipegangnya. Seraya melontarkan senyuman khasnya.

"Segini cukup gak nasinya?"

"Kamu mau aku gendut? Kayaknya aku belum sanggup deh Ling, makan nasi sebanyak itu."

Seketika itu juga semua terkekeh termasuk Kak Iam yang hampir aja tersendak.

"Hahahaa Dek, Dek. Itu kebanyakan. Kurangin dikit lagi." Sambar Mbak Lian

"Kan yang mau makan dia, kok malah Mbak yang minta kurangin?"

"Nggakpapa, Yaang. Terserah kamu aja, seberapa pun itu aku pasti habisin kok. Tapi perlahan. Hihihi." Celetuknya yang membikin semuanya hampir tersendak. Pasalnya Ragi keceplosan memanggilku dengan sebutan 'Yaang'

"Kalian udah jadian?" Cetus Kak Iam tiba-tiba yang mulai penasaran dengan raut wajah yang terkejut dan sedikit nampak terlihat tampang kekecewaan (patah hati). Entahlah, tapi memang gitu adanya.

"Hehehehh." Ragi malah hanya nyengir kuda

Sorotan mata Mama dan Papa mulai membidik kearahku. Dan aku pun menginjak kaki Ragi dengan tenaga yang aku punya. Lalu dia meringis menahan sakitnya lalu menatapku dengan tampang yang memelas.

"Udah... udah. Kita luanjut luagi ajha makaunnya." Seru Papa yang masih tengah mengunyah makanan dimulutnya

"Papa ih. Kunyah dulu napa, gak baik kalo lagi ngunyah gitu sambil ngomong. Entar tersendak, Mama yang repot." Ketus Mama dan Papa hanya tersenyum manis bak emoticon yang ada di chatting-an.
.
.
.
Happy smilely... :) :)
Happy family... 👪 💝💝

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang