#30

276 9 0
                                    

Aku duduk tepat disebelah Mama Nisya. Kita semua berbincang-bincang, canda tawa, dan aku masih dengan sedikit kekikukanku. Waktu berjalan cepat tapi hujan dan gemuruh geledek masih aja terdengar tanpa jeda panjang. Hingga waktu menunjukan pukul 21:25.

Byaaarrr.
(Lampu menyala)

"Alhamdulillah... saatnya mencharge HP, buruan yang mau charger entar keburu mati lagi lampunya." Seru Bang Rizal ngeluyur kalang kabut mencari chargernya dan colokan.

"Eh eh eh... Jaja, henpon Papa sekalian. Ambil aja di meja rias Mama." Seru Papa pada Bang Rizal yang ngerem mendadak

Dan saat itu juga aku baru tahu panggilan Bang Rizal dalam keluarganya, "Jaja". 😂

"Hoy Bang, tolong bawa dimari chargeran gue."

"Yo, Pah. Dimane lo simpan, Dek?" Teriak Bang Rizal sembari melesat lagi

"Nakas Bang." Sahut Ragi

"Ambil sendiri napa, Gi. Pake teriak-teriak gitu." Seruku

"Mereka berdua emang suka gitu, Ling. Bising, kuping Mama aja gak tahan kalo mereka berdua udah kayak gitu." Ucap Mama Nisya

"Jangan kaget ya. Hehehe." Seru Papa Fakhri

"Hehehee... iya Mah, Om." Cengirku

"Kalo gak gitu, Bang Rizal mana dengar Yaang. Apa lagi saat hujan deras gini, mampet sudah tuh kuping. Hahaha."

"Abang kamu lho, Gi."

"Gak usah ngajak ngobrol aku kalo kamu masih panggil aku 'Gi'." Cemberutnya

"Iya aku lupa." Celetukku spontan

"Ok deh, Mah. Kayaknya kita mesti tinggalin mereka berdua dulu. Biar mereka selesaikan apa mereka ingin selesaikan." Ucap Papa Fakhri yang langsung mengguide Mama Nisya

"Semoga jangan ada acara ngambek-ngambekan ya." Seru Mama Nisya tersenyum jahil dan aku hanya tersenyum kecil. Sedangkan Ragi tersenyum miring.

Setelah kepergian orangtua Ragi, tinggallah kita berdua dengan diamnya masing-masing. Aku dengan diamku, begitu pula Ragi dengan diamnya. Bang Rizal tiba-tiba datang membawa chargeran yang diminta Ragi.

"Jiah. Diem-diem bae. Ngobrol napa ngobrol. Hahahaa. Nih, my litle boy chargerannya. Ya udah gue gak mau ganggu kalian jadi gue tinggal lagi dulu ya. Bye." Ucap Bang Rizal lalu melesat

"Eh eh Bang. Lingga ngikut Bang Rizal aja deh. Bete disini ada yang lagi ngambek." Seruku pada Bang Rizal

"Ah, ide bagus Ling. Sekalian Bang Rizal juga mau minta pendapatnya kamu. Yuuk kita ke kamar." Sahut Bang Rizal

Saat aku beranjak dari tempat dudukku dan mau melesat tiba-tiba Ragi angkat bicara.

"Gak bisa. Gue ikut." Ucapnya dengan jutek dan aku gak mempedulikannya

"Hahahahaha... caw guys!!" Guide Bang Rizal

**
Kamar Bang Rizal~

"Duduk, Ling. Senyamannya kamu aja. Tunggu bentar ya, aku mau cari sesuatu dulu." Seru Bang Rizal yang hanya aku jawab dengan anggukan.

Bang Rizal keluar kamar. Aku malas dengan situasi ini, dan aku tahu kalo Ragi masih merhatiin aku diam-diam.
Aku duduk di kursi dekat nakas dan Ragi duduk di mini sofa dekat meja belajar.

"Abang kira kalian udah lagi asik ngobrol, tahunya masih diam-diaman. Napa sih?" Seru Bang Rizal yang langsung masuk kamar.

"Oh iya, katanya Abang mau minta pendapatku. Tentang apa?" Seruku mengalihkan pembicaraan

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Where stories live. Discover now