#21

299 11 0
                                    

Pukul 04:59
Aku bangun dari tidur nyenyakku dan aku merasa gak enak badan. Aku sedikit demam, badanku terasa menggigil tapi gak aku urungkan niatku untuk sholat subuh. Setelah itu aku sandarkan badanku ke mini sofa yang sengaja ku tempatkan disudut dekat jendela kamar. Hingga aku tertidur pulas kembali.

"Dek... Ragi udah nunggu tuh. Kamu udah bangun belum? Dek?" Seru Mbak Lian seraya mengetok pintu kamarku

Aku masih mendengar suara Mbak Lian yang terus membangunkanku dari balik pintu, dengan sayup-sayup mata ku buka kenop pintu kamarku tanpa menyahuti terlebih dahulu seruan dari Mbak Lian.

"Ragi udah nunggu. Katanya kamu ada jadwal jam kuliah pagi?"

"Suruh dia balik aja, Mbak. Aku libur dulu deh hari ini. Aku gak enak badan." Jawabku lemah

"Kamu sakit, Dek?" Mbak Lian memegang dahiku dengan air muka yang khawatir.

"Badan kamu panas, Dek. Kamu juga kelihatan pucat. Kita ke dokter aja ya? Nanti Mbak bilang ke Ragi biar dia langsung ke kampus aja. Kamu udah ijin sama dosen kamu di jam ini?" Khawatir Mbak Lian lagi

"Gak usah ke dokter deh, Mbak. Nanti juga sembuh sendiri kok. Jangan bilang Mama soal ini ya. Nanti Mama khawatir lagi. Aku belum minta ijin. Entaran deh aku telepon Sibell. Thanks ya, Mbak."

"Benaran gakpapa? Tapi Mama harus tahu, Dek. Mbak gak bisa sembunyiin ini. Kamu adik Mbak satu-satunya, Mbak gak mau kamu kenapa-napa. Ya udah kamu istirahat gih, nanti Mbak buatin bubur sama teh hangat."

"Makasih ya, Mbak."

Mbak Lian hanya membalas dengan senyuman penuh sayangnya dan pergi dari kamarku. Kamarku yang berada paling ujung.

Selang beberapa menit terdengar kembali ketukan dari balik pintu kamarku, dengan lemah aku hanya menyuruh seseorang yang mengetuk pintu kamarku untuk langsung masuk. Aku gak melihat siapa dia. Tapi aku hapal betul harumnya, aroma parfumnya. Dia Ragi.

"Kamu sakit, Yaang? Kita ke dokter aja yuk? Badan kamu panas." Serunya dengan penuh khawatir dan tanpa aku minta ataupun menyuruhnya, dia langsung duduk ditempat tidurku dan memegang dahiku.

"Aku cuma demam aja kok, Gi." Jawabku lemah

"Demam gini kamu bilang cuma?"

"Gi, gak usah berlebihan deh. Bentar lagi juga sembuh kok."

"Aku beliin bubur dulu ya." Serunya

"Mbak Lian lagi buatin kok. Gak usah beli lagi." Tahanku

"Ya udah aku ambilin kompres dulu buat kamu."

"Gi, kenapa sih lo terus kayak gini ke gue?"

"Karena gue sayang dan cinta mati sama lo. Apapun gue bakal lakuin untuk lo, Ling. Gak ada alasan lagi selain itu." Jawabnya dengan cepat, jelas dan langsung menancap dihatiku

Dia pun berlalu dengan senyum dan perhatiannya padaku. Entah apa yang terjadi di dapur sana tapi aku mendengar suara berisik Mbak Lian, Ragi, Mama juga Papa yang belum berangkat ke kantornya. Ragi datang dengan membawa air kompresan. Aku masih terbaring ditempat tidurku.

"Kok selimutnya gak dipake?" Ragi melihat kearahku yang memang udah gak selimutan karena aku merasa sedikit kegerahan namun tetap dingin rasanya meski ku tahan.

"Gak ngaruh juga kok. Gi boleh gak sih gue minta tolong sama lo?"

"Apa?"

"Teleponin Bellbyan bisa? Aku mau bilang ke dia kalo aku gak bisa ngampus hari ini. HP aku di tumpukan buku di meja belajar."

"Iya, aku telepon sekarang. Pake HP aku aja ya, pulsa kamu biar buat hubungin aku aja."

Aku hanya memberikan senyum kecil pada Ragi. Bodo amat dahh, dia menang untuk kali ini. Terserah dia mau ngelakuin apa dan aku gak mau banyak debat banyak cecuit dengannya. Karena itu pasti bakal membuatku makin lemah.

"Hih. Masih jaman ya pake kode-kodean segala? Apa nih kodenya?" Ragi terlihat sedikit kesal pasal HPku yang menggunakan password untuk membukanya. Sementara HPnya hanya dengan sekali usap akan terbuka dan aktif semua fitur-fiturnya.

"Biar aman. Siniin Gi HPnya." Ragi pun memberikan HPku setelah kodenya terbuka dan nomor yang dituju telah didapat, dia langsung menelepon Bellbyan. Karena aku masih lemas akhirnya Ragi yang angkat bicara, mereka ngobrol berdua dengan singkat. Lalu dengan cepat Ragi mulai kembali bergelut dengan kompres yang diambilnya kemudian mengopresiku perlahan.

"Kamu gak ngampus Gi? Nanti telat lho." Tanyaku

"Ah gampang. Lagian tadi aku udah di BBM sama Jo kalo dosen pagi gak masuk. Jadi aku bisa nemenin kamu sampai siang nanti." Serunya sembari mengompresku

Jonathan Kiwanto (Jo) adalah teman dekat Ragi dari jamannya dia masih ingusan (katanya sih gitu).

"Nih, Dek. Mbak udah masakin bubur buat kamu. Mbak buru-buru berangkat ke kampus jadi Mama yang bawain kesini. Sayangnya Mama kok bisa sampai keok gini sih. Kurang malam ya mainnya? Hehehe" Seru Mama dengan tiba-tiba masuk dengan sedikit menghibur. Walaupun nyatanya gak ada yang merasa terhibur. Mama kalau menghibur kadang suka garingin. 😅 itulah Mamaku yang lain dari pada mama-mama pada umumnya.

Aku gak banyak bicara hanya membalas dengan senyum kecil.

"Biar Ragi aja Bu yang suapin Lingga." Pinta Ragi

"Ya udah kebetulan kalo gitu, jagain Lingga bentar ya Gi. Dek, Mama mau ke kantor Papa dulu. Ada acara pertemuan, Papa minta Mama temanin. Gakpapa kan sama Ragi dulu?"

"Gakpapa Mah. Ragi bakal siap jaga Lingga dengan baik kok. Mama have fun aja. Hehehe..." sambar Ragi dan aku lagi-lagi gak bisa protes

"Hehehe kamu ini. Ya udah, Mama pamit kalo gitu. Assalamualaikum. Tolong kunciin dulu Gi gerbang sama pintunya. Biar aman."

"Ok, Mah. Siap." Sahut Ragi dengan sigap seraya membuntuti Mama

"Bentar ya, Yaang." Bisik Ragi dari balik pintu setelah dia membututi Mama lalu balik lagi

Beberapa menit telah usai Ragi pun kembali ke kamarku dengan pintu yang sudah dikunci.

"Lo mau apa? Kok pintu kamar gue dikunci juga? Lo gak ada niat mau macam-macamin gue kan?"

"Hahahaa. Yaang, Yaang... aku gak punya niat sekecil pun buat macam-macamin kamu. Kamu gak usah mikir yang aneh-aneh ya." Sahutnya dengan terkekeh

"Hmmm"

"Maaf ya udah nunggu lama. Yuk dimakan buburnya. Kamu itu harus cepat sembuh." Serunya yang langsung menghampiri ku dan mengambil alih mangkuk buburku

"Aku kenyang Gi."

"Bubur masih banyak gini bilang kenyang. Baru juga berapa suap."

"Aku mau minum aja." Ragi pun mengambil teh hangat yang udah dibawain sama Mama tadi

"Selimutnya dipake ya?! Kalo ada yang dimau bilang aja."

Aku hanya mengangguk. Dia begitu telatennya mengurusiku. Aku mau ini mau itu dia selalu bersikap baik. Aku kasihan juga melihatnya. Matanya selalu menatapku. Bahkan HPnya dia matikan. Dia bilang dia gak mau ada yang mengganggu disaat dia lagi berdua denganku.
💞💞💞

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Where stories live. Discover now