#29

204 7 0
                                    

Adzan maghrib pun terdengar. Kita semua sholat berjamaah selesai itu berdoa.

"Mah, Pah, Ragi mau ngomong."

"Ngomong aja napa, Dek." Sahut Bang Rizal yang lagi bergelut dengan tasbihnya.

"Berisik lo, Bang. Jadi gini, malam ini Lingga tidur di rumah kita gakpapa kan? Habis cuacanya kan lagi kayak gini. Ragi gak berani ngantar dia balik. Yaa walau pun jarak rumah Lingga dengan rumah kita gak begitu jauh." Seru Ragi hati-hati

"Ah cemen lo, Dek. Tapi itu seriusan Lingga mau nginap disini malam ini?" Ucap Bang Rizal yang masih tetap bergelut dengan tasbihnya.

"Berisik Bang Rizal nih." Seru Ragi yang gak sabar dari jawaban Mama Nisya dan Papa Fakhri

"Gimana Pah?" Tanya Mama Nisya

"Iya Tante. Sebenarnya sih bukan Ragi yang gak berani, tapi aku yang gak berani. Tadi aku udah telepon Papa. Tapi kalo Tante sama Om keberatan, aku bisa pulang kok nanti setelah hujannya reda." Aku mulai angkat bicara setelah sepasang suami istri itu saling menatap

"Ya boleh dong. Masa gak boleh sih. Mama senang banget malah jadi ada temannya." Sahut Mama Nisya girang disambut dengan senyuman Papa Fakhri, Bang Rizal dan terutamanya Ragi.

"Makasih Tante." Ucapku seraya tersenyum

"Eh kok Tante? Mama Nisya." Protes Mama Nisya sembari membentangkan kedua tangannya yang menginginkan dipeluk. Lalu aku pun mendekat pada dekapannya.

"Yaang, sama aku nggak? Pacar sendiri gak dapat pelukan nih??"

"Ah lo mah ngiri aja, Dek. Hahaha." Ucap Bang Rizal dengan kikikannya dan disahuti oleh Papa Fakhri-Mama Nisya dengan gelengan.

Ragi hanya memanyunkan bibirnya. Aku mendekat padanya dan berbisik.

"Kamu jelek kalo kayak gitu."

"Bodo." Cemberutnya

"Hahahaha. Kayak anak kecil deh. Manja banget sih kamu nih." Seruku dan yang lain udah mulai duduk manis diruang tv sembari bergurau.

"Aku pacar kamu lho Yaang." Sahutnya memelas

"Terus?"

"Peluk dong"

"Mau banget?"

"Iyalah. Siapa yang gak mau dipeluk sama calon bininya." Ketusnya mengklaim

"Hih. Pede kali Bang Ragi nih."

"Oh gitu. Jadi gitu." Ragi mulai beraksi

"Eh eh mau ngapain dekat-dekat?" Aku mundur perlahan-lahan dan mulai melepas mukenahku yang masih kupakai untuk mengambil ancang-ancang supaya gak ribet pas melarikan diri. 😂

"Kok buka-bukaannya disini sih Yaang?" Ragi mulai kumat otaknya

"Mulut lo. Hish." Aku mulai jengah dan dia langsung mengambil kesempatan dalam kejengahan. Dia memelukku. Aku menggelitikinya.

"Hoih... Yaang Yaang tunggu ih hahahaha Yaang hahaha kahahaha... curang ih. Aku belum siap udah main nyerang aja." Cekikiknya seraya terus menghidar dariku

"Bodo. Sini lo. Enak aja main meluk-meluk."

"Sama calon bini gakpapa keles. Hahahaha."

"Pala lo. Sini lo." Seruku dibarengi Tatap Ragi yang lekat bak lagi mengincar mangsa

Dan... hap!

"Kena kan kamu Yaang. Aku mau peluk aja ah, tapi tangan kamu aku iket."

"RAGIIII!!!!" Teriakku

"DEK, LO LAGI NGAPAIN LINGGA SIH?!!!" teriak Bang Rizal dari ruang tv

"LAGI ANU BANG. GANGGU AJA LO." Balas teriak Ragi

"Mulut lo, Ragi ih. Anu itu ambigu. Jangan bikin orang mikir yang macam-macam deh." Sungutku.
Entahlah mungkin yang diruang tv sana semua geleng-geleng karena celetukan Ragi.

"Hahaha terserah dong Yaang. Kan emang itu yang dituju."

"Ih pikiran lo. Lepasin gue, Gi!! Betah banget sih lo meluk gue." Gerutuku dan Ragi hanya nyengir jail

"Iya Yaang iyaa... aku lepas deh. Tapi jangan sekali-kali tinggalin aku ya?!" Ucapnya

"Hmm. Powerbang kamu mana? Aku pinjam dong. HP aku mati."

"Pake aja dulu HP aku. Powerbangnya lagi dipake Bang Rizal kali."

"Aku mau whatsapp, Gi."

"Yaang bukan Gi." Ketusnya

"Bawel ih."

"Ya udah kalo gak mau aku ambilin."

"Iya Yaang iya..." sahutku malas

"Nah kan senang aku. Aku gak mau dengar lagi kamu panggil aku Gi. Lagian mau whatsaap siapa sih? Pacar disini kok."

"Eskrim dulu dong. Baru entar aku turutin. Kepo banget sih."

"Heh, pake syarat. Emang gak boleh kalo pacar sendiri kepo?"

"Emang gak boleh kalo pake syarat. Whatsaap Tito doang."

"Bisa aja kamu kalo udah soal eskrim. Nggak ah. Males banget aku kalo buat cowok mah." Cemburunya

"Apaan sih. Udah mana ih jangan gitu deh. Ini penting banget."

"Bodo amat." Ragi mulai sok ngambek

"Aku cium pipi kamu dua kali deh." Sahutku demi satu hal penting itu dan dia masih sok sokan ngambek

"Ok. Gak jadi." Pura-puraku

"Kok gak jadi?" Ragi mulai kecewa pemirsaaaa 😄

"Kan katanya bodo amat."

"Tapi cium pipinya gak usah pake dicancel segala kali."

"Ih mau lo."

"Jadi mau pake atau gak?"

"Nggak deh."

"Tunggu bentar, aku ambilin." Ragi melesat

"Bang powerbang gue mana?"

"Tuh dimeja Dek."

"Habis?"

"Masih kok. Thanks ya."

"Yo." Selang beberapa detik datang, "Nih Yaang. Ya udah yok, kita gabung bareng mereka."

"Bangunin aku dong." Aku mengulurkan tanganku begitupun dengan Ragi

"Manja deh."

"Manja juga tetap cinta kan?"

Cup.

Satu kecupan kudaratkan dipipi Ragi sebelah kanan setelah aku udah sejajar berdiri dengannya.

"Eh kok nyuri start sih."

"Bonus dari aku."

Dia hanya tersenyum manis semanis coklat. Sebenarnya sih aku malu ngelakuin itu ke dia. Dan kupikir untuk kali ini aja. 😆

'Ya Tuhan itu memalukan sekali. Ampunilah aku.' Dalam batinku
.
.
. 😆😆😆😆😂

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Where stories live. Discover now