#38

243 4 0
                                    

"Permisi, Mas. Mushola di RS ini dimana ya?" Tanyaku pada salah seorang pria berbadan tegap dengan pakaian yang cukup santai

"Oh, kebetulan saya juga mau kesana. Mbak bisa bareng dengan saya. Bentar ya, Mbak, saya mau hubungi teman saya dulu. Soalnya ada pasien baru yang perlu ditangani." Ucapnya ramah lalu dia menghubungi temannya dari pembicaraannya aku udah bisa menebak kalo dia orang yang sangat berperan penting untuk kesehatan dan menyelamatkan nyawa orang banyak.

"Mari, Mbak. Maaf nunggu lama ya. Hehe." Lanjutnya

"Mari, Mas. Iya gakpapa."

"Mbak disini ada keluarga, kerabat, saudara atau siapa yang sakit?"

"Oh, teman dekatku." Jawabku singkat dan kemudian aku tersenyum

"Mas sendiri?" Lanjutku

"Ah? Hehehe. Saya bertugas disini, Mbak."

"Maksudku, Mas bertugas dibagian apa?" Sahutku memperjelas

"Oh, hahaha maaf. Saya dokter, Mbak. Asisten dokter." Jelasnya ramah

"Wajar kalo misal Mbak terkejut karena penampilan saya yang santai ini. Hehehe." Lanjutnya

"Oh hahaha malah aku gak kepikiran kesitu lho, Mas." Kekehku kecil

"Oh ya? Wah berarti saya udah kegeeran kalo gitu. Hehehe. Nah kita belok kesini terus nanti kita belok lagi ke kanan baru setelah itu sampai. Agak jauh memang dari tepat kita tadi. Saya, Mirza. Muhammad Mizra Dzikrullah." Serunya seraya mengulurkan tangan untuk memperkenalkan dirinya padaku

"Ah, gakpapa kok. Namanya islami banget ya. Ngademin. Aku Putri Linggaryani. Pak Asdok bisa panggil aku Lingga. Hehehe."

Dia menaikan alisnya. "Asdok?" Tanyanya heran

"Asisten dokter kan? Hehehe."

"Hahaha bisa aja. Panggil aja Irza. Kayaknya kita juga seumuran deh. Jadi biar kesannya lebih akrab panggil aja namanya. Gak perlu Mas apa lagi Pak. Saya masih muda kok. Hehehe. Kata Nenek, itu nama yang pertama keluar dari mulut Mama sebelum akhirnya beliau meninggal." Senyumnya sendu

'Apa dia bilang? Seumuran? Tampang masih abege gini kok. Astaga.' Lirihku dalam hati

"Ah, aku baru semester 3, Mas. Hehehe. Oh ya, maaf kalo misal jadi ngingatin gitu. Tapi benar kok, ngademin." Kekehku

"Hah? Serius?" Terkejutnya

"Emang tampangku kelihatan kayak yang dusta gitu ya? Hahaha." Celetukku spontan

"Serius baru semester 3? Wah seumuran adik aku dong. Tapi dia juga udah nggak ada. Dia meninggal karena kecelakaan."

"Yaahh dua kali deh aku bikin Kak Asdok ini sedih." Lirihku seraya tersenyum kecil

"Ahh gakpapa lagi, yuk masuk. Kita ambil wudhu. Imam udah nunggu tuh kayaknya." Serunya saat kita udah sampai tepat diteras mushola.

"Ya. Mari." Seruku dan dia tersenyum

'Benar-benar kayak mimpi. Kok aku bisa ya ngobrol seenjoy gitu sama orang baru dikenal. Asisten dokter pula statusnya. Ah udahlah.' Gruyam batin dan pikiranku

Aku mulai wudhu dibagian yang emang diteruntukan khusus cewek. Dan dia juga mulai wudhu dibagian yang emang diteruntukan khusus cowok. Setelah itu aku memasuki ke dalam mushola yang berubin marmer yang menambah kesan tenang dan adem. Disepanjang sholat aku khusyukan namun disetiap sujudnya entah kenapa sosok Asdok itu yang malah muncul. Berkeliaran bebas memenuhi seklebatan-seklebatan pikiran dan pandanganku. Tapi tetap terus kucoba khusyukan sholatku hingga salam.

Aku, Rindu Kamu Yang Cemburu [Completed]Where stories live. Discover now