Murid Baru

4.9K 360 79
                                    

"Selesai!" seru Varrion senang. Lesley melihat pantulan wajahnya di cermin juga wajah senang Varrion di bahu sebelah kirinya, "Gimana? Kamu suka?"

Biasanya Mama yang membantu Lesley mengepang rambut panjangnya. Tapi karena sekarang Mama telah tiada Lesley tidak punya siapa-siapa lagi untuk menata rambutnya. Beruntung Varrion datang dan menawarkan bantuan. Meski gaya kepangannya agak berbeda dari yang biasa Mama Vance buat. Varrion hanya mengepang rambut tengah Lesley dan menyisakan sisa rambutnya tergerai. Agak mirip gaya rambut Odette menurut Lesley.

"Suka sekali." Lesley tersenyum, "terima kasih, Kak Varrion."

"Sama-sama adik ipar." Varrion tertawa ketika melihat pipi Lesley merona merah. "Yuk kita sarapan. Nanti kamu telat ke sekolah."

Lesley mengangguk, kemudian mereka melangkah keluar dari kamar.

Tuan dan Nyonya Paxley, Galion, Mazion dan Gusion sudah berada di meja makan ketika Varrion dan Lesley masuk ke ruang makan. Gusion bangkit berdiri, menarik kursi di sebelahnya untuk Lesley duduk.

"Terima kasih." ucap Lesley membuat Gusion tersenyum.

"Terus kakak nggak ditarikin kursinya?" Varrion menatap adiknya sebal.

Senyum Gusion menghilang dan kembali ke mode sedingin kulkasnya. "Kau punya tangan. Tarik sendiri."

Lesley mencubit pinggang Gusion. "Jangan kayak gitu sama kakakmu."

"Iya, iya." Gusion mengaduh. Varrion memberikan Lesley cium jauh.

"Sudah dulu bercandanya," Galion menatap tajam kedua adiknya, lalu menatap Lesley. Lesley jadi takut di tatap kakak tertua Gusion, ia menunduk menatap piring kosong di hadapannya.

"Selamat datang di keluarga kami, Lesley." Galion berkata dengan ramah, "kita belum berkenalan secara resmi, kan? Perkenalkan aku Galion, kakak tertua paling bijaksana. Lalu ini adik pertamaku Mazion, si penjilat. Di sebelahnya adik keduaku Varrion, si cerewet. Dan adik terakhirku yang duduk di sebelahmu Gusion, si sok keren. Di tambah Ayah dan Mama, kami adalah Hexa Paxley."

"Norak." bisik Mazion pada Lesley. Disusul Gusion dan Varrion menyoraki Galion dengan kompak. Lesley tertawa.

Tuan Paxley berdeham. Membuat mereka semua serentak terdiam.

"Semoga kamu nyaman tinggal di sini." kata Tuan Paxley dengan suaranya yang berwibawa. Selama berada di lingkungan keluarga Paxley bisa dibilang Lesley jarang sekali mendengar tuan Paxley bicara.

"Terima kasih," jawab Lesley benar-benar tulus dari dalam hatinya, "terima kasih telah menerimaku untuk tinggal di sini. Aku tidak tahu akan tinggal di mana kalau keluarga Paxley tidak menampungku." Lesley teringat rumahnya yang telah hancur berantakan akibat serangan malam itu. "Aku benar-benar berterima kasih..."

Nyonya Paxley mengelus pipi Lesley lembut. "Sama-sama, sayang." ucapnya. Gusion menepuk-nepuk puncak kepala Lesley. "Ayo sekarang kita sarapan. Mama sudah lapar."

"Aku lihat tadi mobil Paman Estes datang lagi ke rumahmu," kata Lesley pada Gusion yang sedang fokus menyetir. Mereka sedang dalam perjalanan ke sekolah.

"Ya. Masih banyak yang perlu dibicarakan," Gusion menyalip sebuah Ford Explorer yang menurutnya terlalu lambat. "Kudengar hari ini akan lebih banyak yang datang. Keadaan semakin gawat. Kita harus segera melakukan sesuatu."

Benar kata Gusion. Bahkan semalam kembali terjadi di empat titik berbeda. Pak Gord guru di kelas Mage dikabarkan hilang. Lalu Irithel teman Lesley di kelas Marksman, Valir teman Gusion, dan Chou dari kelas Fighter.

Lesley teringat Harley. Apakah Harley baik-baik saja? Apa dia sudah makan?

Gusion meraih tangan Lesley. "Harley anak yang pintar. Dia mage jenius, kamu ingat? Dia akan baik-baik saja." katanya menenangkan seolah dapat membaca pikiran Lesley.

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang