Let's fight together

4.7K 364 134
                                    

Matahari hampir terbenam ketika Layla memarkirkan mobil di tepi hutan terlarang. Hutan rimba yang memiliki kekuatan magis itu tampak lebih menakutkan daripada biasanya karena hari semakin gelap.

"Bacakan datanya, please." ujar Freya pada Kagura yang sedang membuka laptop.

"Hanabi. Marksman. Sejauh ini informasi yang kupunya hanyalah dia menggunakan senjata semacam kunai dan bisa memberi efek lambat pada lawannya. Lalu ultinya higanbana juga cukup kuat ditambah efek membuat lawannya tidak bisa bergerak." Kagura menjelaskan.

"Nggak takut." sahut Layla belagu.

"Selain Hanabi, kira-kira hero semacam apalagi yang mungkin bakal kita hadapi, Lesley?" giliran Odette yang bertanya.

Miya mengeluarkan lembaran data yang dulu pernah Gusion berikan. "Kan udah pernah dikasih tau. Gimana, sih!"

"Nggak tau kertasnya kemana. Udah jadi bungkus cabe." Odette menjulurkan lidah.

"Alice," kata Lesley, "kayaknya seumuran Bibi Pharsa, cantik tapi kelihatan jahat kayak iblis. Lalu Argus... nggak tau dia makhluk apa. Yang jelas serem."

Freya menoyor kepala Lesley. "Skillnya, Les, bukan bentukannya!"

"Oooh."

Miya menghela napas kemudian membacakan informasi yang tertera di kertas. "Alice. Tidak terlalu berbahaya, bahkan lemah jika bertarung satu lawan satu. Mage dan yang perlu di waspadai darinya adalah ia bisa menghisap darah kita."

"Oh, jadi lawan kita vampire?" Kagura bertanya polos.

Freya memutar bola matanya malas. "Lanjut, Mi."

"Argus. Senjata utamanya pedang. Yang perlu diwaspadai darinya adalah jika ia terlihat melemah tapi jika diserang ia justru menjadi lebih kuat." Dahi Miya mengerut. "Nggak ngerti." Cewek pemanah itu menatap Lesley, "Kok bisa?"

Lesley angkat bahu. "Nggak tau. Pokoknya kalau dia keliatan akan kalah kita jangan tertipu dulu karena semakin kita serang justru dia kembali menjadi kuat." Lesley diam sejenak untuk mengingat-ingat. "Ah... aku ingat. Tandanya kalau dia mengeluarkan sayap jangan sekali-kali kita serang karena justru akan menambah kekuatannya."

Odette mengangguk-angguk, tampak mengerti informasi yang diberikan Lesley. "Selanjutnya siapa lagi, Miya?"

Miya membuka lembar kedua dan menemukan gambar nenek-nenek berkulit kehijauan di sana. "Vexana."

"Dia kelihatan lemah tapi itu cuma tipuan." Lesley menyambar cepat. Terlihat emosinya tersulut saat mengingat sosok Vexana. Sosok yang memporak-porandakan rumahnya dulu. Sosok yang membuatnya dan Harley kewalahan. Sosok yang membunuh kedua orang tuanya. "Dia bisa memanggil roh hero lain dan menjadikannya sebagai senjatanya dalam pertarungan."

"Jangan sampai dia manggil rohku karena kalian pasti bakal kewalahan." kata Freya sombong. Walaupun begitu ada benarnya juga. Kelima anggota Beauty lainnya mengangguk-angguk.

Layla melepas seatbelt kemudian meraih ranselnya. "Siapa peduli soal data." Layla menatap kelima cewek lainnya dengan yakin, "kita pasti bisa mengalahkan mereka jika kita bertarung bersama!"

Kelimanya mengangguk setuju. Mereka segera melepaskan seatbelt, meraih ransel masing-masing, dan bersiap untuk turun.

"Girls..." panggil Lesley sebelum mereka semua benar-benar turun dari mobil. "Entah apa yang akan kita hadapi hari ini. Mungkin ini bakal lebih bahaya daripada bayangan kalian." Lesley menatap kelimanya serius. "Ini bukan war arena. Ini pertarungan sebenarnya di mana kita tidak akan bisa hidup lagi jika mati. Jadi, kumohon. Kalian jangan memaksakan diri. Jika keadaan berubah gawat, tolong jangan pikirkan apapun selain menyelamatkan diri kalian sendiri."

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Where stories live. Discover now