Forever and Always

4.8K 343 544
                                    

Seorang gadis melihat pantulan dirinya sendiri dalam cermin, terlihat sangat cantik dalam balutan Wedding Dress yang anggun. Gadis itu menghembuskan napas panjang, memejamkan mata, menstabilkan detak jantungnya yang tidak beraturan. Perasaannya campur aduk. Bahagia, haru, dan gugup bercampur menjadi satu.

Ia tidak percaya akhirnya hari ini tiba juga. Hari yang sangat ia nantikan. Hari di mana ia dan lelaki yang paling ia cintai akan menikah. Masuk ke dalam tingkatan baru dalam hubungan mereka. Setelah hari ini mereka akan terus bersama. Sejak bangun tidur hingga kembali memejamkan mata. Senyum bahagia terkembang di bibir gadis itu.

"Wah, cantik banget." seseorang berkomentar. Gadis pengantin itu berbalik dan terkesiap senang melihat sosok gadis berambut pink kemerahan yang sedang tertawa.

"Lesley!" teriaknya lalu dengan cepat memeluk sahabatnya itu.

"Hati-hati, Odette! Nanti gaunmu rusak!"

"Hehe. Iya." kekeh Odette. Ia memerhatikan Lesley yang berdiri di hadapannya, terlihat cantik dalam balutan dress selutut warna biru langit. Rambut pink kemerahannya sekarang hanya sebatas pinggang, dikepang sebagian dengan hiasan bunga-bunga kecil di puncak kepala Lesley. Gadis itu terlihat sangat cantik. Tapi senyum Odette berubah sendu melihat mata kiri Lesley yang sengaja ditutupi poni panjangnya.

"Aku pikir kamu harusnya menerima tawaran Bibi Rafaela, Les."

Mendengar kalimat Odette, Lesley hanya tersenyum. Ia tahu apa yang gadis itu maksud. Tawaran Bibi Rafaela untuk mengoperasi mata kirinya agar Lesley bisa melihat lagi. Luka akibat perang setahun lalu membuat gadis itu harus kehilangan sebelah penglihatannya. Tidak. Lesley tidak hanya kehilangan sebelah matanya saja. Perang itu telah merenggut segalanya bagi gadis itu.

Merenggut laki-laki yang sangat ia cintai. Merenggut seluruh hidupnya.

"Entahlah, Odette..." sahut Lesley akhirnya. "Aku nggak terlalu menginginkannya."

Sejujurnya Lesley sudah tidak peduli. Satu mata baginya sudah cukup. Lagipula untuk apa? Hidupnya terasa hambar setelah kehilangan Gusion. Tidak ada lagi yang Lesley inginkan. Sampai saat ini yang ia lakukan hanyalah bertahan hidup demi Harley. Dan juga janjinya pada Gusion untuk tetap hidup. Lesley tersenyum kaku.

Odette bisa melihat itu. Kesedihan yang amat mendalam di mata sahabatnya. Rasa sedih yang membuatnya juga ikut sedih. Odette meraih tangan Lesley, menggenggamnya erat.

"Temani aku di altar, ya." pinta Odette.

Lesley menghela napas berat. "Iya, aku kan sudah bilang 'iya' sejak sebulan lalu kamu memintanya." sahutnya sedikit sebal. Odette hanya nyengir. "Tapi kenapa harus aku, sih? Kenapa nggak Miya atau Layla atau Kagura atau Freya?"

Odette kelihatan sebal. "Memangnya kenapa kalau aku maunya kamu? Nggak boleh?"

"Nggak gitu." sahut Lesley cepat.

"Terus kenapa?" tuntut Odette masih penasaran.

Lesley menghindari tatapan Odette. Gadis di hadapannya ini tidak akan mengerti. Odette tidak akan mengerti bagaimana kacaunya perasaan Lesley hari ini. Bagaimana ia harus menahan perasaan iri pada Odette yang akan menikah dengan Lancelot hari ini. Bagaimana Lesley sangat iri pada Odette yang bisa memakai gaun pengantin sangat indah seperti yang ia kenakan sekarang. Ia sangat iri. Lesley sangat ingin mengalami hal yang sama seperti Odette. Menikah dengan laki-laki yang ia cintai.

Tapi Lesley tidak bisa. Tidak akan pernah bisa.

"Karena aku bakal iri melihatmu dan Lancelot di altar nanti." sahut Lesley akhirnya, tertawa kaku. "Seandainya aku dan Gusion--" Lesley tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Odette langsung memeluk erat sahabatnya itu. Mengusap kepala Lesley yang sekarang terisak pelan.

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Where stories live. Discover now