Scattered

2.7K 218 142
                                    

Seharian itu Miya Archer tidak melakukan apa-apa selain diam di kamar, duduk di depan komputer, fokus mengecek situs video paling terkenal di Land of Dawn; Moontube.

"Sial." umpatnya pelan. "Kenapa nggak ada?"

Sudah lebih dari tiga jam Miya berkutat di situs itu. Memasukkan berbagai macam keyword untuk menemukan video yang ia maksud namun usahanya sia-sia. Gameplay Selena tidak ia temukan di mana-mana.

"Tuhan. Gimana aku bisa menang darinya kalau cara dia bertarung saja aku nggak tahu?" keluh gadis itu frustasi saat lagi-lagi keyword yang ia masukkan tidak memberi hasil apa-apa. Miya membanting keyboardnya, menghempas tubuhnya kesal hingga kursi berodanya memutar.

Selena memang mahasiswi baru di kelas Assassin tapi Miya sering mendengar dia termasuk hero yang ditakuti saat war. Rumornya Selena bisa masuk mode iblis atau semacam itu. Miya menggigit bibir. Dia benar-benar ingin mengalahkan gadis itu. Bukan hanya karena ia benci pada gadis itu karena telah berciuman dengan Alucard, tapi ini juga soal harga diri.

Persiapkan dirimu baik-baik untuk turnamen itu, Archer.

Karena aku akan menghabisimu.

"Damn." Miya lalu bangkit berdiri. Meraih tas selempang dan jaketnya lalu keluar kamar sambil banting pintu.

"Mau kemana kamu, sayang?" tanya Nyonya Archer saat melihat anak gadisnya menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Kampus, Ma." sahut Miya. Gadis itu mengecup pipi Mamanya sekilas sebelum melesat cepat, menuju pintu keluar tanpa memberi kesempatan untuk Mamanya bertanya apa-apa lagi.

Miya mengendarai mobilnya dengan cepat ke kampusnya Heroes University. Jika Moontube tidak punya gameplay gadis itu, maka satu-satunya cara adalah dengan 'mencuri' video dari arsip kampus. Selena pasti sudah pernah bertarung dalam turnamen intern kampus atau setidaknya dalam ujian. Miya hanya perlu satu video. Hanya satu. Tidak banyak.

Ia akan mencari cara agar bisa menyusup ke bagian arsip video di perpustakaan. Cuma satu video. Apa sulitnya?

Gadis itu memarkir mobilnya di celah parkiran tersisa yang pertama ia lihat. Bergegas turun dan membanting pintu.

Miya terlalu fokus pada pikiran dan tujuannya sendiri hingga tidak menyadari kehadiran seseorang yang kemudian menyergapnya dari belakang. Menempelkan kain yang sudah diolesi cairan bius kuat-kuat ke mulut dan hidung gadis itu.

Teriakan Miya teredam. Gadis itu perlahan kehilangan kesadarannya tanpa sempat memberi tanda pada siapapun.


Lesley memoles sekali lagi pajangan porselen kecil berbentuk banteng di tangannya. Ia memerhatikan benda itu, membersihkannya dengan hati-hati. Bentuknya agak konyol menurut Lesley, tapi dengan beberapa batu safir kecil menghiasinya jelas benda itu bukanlah pajangan biasa.

"Mengapa?" tanya gadis itu. Claude yang sedang membaca sesuatu di meja kasir, mendongak ke arahnya.

Mereka cuma berdua di toko itu. Sejak tadi tidak ada yang datang. Tidak ada satu pengunjung pun. Toko itu begitu sunyi. Hanya suara deru AC samar-samar terdengar.

"Mengapa Tuan langsung menerimaku?" lanjut Lesley, dahinya mengerut heran. "Kupikir sesi interview itu penting. Maksudku, Tuan bahkan nggak mengenalku. Aku bisa saja orang jahat atau semacam itu, kau tahu?"

Claude terkekeh. "Sudah kubilang panggil saja Claude." ia menandai halaman yang sedang ia baca sebelum menutup bukunya. "Dan siapa bilang aku tidak mengenalmu?"

Lesley memandangnya tidak mengerti. Claude bangkit berdiri lalu menghampiri meja di mana Lesley duduk sambil membersihkan beberapa pajangan porselen di sana, tugas pertama gadis itu hari ini.

"Siapa yang tidak mengenalmu?" Claude bersandar di dinding dekat Lesley duduk, melipat lengannya sambil memandang gadis itu. "Kau Lesley Vance, kekasih Gusion Paxley yang terkenal. Laki-laki yang rela mengorbankan dirinya demi mengalahkan Dark Lord di perang besar setahun lalu." Claude tersenyum tipis. "Kalau kau nggak sadar, semua orang di Land of Dawn menganggap itu sebagai salah satu sejarah penting."

Perkataan Claude ada benarnya juga. Siapa yang tidak tahu tentang perang besar setahun lalu melawan Dark Lord? Itu adalah kejadian besar yang tidak terlupakan bahkan setelah seratus tahun berlalu. Akan tercatat dalam sejarah Land of Dawn dan diajarkan di sekolah. Lesley menghela napas.

"Tapi... kau tahu." Lesley angkat bahu. "Nggak semuanya menganggapku sebagai tokoh yang baik dalam sejarah itu. Maksudku, aku dan adikku."

Claude bisa melihat bagaimana ekspresi gadis itu berubah sendu. Lesley tanpa sadar menyentuh mata kirinya yang tertutup poni rambut pink kemerahannya.

"Banyak yang membenci kami." lanjut gadis itu. "Mereka memanggil kami Vance terkutuk." Lesley tertawa hambar. "Jika bukan karena Paman Estes, Bibi Aurora, Bibi Pharsa dan beberapa hero petinggi lain, kupikir aku dan Harley nggak akan punya tempat lagi di sini."

Lesley ingat bagaimana kacaunya keadaan saat perang berakhir. Mereka memang menang tapi perang selalu menyisakan rasa sakit. Kesedihan yang teramat dalam akan kehilangan orang-orang yang dicintai. Kesedihan yang menimbulkan rasa sakit tak terobati dan berujung pada kebencian.

"Well, aku bukan termasuk orang-orang itu." Claude menyahut ringan. Ia mengacak rambut Lesley lembut. "Jadi jangan membebani pikiranmu dengan hal yang tidak perlu."

"...okay." Lesley menyentuh kepalanya. Sebenarnya agak tidak nyaman disentuh oleh laki-laki dewasa yang belum begitu ia kenal.

Claude sudah kembali duduk di kursi di balik mesin kasir dan membuka bukunya saat Lesley kembali bersuara.

"Mengapa nama toko ini Memento?"

Mendengar pertanyaan itu Claude tertawa ringan. Ia tidak langsung menjawab. Membiarkan Lesley menunggunya membaca beberapa kalimat lagi di bukunya terlebih dahulu.

"Kau tahu, kadang suatu benda berada di tangan yang salah." sahut Claude tanpa memandang Lesley. Lesley memerhatikan bagaimana laki-laki itu terus fokus membaca. Claude membalik halaman selanjutnya. "Maka aku bertindak. Mengambil alih benda-benda itu dan menyimpannya sebagai kenangan."


Gusion turun dari mobil dan membanting pintunya agar menutup. Dahinya mengerut. Ia tahu dari Galion kalau Mamanya mengundang Lunox untuk makan malam di rumah mereka hari ini.

Tapi cuma makan malam, kan?

"Kenapa ramai banget?" tanyanya pada Galion. Kakaknya yang juga baru saja turun dari mobil tampak sama bingungnya.

"Apa mereka itu wartawan?"

Tepat setelah Galion mengatakan hal itu, mereka berdua dihujani cahaya blitz. Para fotografer yang jumlahnya tidak sedikit itu seenaknya mengambil gambar kedua Paxley bersaudara itu.

"Hei! Hentikan!" seru Gusion marah. Namun salah satu dari mereka malah menjabat tangannya, tersenyum lebar saat berkata.

"Selamat atas pertunangan anda dengan Nona Lunox, Tuan Gusion Paxley. Kami akan dengan senang hati menyebarkan kabar gembira ini."


*** tbc

me·men·to

/məˈmenˌtō/

noun

an object kept as a reminder or souvenir of a person or event

hi. im back >:) lol

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora