Love and Responsibility

3.8K 340 317
                                    

Setelah mengobati luka-lukanya, mandi, dan berganti pakaian, Lesley merasa jauh lebih baik. Harley sudah berhasil mereka selamatkan. Gusion dan semua teman-temannya juga baik-baik saja. Itulah hal yang terpenting bagi Lesley saat ini. Gusion sekarang sedang mengikuti pertemuan bersama para hero senior membahas soal kebangkitan Dark Lord. Tetua Paxley sudah memulai ritual mereka untuk menyegel portal masuk menuju Abyss. Lesley berharap gerbang yang menghubungkan Land of Dawn dan Abyss itu bisa segera tertutup dan tidak akan terbuka lagi. Dark Lord sebaiknya terkurung di sana agar mereka bisa beristirahat malam ini dengan tenang.

Lesley mengetuk kamar tamu di mana Harley sedang mendapat perawatan dari Bibi Rafaela.

"Masuk," sahut suara lembut itu. Lesley membuka pintu, lalu masuk. Bibi Rafaela menyambutnya dengan senyuman. Lesley balas tersenyum, pandangannya lalu beralih ke sosok adiknya yang masih terbaring lemah di ranjang. Luka-luka Harley sudah bersih, bahkan tidak terlihat goresan sedikitpun. Itu semua berkat sihir penyembuh Bibi Rafaela dan Paman Estes.

"Dia hanya perlu istirahat yang banyak." kata Bibi Rafaela ketika Lesley duduk di sisi ranjang Harley, mengelus sayang rambut ikal adiknya itu.

"Terima kasih banyak, Bi."

"Bukan apa-apa." Rafaela tersenyum, "Lukamu sendiri bagaimana? Kamu sudah dua kali di serang oleh Vexana, Lesley. Aku pikir kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Lesley hanya mengangguk. Saat ini ia merasa bukan dirinyalah yang harus ia pikirkan. Ia ingin melihat Harley sembuh dan ceria seperti biasa terlebih dahulu sebelum memikirkan hal lain.

"Dan kamu juga perlu banyak istirahat."

"Aku nggak yakin kita bisa istirahat," kata Lesley, lebih kepada dirinya sendiri. "Aku merasa masih terancam."

"Dark Lord akan dikurung di tempat asalnya." Bibi Rafaela menenangkan. Walaupun begitu Lesley bisa melihat ada raut cemas di wajah cantik itu.

"Aku harap begitu." putus Lesley. Ia mencium kening adiknya sebelum bangkit berdiri dan berpamitan pada Bibi Rafaela.

Saat keluar dari kamar Harley, mata Lesley menangkap sosok Gusion yang berjalan dari arah berlawanan. Gusion juga sudah berganti pakaian dan tampak lebih segar. Kalau di lihat-lihat mereka memilih pakaian yang hampir senada. Lesley memakai sweater tipis warna hitam dan rok pendek biru gelap sementara Gusion memakai kaus lengan panjang hitam dan jeans abu-abu gelap. Dahi Lesley sedikit mengerut. Warna serba gelap ini membuat perasaannya jadi gloomy.

"Hei." Gusion tersenyum lalu menundukkan kepalanya agar bisa mencium kekasihnya itu. Lesley membalas ciuman Gusion dan tersadar betapa rindunya ia pada momen seperti ini. Momen di mana Gusion menciumnya dengan sangat lembut. Cowok itu tidak memberi tanda akan menghentikan ciuman mereka, membuat Lesley harus mendorong dada bidang itu sedikit.

"Aku butuh bernapas, ingat?" katanya, sedikit tersengal.

Gusion tidak menjawab. Ia hanya menatap Lesley lekat dan entah mengapa hal itu membuat perasaan Lesley tidak enak.

"Ada apa, Gusion?"

Cowok itu nyengir lebar. "Nggak ada apa-apa." jawabnya singkat. Tapi Lesley lebih tahu. Mata Gusion tidak pernah bisa membohonginya. Ada sesuatu yang mengganggu cowok itu.

"Beritahu aku." Lesley meraih tangan Gusion, menggenggamnya erat. "Kumohon."

Gusion menghela napas, ia mengusap puncak kepala Lesley dengan lembut. "Cuma mau kasih tau kamu. Setelah apapun yang terjadi hari ini, aku ingin kamu selalu hidup sehat dan bahagia. Aku ingin kamu selalu ingat bahwa pernah ada seorang cowok keren yang sangat sayang padamu."

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن