The Cursed and The Saviour

4K 318 288
                                    

Harley memandang bingung ketika Kakaknya masuk begitu saja ke rumah tanpa menyapanya.

"Kak!" panggil Harley, tapi dicuekin. Lesley langsung masuk kamar dan membanting pintu.

Heran melihat kelakuan kakaknya yang tidak biasa, Harley menghampiri Gusion yang baru setengah jalan dari mobilnya yang diparkir di pelataran ke rumah mereka. Wajah Gusion juga terlihat sama kusutnya, seperti ada masalah.

"Kak Lesley kenapa, Kak?" tanya Harley cemas. "Kalian nggak bertengkar, kan?"

Gusion menghela napas. "Nggak. Cuma ada salah paham sedikit." sahut lelaki itu, enggan menjelaskan apa yang baru saja terjadi di rumahnya pada Harley. "Kau udah makan? Kita beli makan saja. Kakakmu nggak akan mood masak."

Harley mengangguk. Memutuskan untuk tidak ikut campur urusan kakaknya lebih jauh. Ia yakin Gusion tidak akan menyakiti kakaknya meski sekarang hubungan mereka agak sulit.

"Kak Gusion," panggil Harley saat mereka berjalan beriringan ke rumah. "Apa besok Kakak ada waktu?"

"Besok?" Gusion mengingat-ingat jadwalnya. "Cuma ada kelas pagi, setelah itu free. Memangnya kenapa?"

Harley teringat perkataan Nana yang menyuruhnya untuk berhenti mengeluh. Membenci diri sendiri, menghindar, tanpa mencari solusi atas permasalahan yang ia hadapi. Harley ingat Lesley pernah bercerita bagaimana saat Harley masih di kandungan dulu, kedua orang tua mereka secara rutin membawa Harley mengunjungi Bibi Pharsa. Lesley bilang bibi Pharsa akan merapalkan mantra untuk melindungi Harley dari ancaman orang jahat. Harley yakin ini ada hubungannya dengan Abyss.

"Bisa antarkan aku ke rumah Bibi Pharsa, Kak? Aku ingin bertanya banyak hal padanya."

Gusion bisa melihat bagaimana Harley serius. Tanpa bertanya, Gusion sedikit banyak bisa mengerti tentang keinginan Harley. Lelaki itu mengangguk. "Oke. Setelah selesai kelas, aku dan kakakmu segera pulang dan kita langsung ke rumah Bibi Pharsa."

Mendengar persetujuan Gusion, wajah Harley tampak bersemangat.

"Thanks, Kak."

***

Setelah makan siang, mereka bertiga segera berangkat ke rumah Bibi Pharsa. Lesley masih lebih suka diam daripada bicara pada kekasih atau adiknya. Harley bisa melihat Gusion sesekali melirik Lesley, tampak ingin bicara tapi mengurungkannya. Keduanya bahkan masing-masing memakai earphone, mendengarkan musik dari ponsel masing-masing. Suasana di mobil begitu awkward, Harley memutuskan untuk tidur saja daripada ribet (?).

Lesley menyandarkan kepalanya, memandang pemandangan di luar kaca jendela mobil yang bergerak. Barisan pohon pinus yang hijau sedikit menyegarkan pikirannya yang penat. Kalau bukan karena permintaan Harley, sejujurnya Lesley lebih memilih untuk tinggal di rumah. Mengunci diri di kamar, bergelung dalam selimut, lalu menangisi nasibnya.

Help me, it's like the walls are caving in
Sometimes I feel like giving up
No medicine is strong enough
Someone help me
I'm crawling in my skin
Sometimes I feel like giving up
But I just can't
It isn't in my blood

It isn't in my blood

I need somebody now
I need somebody now
Someone to help me out
I need somebody now

Lesley memang masokis. Sudah sedih malah dengerin lagu depresi (?).

Mama... hidup kami sekarang rasanya berat sekali.

Setetes air matanya membasahi pipi dan Lesley buru-buru menghapusnya. Tanpa bicara, Gusion meraih sebelah tangan gadis itu, mengaitkan jemari mereka. Sedikit merasa lega saat Lesley tidak menolak dan balas menggenggam tangannya.


Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Where stories live. Discover now