It's all my fault

3.3K 301 177
                                    

"Baik. Aku akan segera kesana." Lesley menutup sambungan telfon, menghela napas lalu bergegas kembali ke dalam kafe. "Aku duluan ya, girls." katanya sambil memakai ransel.

"Mau kemana, Ley?" tanya Odette penasaran melihat Lesley yang tampak panik.

"Adik aku berkelahi di sekolah."

"Lagi?" Freya menaikkan alis. Bukan cuma sekali ini mereka melihat Lesley buru-buru pergi dari kampus untuk menjemput Harley di sekolah karena adiknya itu terlibat perkelahian.

Lesley cuma mengangguk. "Sampai ketemu besok!" pamitnya lalu berlari keluar kafe.

Entah sudah keberapa kali dalam setahun terakhir ini Harley terlibat masalah di sekolah. Lesley sama sekali tidak mengerti mengapa adiknya sekarang sering sekali berkelahi. Padahal dulu Harley tidak seperti itu. Ia tidak pernah sekalipun membuat onar di sekolah.

"Aku harus pesan taksi." gumam Lesley, sibuk dengan ponselnya sampai tidak memerhatikan kemana ia berjalan dan menabrak tubuh tegap seseorang. "Aduh--" Lesley mendongak, sedikit blushing saat matanya bertemu dengan iris biru pucat itu. "Gusion..."

"Lihat-lihat dong kalau jalan." kata Gusion, pura-pura marah. Lesley memukul dada laki-laki itu, tidak memperdulikan saat Gusion pura-pura kesakitan.

"Harley berkelahi lagi." kata Lesley panik, membuat Gusion berhenti bercanda. "Aku diminta datang ke sekolahnya."

Gusion mengangguk mengerti. "Ayo, kuantar." ajaknya, meraih tangan gadis itu.

Lesley menggeleng cepat. "Aku bisa naik taksi kok nggak apa-apa."

Laki-laki itu tidak merespon. Hanya menggandeng tangan Lesley dan membawa gadis itu menuju pelataran parkir kampus.

***

"Ceritakan sama Kakak." Lesley memandang Harley dari balik kursi penumpang depan. "Kenapa kamu berkelahi dengan Cyclops, lagi?"

Alih-alih menjawab, Harley justru memandang keluar jendela-- menghindari tatapan Lesley. Harley hanya tidak mau melihat sorot kekecewaan di mata kakaknya itu. Melihatnya hanya membuat Harley merasa semakin membenci dirinya sendiri.

"Kalau kamu nggak cerita, Kakak nggak akan tau apa masalah sebenarnya." Lesley mulai terdengar putus asa. Harley tidak pernah mau cerita tentang masalahnya di sekolah dan itu membuat Lesley bingung. Ia yakin Harley tidak akan asal memukul Cyclops tanpa sebab.

"Nggak ada apa-apa, Kakak." sahut Harley akhirnya. "Bukannya anak cowok bertengkar itu biasa."

Gusion memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana di tepi kota. Harley keluar segera setelah Gusion mematikan mesin dan membuka kunci pintu mobil.

"Makasih tumpangannya, Kak Gusion." kata Harley, lalu berlari cepat ke arah rumah.

"Harley Vance! Kakak belum selesai bicara sama kamu!" teriak Lesley, buru-buru melepaskan seat beltnya dan turun dari mobil. Gusion ikut turun, melihat bagaimana kekasihnya itu berlari masuk mengejar Harley.

Gusion memandangi rumah sederhana dengan aksen kayu di hadapannya; rumah sewaan yang sekarang menjadi tempat tinggal Vance bersaudara. Memandangi tempat tinggal Lesley saat ini membuat Gusion benar-benar menyesal. Hidup gadis itu selama setahun kepergiannya mungkin lebih buruk dari apa yang bisa dibayangkan Gusion.

"Gusion?" suara Lesley memecah lamunannya. Gusion tersenyum. Menghampiri gadis itu yang sekarang berdiri di dekat pintu masuk.

"Harley masih nggak mau cerita. Dia langsung mengunci diri dalam kamar..."

Tangan Gusion reflek mengusap kepala Lesley lembut. "Beri dia waktu. Nanti kalau sudah tenang pasti Harley akan cerita sendiri."

Lesley menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangguk. Gusion benar. Harley butuh waktu. Lagipula Lesley merasa percuma mendesak Harley untuk bercerita saat dia belum mau. Harley sama keras kepalanya seperti dirinya.

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن