Secrets From the Past

4K 266 263
                                    

"Thanks, Ruby." ujar Miya saat meraih charger yang gadis pirang itu ulurkan. "Mamaku mungkin sudah membombardir dengan pesan dan panggilan."

Ruby terkekeh. "Pastinya." ia lalu kembali ke meja makan untuk mengelap sendok. "Tinggalah untuk makan malam Miya, setelah itu Granger akan mengantarmu pulang."

"Oke." gumam Miya sambil menyalakan ponsel yang sudah terhubung kabel charger. Dugaannya benar saja. Bunyi tanda peringatan pesan masuk dan panggilan tak terjawab terdengar berkali-kali, membanjiri notifikasinya. Miya mengecek, menemukan kalau pesan serta panggilan itu bukan cuma berasal dari Mamanya saja, tapi juga teman-temannya. Meski begitu tidak ada nama Alucard.

Well, Miya. Apa yang kamu harapkan? Bisiknya miris dalam hati.

Miya lalu buru-buru mengetikkan pesan untuk Mamanya. Menjelaskan bahwa ia baik-baik saja dan akan pulang setelah makan malam.

"Ayo Mi, nanti supnya keburu dingin." ajak Ruby yang sedang mengambilkan Granger nasi.

"Ya." Miya meletakkan ponsel di atas meja kecil, membiarkan benda itu mengisi baterainya. Ia kemudian menghampiri meja makan untuk bergabung bersama Ruby dan Granger. "Wah. Kelihatannya enak." kata gadis itu ketika melihat apa saja yang tersedia di meja. Nasi hangat, sup ayam, dan scramble egg. Ia duduk di kursi sebelah Ruby.

"Maaf cuma hidangan seadanya." kata Ruby tersenyum simpul. Miya tahu, gadis pirang itu memang sejak dulu tinggal sendiri. Sepertinya Ruby sempat tinggal bersama neneknya sebelum beliau akhirnya meninggal.

Miya menggeleng, tersenyum. "Ini lebih dari cukup."

Miya kemudian mengambil nasi dan lauk secukupnya. Ruby mengambilkan segelas air, meletakkannya di sisi kanan Miya. "Thanks."

Ruby mengangguk. "Enjoy your food~"

Miya mulai makan. Sedikit hambar, tapi lumayan untuk mengganjal perutnya yang sedang lapar. Ia teringat perutnya hanya terisi sarapan tadi pagi, dan roti isi yang Ruby berikan tadi siang. Miya melirik laki-laki yang duduk bersebrangan darinya. Granger makan dengan tenang. Segelas kopi terlihat mengepul di sisi kanannya.

"Jadi... kalian tinggal bersama?"

Pertanyaan Miya berhasil membuat Ruby menyemburkan makanannya. Granger menyeringai.

"Tentu saja, nggak." Ruby mengelap bibirnya dengan tisu makan. "Mengapa kamu bisa berpikir kayak gitu?"

"Habis kelihatannya seperti itu." Miya tertawa kecil. Ia lalu melanjutkan makan.

"Nggak. Granger nggak tinggal di rumahku." jelas Ruby, ia lalu menyapukan tangan kanannya ke udara, memberi gestur agar mereka melihat sekitar. "Apa kamu nggak lihat? Rumah ini begitu kecil. Nggak mungkin aku menampung pria besar yang makan tempat seperti dia."

"Tapi kamu jelas menampungku sekarang." Granger menaikkan alis.

"Oh. Memangnya aku punya pilihan?" Ruby menjulurkan lidah, "Mana mungkin aku membiarkan pacarku luntang-lantung, bodoh." tambahnya dengan wajah memerah.

Granger tertawa. "Makasih, sayang." Ia menjulurkan tangan untuk mengusap puncak kepala Ruby.

"Jadi Granger nggak tinggal di sini?" Miya lalu teringat Ruby memperkenalkannya sebagai Granger Hunter. "Dan, maaf, apa hubungannya kamu dan Alucard? Apa kalian saudara kandung?"

"Tidak. Aku tidak tinggal di sini." jawab Granger singkat.

"Dia itu tidak jelas tinggal di mana," bisik Ruby dengan wajah lucu, "Kadang bisa muncul di sini, di kota lain, di hutan--"

Granger menyeruput kopinya dengan berisik, sengaja mengganggu Ruby. "Aku dan Alucard bukan saudara kandung," katanya kemudian, "meski aku sudah menganggapnya begitu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Where stories live. Discover now