BAB 2 : Little Girl

10.2K 512 31
                                    


"Tadi kau jatuh pingsan," Seorang dokter yang tengah mengatur infus
Alfares menjelaskan semuanya.

Alfares jatuh pingsan tepat di depan pintu hotel. Untungnya petugas
disana segera bertindak sigap dan menelpon dokter langganan Alfares,
Dokter Juan yang tak lain adalah teman Alfares sendiri. Gadis asing
itu ikut membawa Alfares ke kamarnya karena merasa cemas terhadap
orang asing yang beberapa menit baru saja ia temui. Dengan polosnya ia
berkata bila hal itu di sebabkan olehnya.

Alfares dengan mata elangnya, terus menatap kearah gadis asing
tersebut. Tanpa peduli dengan kegelisahan gadis itu saat di tatap
seolah-olah Alfares tengah menelanjanginya saat ini. Gadis itu duduk
di sofa berwarna abu-abu tersebut dengan merapatkan kedua
kakinya yang di tutupi oleh rok berwarna pink. Pria yang berada di
hadapannya benar-benar aneh, gadis itu berkata dalam hati.

"Kau tidak meminum obatnya?" Juan menyadarkan Alfares dari lamunannya.

Alfares memandang kearah Juan. "Tidak."

Juan mendengus kesal. "Sudahku katakan untuk memakan obatnya sebelum
dan sesudah makan," Ia berdecak kesal. "Aku merasa repot untuk
bolak-balik ke penthousemu. Kau harus membayar lebih!"

Itu bukanlah masalah bagi Alfares. Uang adalah barang yang dapat di
lepaskan dan di dapat dengan mudah bagaikan air mengalir. Ia mengambil
dompet lainnya di balik laci meja nakasnya dan mengeluarkan beberapa
lembar uang kepada Juan. Juan tidak menerimanya dengan langsung. Ia
memandangnya sejenak, lalu kembali mendengus.

"Apa kau meremehkanku?"

"Bukankah ini yang kau mau?" Kata Alfares. Dia sangat berharap agar
Juan segera pergi dari ruangan ini supaya dirinya dapat berduaan
dengan gadis di masa lalunya ini.

"Aku hanya ingin kau meminum obatmu!"

Alfares meraih tangan Juan dan meletakkan uang tersebut di genggaman tangannya.

"Kumohon, biarkan aku sendiri."

Sendiri berarti hanya dirinya di dalam kamar ini, itu secara harfiah.
Tetapi sendiri yang dimaksud oleh Alfares adalah hanya dirinya dan
gadis asing ini di ruangan ini. Juan mengerti maksud dari tatapan
temannya. Ia melirik sejenak kearah gadis asing tersebut dan melangkah
keluar dari ruangan tersebut dengan kesal.

Disaat dokter itu keluar dari ruangannya, Alfares kembali menatap
kearah gadis asing itu. Ia tampak bingung sambil memeluk bantal
sofa di dadanya. Alfares bertanya-tanya dalam hati, dia tidak bisa
Bahasa Indonesia, bukan?

"Thank you for help me," Alfares memecahkan kecanggungan diantara
mereka. "Can you speak Bahasa?"

Ia ragu sejenak, tapi ia mengangguk. "Apa Tuan baik-baik saja?"

Alfares kembali tersenyum. Suaranya masih seperti anak-anak. Ia
memikirkan bila gadis asing itu masih berumur belasan tahun. Tapi,
Alfares masih mengingat kecantikannya hingga ia jatuh hati dalam pandangan pertama saat ia masih remaja dahulu.

"Berkatmu aku baik-baik saja."

Alfares memberikan senyumannya. Seperti kata-kata orang, menguap dan
tersenyum dan tertular kepada siapa pun. Senyuman gadis itu membuat
Alfares selalu ingin menatap wajahnya.

"That's letter," Gadis itu menunjuk kearah amplop padi yang berada di atas meja. "Aku tahu itu dari siapa."

Alfares menatap kearah gadis asing itu. Kali ini ia menatap penasaran kepadanya.

Sebagian orang berpikir bila perkataan gadis asing itu bagaikan
omongan yang sia-sia. Semua orang pasti tahu dengan melihat dari kop
surat tersebut bila surat itu berasal dari Peradilan Tinggi, tapi
bukan itu yang gadis asing itu maksud. Yang pertama kali di pikirkan oleh Alfares adalah gadis ini mengetahui surat ini lebih dalam darinya.

The Unfortunate LoveWhere stories live. Discover now