BAB 5 : Do You Remember?

6.4K 391 17
                                    

Bayangin aja yang di gambar atas 👆 itu Alfares.
Setelah baca jangan lupa di vomment ya...
.
.
.
.
.

        Perbincangan antara ayah dan anak tersebut membuat diri mereka
tertidur di ranjang yang sama. Tidak ada yang memisahkan mereka.
Mereka bagaikan kucing yang tidur melingkar di musim dingin. Saling
berpelukan satu sama lain dalam senyuman di alam mimpi mereka.

        Psikologis Alfares kali ini semakin membaik. Trauma masa kecilnya tidak muncul dalam beberapa hari ini. Ia merasa bila ini diakibatkan oleh kedatangan Misa di kehidupannya. Misa telah menjadi obat dari penyakitnya.

        Tapi, sifat aslinya tidak dapat ia hilangkan bagaimana pun juga. Di
pagi hari yang tenang (menurut Alfares) ia menerima telepon dari
kakaknya. Sungguh mengejutkan karena sebelumnya keluarganya jarang menghubungi dirinya walaupun melalui telepon. Misa masih tidur di kamarnya, itu membuat Alfares merasa lega untuk sesaat.

        “Haruskah kami kesana?”

        Alfares bertanya dengan suaranya yang rendah dan dingin, seolah-olah ia tidak menyukai topik pembicaraan yang ia terima. Jawaban dari sebrang sana membuat hati Alfares semakin tidak karuan. Ia
mengutuk-ngutuk dalam hati, kesal, dan ingin marah. Lalu, beberapa
saat ia terdiam di balkon penthouse dan segera menutup telpon secara
sepihak. Ia melemparkan begitu saja ponsel ke dalam penthouse secara
serampangan, tidak memperdulikan bila ponsel itu terbanting membentur
kerasnya lantai.

        Alfares menumpu kedua sikunya di pembatas balkon sambil mengusap
wajahnya yang terlihat kaku dan tegang. Ini masalah keluarganya,
keluarga yang sangat tidak ingin ia temui. Oh, tentu saja ia masih
mengingat apa saja yang dilakukan oleh keluarganya di masa lalu,
terutama ayahnya. Dan yang membuat Alfares frustasi adalah ayahnya menyuruh dirinya dan Misa ke rumah besar mereka. Kakaknya berkata bila ayahnya ingin menyambut Misa sebagai keluarganya. Apa pedulinya
mereka?

        “Papa...”

        Alfares menoleh ke dalam rumah saat ia mendengar suara Misa dari
dalam. Gadis itu telah bengun dari tidurnya masih dengan pakaian
tipisnya yang berpita. Alfares bersyukur karena tadi malam ia tidak
melakukan hal-hal aneh kepada gadis itu.

        Misa mengambil ponsel yang Alfares lempar ke dalam. Seolah-olah
bertanya, Misa memandang Alfares dengan kerutan di dahinya.

        “Misa.”

Alfares berjalan kearah Misa, begitu menurut gadis itu. Tapi,
sayangnya Alfares hanya melewati dirinya dan berjalan kearah kamar
Misa. Misa mengerutkan dahinya. Pria itu sangat gusar pagi-pagi ini.
Apa ada sesuatu yang terjadi di pagi hari yang cerah ini?

Misa mengikuti Alfares memasuki kamar miliknya. Kerutan di dahi gadis itu kembali dalam saat Alfares tampak tengah memasukkan beberapa baju ke dalam tas ransel miliknya. Gerakannya terburu-buru dan juga Alfares tidak meminta izin apa pun kepada Misa.

“Papa, ada apa?” Tanya Misa akhirnya.

“Hari ini kau tidak usah sekolah,”

Alfares menjawab sambil lalu. Ia
berputar mengelilingi ranjang Misa dan mengambil beberapa perlengkapan lainnya di laci meja rias Misa.

Misa semakin keheranan dan kebingungan. “Kenapa?”

Alfares tidak menjawab langsung. Misa merasa tidak enak saat merasakan atmosfir di ruangan ini tampak mencekam akibat tingkah Alfares yang aneh. Alfares berbalik menghadap Misa, lalu ia meletakkan ransel yang ia pegang ke ranjang.

“Kita akan bertemu kakekmu hari ini dan.... mungkin saja ia memintamu
untuk menginap disana.”

“Hari ini juga? Kenapa harus hari ini? Hari ini Misa masih sekolah.”

The Unfortunate LoveWhere stories live. Discover now