BAB 16 : Out of Control

5.3K 240 7
                                    

"Siapa dia?"

"Apa yang kalian lakukan disana?"

"Kenapa dia membawamu ke cafe itu?"

"Kenapa kau tidak mengangkat telponku?"

Alfares segera memberikan pertanyaan bertub-tubi kepada Misa. Misa hanya menunduk menatap flat-shoesny yang berwarna krem. Tatapan tajam Alfares membuat dirinya takut.

"Kau tahu, aku mengkhawatirkanmu, Misa. Selama satu jam aku mengkhawatirkanmu disaat aku tidak melihat dirimu di kampus sama sekali!"

Alfares tidak memperdulikan bila para pelayan tengah memperhatikan dirinya di balik pilar atau dinding. Ia tidak memperdulikan bila suaranya bergema memenuhi seluruh rumah. Disaat ia membawa Misa masuk, di ruang tamu ini, Alfares mengatakan keluh-kesahnya. Semua yang ia katakan mengenai perasaannya yang benci, kesal, dan terkejut saat melihat Misa bersama laki-laki lain di pinggir jalan.

"Maafkan aku, Daddy," Hanya suara cicitan itu yang dapat Misa keluarkan dari mulutnya.

Misa merasa takut disaat Alfares marah kepadanya. Ia tahu ia salah. Oh, sungguh bodohnya dirinya saat ia melupakan waktu hanya untuk bersenang-senang dengan teman barunya. Dan lebih bodohnya lagi, ia menghidupkan mode pesawat di ponselnya hingga Alfares tidak dapat menelfonnya.

Alfares menyipitkan matanya. "Maafmu membuat diriku semakin kesal."

Misa mendongak, menatap kearah manik Alfares yang berwarna hijau dan kembali menundukkan matanya disaat ia melihat kilatan api membakar daun yang segar tersebut. Menyisakan amarah yang membara, membakarnya hingga menjadi abu.

Misa tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ruang keluarga yang besar dan sunyi ini membuat suasana semakin mencekam. Alfares berjalan mondar-mandir di depannya. Langkah kakinya bagaikan dentingan bom di telinganya. Disaat suara itu berhenti, bom akan meledak kearahnya. Misa menggigit bibirnya.

"Jadi... Apa yang harus aku lakukan?" Katanya lirih.

Alfares menoleh kepada Misa membuat langkah kakinya berhenti. Misa semakin menundukkan kepalanya. Dari balik rambutnya yang menjuntai, ia dapat melihat sepatu Alfares yang berjalan kearah dirinya. Parfum Alfares semakin menyengat di indra penciumannya. Alfares menatap Misa yang tengah menunduk itu dengan tatapan tajam, merasa tidak suka saat Misa mengalihkan pandangan matanya darinya.

"Tatap aku, Misa."

Alfares mengatakannya dengan suara berat dan juga nada yang mengancam membuat diri Misa semakin ketakutan. Gadis itu tidak bergerak dan terus diam bagaikan patung. Hal itu membuat Alfares semakin kesal dan mendecakkan lidahnya.

"TATAP AKU, MISA!"

"Alfares!"

Mereka berdua menoleh kearah sebrang ruangan. Disana berdiri Leon dengan wajah khawatir bercampur tercengangnya. Dengan langkah cepat ia menghampiri Alfares dan Misa.

"Apa yang kau lakukan padanya?" Tanya Leon sambil melirik kearah Misa khawatir. "Kau memarahinya di sini? Di ruangan ini dengan para pelayan yang menguping di balik dinding?!"

Kali ini tampaknya Alfares telah naik pitam. Ia tidak memperdulikan perkataan Leon ataupun Misa yang mulai menangis sekarang. Dengan dirinya yang bagaikan singa, berdiri di depan Leon dengan 1 inchi lebih tinggi dari kakaknya, Alfares menatap Leon dari balik kacamatanya yang tampak mengkilat. Leon mundur satu langkah. Ia tahu, Alfares memiliki tempramen yang sulit dikendalikan terutama disaat dirinya tengah marah. Menasehatinya atau menegurnya adalah hal yang sia-sia. Tapi, kali ini Leon tidak memperdulikan hal itu.

"Dia anakku, Leon. Misa adalah anakku. Aku berhak melakukan apa pun kepadanya," Alfares berkata dengan giginya yang bergemelutuk sambil menatap tajam ke manik hitam Leon.

The Unfortunate LoveWhere stories live. Discover now