BAB 33 : Goodbye

2.5K 132 11
                                    

Maafkan diriku yang sangat lambat mengupdate cerita ini. Belakangan ini sangat banyak praktek dan belajar untuk persiapan ujian. Aku berencana menamatkannya sebelum UN, yah... supaya gak kepikiran lagi dan fokus UN heheheh...

Terima kasih yang masih menunggu cerita abal-abal ini
Astaga, entah kenapa aku merasa kemampuan menulis aku belum seberapa, masih jelek. Aku berharap banget ada yang komen, kritik, atau saran

Baiklah, selamat membaca semua^^
.
.
.
.

Alfares mengalami mimpi buruk. Mimpi yang sangat buruk hingga ia berharap bila hal itu hanyalah sekadar mimpi. Lagi-lagi, ia sulit untuk membedakan dimana ia tengah bermimpi dan menerima kenyataan. Apakah sesulit itu?

Pagi harinya, Leon, Alfares, dan Misa bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Seperti rencana yang dikatakan Leon sebelumnya, mereka akan pergi ke Kanada. Kakak tertuanya itu telah menyiapkan segala persiapan sebelumnya. Ini benar-benar direncanakan dan Alfares tidak mengetahui hal itu. Pasport, tiket, dan juga uang untuk perbekalan mereka pergi kesana telah Leon siapkan.

"Maafkan aku tidak memberitahumu sebelumnya, Alfares. Aku benar-benar sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari," Kata Leon sambil menyetir mobilnya.

"Kau benar-benar gila, Leon. Sejak kapan kau mulai mengkhianati ayah?" Ujar Alfares dengan suara merendahkan, tetapi hal itu tidak membuat Leon merasa kecewa.

"Semenjak aku mengetahui kalian adalah pasangan incest," Leon menjawab dengan nada meremehkan. Alfares melirik tajam kepadanya, merasa sedikit tersinggung dengan perkataan Leon. Tetapi, perasaan itu hanya muncul sementara dan menghilang begitu saja saat melihat kembali ke jalanan kota.

"Kau membalas ejekanku."

"Tidak. Aku hanya menjawab pertanyaanmu."

Leon memutar stir mobilnya memasuki tol menuju bandara. Sejauh ini rencananya berjalan dengan lancar. Tidak ada gangguan dari siapa pun atau apa pun hingga ia menyadari kehadiran mobil yang sangat ia kenal berada sepuluh meter di belakangnya. NEVADA 4386, walau plat mobil tersebut bertuliskan "Nevada", Leon tahu bila itu adalah mobil ayahnya. Pria itu pernah membeli mobil di Amerika dan meninggalkannya di rumah beliau yang berada di pinggiran Kota Las Vegas, tempat Alfares dan dirinya mencoba untuk mencari Misa sebelumnya. Sepertinya, rencananya tidak berjalan dengan mulus atau mungkin akan kacau.

"Alfares," Panggil Leon. Alfares menoleh kepadanya. "Sepertinya rencana kita tidak berjalan dengan mulus."

"Apa maksudmu?"

"Lihat kebelakang."

Alfares melirik ke spion mobil yang berada di sampingnya. Ya, seperti yang dikatakan Leon rencana mereka tidak akan berhasil. Mobil berwarna hitam yang ia ingat adalah milik ayah tirinya tersebut berada tepat di belakang mereka. Itu bertanda, pria tersebut telah menemukan mereka dan sekarang tengah mencari tempat yang tepat untuk mengambil Misa darinya.

"Dia disini," Gumam Alfares. Matanya menatap tajam kearah spion tersebut.

Misa menoleh kebelakang. Perasaannya tidak tenang disaat kedua kakaknya tersebut mengatakan bila pria tua itu telah menemukan mereka. Ini semua sia-sia, pikirnya. Mereka bertiga telah pergi menjauh dari Las Vegas ke Los Angeles untuk menghindari pria tua yang egois itu. Tetapi, jarak ribuan kilometer ini tetap saja membuat mereka ditemukan oleh pria tersebut. Satu pertanyaan muncul di benak mereka bertiga. Bagaimana bisa mereka menemukan keberadaan mereka?

"Setiap aku melakukan check-in, aku tidak pernah menggunakan nama asliku," Gumam Leon. "Tapi, bagaimana bisa..."

"A-apa yang harus kita lakukan?" Tanya Misa dengan suara mencicit sangat jelas bahwa ia ketakutan.

The Unfortunate LoveWhere stories live. Discover now