BAB 17 : Morning Trouble

4.9K 205 4
                                    

Hallo, akhirnya update setelah sekian lama. Thanks yg masih nungguin cerita abal-abal ini. Jangan lupa vomment ya^^
.
.
.
.
.
.

Pagi harinya, Jennie datang ke rumah Alfares dengan pakaian kerjanya yang ketat dan juga berkas-berkas di tangannya. Leon menyambutnya di ruang tamu, menanyakan tujuannya, dan juga mempersilahkan Jennie untuk duduk di sofa. Jennie berkata bila ia ingin membicarakan sesuatu dengan Alfares segera. Leon memahami hal itu. Ia bangkit dari posisinya dan segera memanggil Alfares di lantai atas.

Ia mengetuk pintu kamar Alfares terlebih dahulu. Menunggu sejenak apabila ada respon dari Alfares. Tetapi, beerapa kali dirinya mengetuk, ia tidak mendengar sahutan Alfares dari dalam. Leon mengerutkan dahinya. Apa Alfares masih tertidur? Tapi, bagaimana bisa ia telat?

"Alfares..."

Leon kembali mengetuk pintunya tapi, Alfares masih tidak menjawab. Leon mencoba membuka pintu kamarnya. Ia terkejut saat menyadari pintu tersebut tidak terkunci. Segera, Leon memasuki kamar Alfares yang didominasi hitam dan putih.

"Alfares," Gumamnya saat menyadari ranjang pria itu yang kosong.

Leon berjalan ke kamar mandi, tapi Alfares tidak ada di sana. Ia menggeram, kemana Alfares pergi? Leon berjalan keluar kamar sambil menutup pintu kamar Alfares kembali. Pandangannya tertuju ke pintu berwarna putih gading di sebrang kamar Alfares. Pikirannya berkata, kemungkinan Alfares tengah bersama Misa saat ini. Tapi, pikiran yang lainnya juga berkata, tidak mungkin Alfares berada di kamar Misa sepagi ini. Apa yang ia lakukan disana?

Leon memikirkannya sejenak. Hatinya sedikit percaya kepada pemikirannya ini. Walaupun ini terdengar absurd, tapi yah... tidak ada salahnya bukan untuk mengecek ke kamar Misa. Leon melangkahkan kakinya ke kamar Misa. Lalu, ia menempelkan telinga sejenak di pintu tersebut, mendengar sesuatu yang ada di dalam apabila si pemilik kamar telah bangun. Tapi, Leon tidak mendengar apa-apa.

"Misa..." panggilnya sambil mengetuk pintu kamar.

Tidak ada jawaban. Kali ini Leon mengetuk pintu lebih keras.

"Misa? Apa kau sudah bangun?"

Kembali tidak ada jawaban. Leon mundur satu langkah. Mungkin pemikirannya salah. Alfares tidak mungkin berada di kamar Misa. Ya, itu pasti salah. Memangnya dia akan melakukan apa berada di kamar Misa selama satu malam?

Leon memutar tubuhnya, mencoba mencari Alfares ke tempat lain. Tapi, suara pintu kamar Misa mengalihkan dirinya. Kali ini ia memandang tercengang sosok pria yang berada di depan pintu kamar Misa dengan pakaiannya yang kusut dan rambutnya berantakan. Matanya menyipit memandang Leon, melihat sosok di hadapannya yang tampak terlihat blur karena ia tidak memakai kacamata.

"Apa yang kau inginkan, Leon?" Tanya Alfares sambil mengucek matanya.

Apa yang dia inginkan? Apa yang Leon inginkan? Tubuh pria itu tidak bergerak untuk beberapa detik sebelum akhirnya akal sehatnya membawa dirinya dari pikiran negatif. Leon berdehem, lalu memandang Alfares.

"Sebenarnya aku ingin menceramahimu lagi, Alfares," Matanya melirik kebalik pundak Alfares, kearah Misa yang masih meringkuk di ranjangnya. "Apa yang kau lakukan di kamar Misa?"

Alfares menghela nafasnya sambil memutar bola matanya. Selalu pertanyaan yang tidak ia sukai.

"Apa kau mengetok pintu pagi-pagi seperti ini untuk menanyakan apa yang aku lakukan di kamar Misa? Baiklah, aku hanya tidur di kamar Misa. Kalau begitu, aku tutup pintunya."

Alfares menutup pintu tersebut, tapi terhalang oleh kaki dan juga dorongan dari tangan Leon, mencegah dirinya untuk menutup pintu. Alfares memberikan tatapan tajam dan menggeram, merasa kesal disaat Leon kembali mengganggu dirinya.

The Unfortunate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang