BAB 13 : The Real First Kiss

5.4K 289 15
                                    

Tampaknya aku slow-update ya. Maaf, banyak tugas dari sekolah yang harus di kerjakan. Yang sudah menunggu terima kasih. Yang sudah vomment terima kasih juga. Part ini jangan lupa di vomment juga ya...

Silahkan membaca MY LITTLE GIRL^^

.

.

.

.

.

Alfares menggeram. Wanita itu memandang dengan kerlingan nakalnya seperti yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Melihatnya membuat Afares ingin melemparkan cocktail ini ke wajahnya hingga membuat wajah cantik itu berdarah atau rusak. Mendengar kembali perkataan wanita itu yang mengatakan bila ia akan menjadi sekretarisnya membuat Alfares merasakan api yang meluap di seluruh tubuhnya. Bagaimana bisa?!

"Sekretaris?"

Alfares mengucapkan kata-kata itu sambil menatap tajam kepada Jennie. Sesekali ia melirik kearah Misa yang memandangnya dengan bingung.

"Ya! Aku adalah sekretarismu, Alfa."

Oh, Alfares merasakan sesak dan gerah. Ia meletakkan gelas cocktailnya begitu saja di nampan yang tengah dibawa oleh seorang pelayan. Leon melihat gelagat aneh saudaranya itu. Ia tahu, Alfares tidak menyukai hal ini.

Mereka berdua tahu siapa wanita ini. Dia adalah mantan pacar Alfares yang telah menghina dirinya. Alfares dan Jennie hampir bertunangan sebelum sebuah rumor yang tidak mengenakkan menerpa diri Alfares sehingga Jennie meninggalkannya. Tidak hanya rumor, Jennie menyukai harta Alfares, bukan dirinya.

Alfares tidak merasakan sedih saat Jennie meninggalkannya. Hanya marah yang ada di lubuk hatinya. Marah yang terkubur sekarang di gali kembali dengan alasan tertentu. Alfares membenci wanita ini hanya dengan melihat wajah atau pun siluetnya dalam kegelapan. Oh, dia datang jauh-jauh dari Indonesia ke Las Vegas hanya untuk melihat wanita jalang yang menghancurkan mood-nya ini? Sungguh pria itu ingin mencekiknya sekerang.

"Leon," Panggil Alfares.

Leon menghampiri Alfares.

"Bisakah kita mendapatkan sekretaris untukku secepatnya? Atau kita membuka lowongan besar-besaran untuk itu?" Kata Alfares.

Leon memberikan sebuah tatapan untuk memperingati Alfares. Walaupun Alfares tampak berbisik dengannya, tapi volume suaranya masih terdengar ke telinga Jennie. Pria berhati dingin itu berkata tanpa memikirkan perasaan Jennie yang masih berada disana. Itu tidak penting baginya. Jennie dan perasaannya sangat tidak penting baginya.

"Tapi, kau..."

Leon melirik kearah Jennie yang memandang Alfares dengan tatapan kesal. Wajahnya memerah akibat malu mendengar perkataan Alfares yang mengisyaratkan penolaka kepada dirinya.

"Aku ingin sekretaris yang lain. Bukan seseorang yang aku kenal. Seseorang yang baru, bertalenta, menarik, dan pantas menjadi sekretarisku."

Pantas. Jennie menggeram saat Alfares menekankan kalimat itu. Apakah ia tidak pantas menjadi sekretaris Alfares?

Leon belum menjawab perkataan Alfares. Ia berada di antara dua simpang yang membingungkan, setuju dengan ucapan Alfares atau tidak setuju karena ia merasa segan dengan Jennie.

"Ehm..."

Leon masih dalam keraguannya. Alfares menghela nafas. Ia tidak berniat lagi berada di acara ini. Ia pulang kembali ke rumahnya dan menghabiskan waktu bersama Misa. Mungkin— mengajari gadis itu.

"Baiklah kalau kau tidak bisa," Alfares meraih tangan Misa dan menggenggamnya. "Aku permisi."

Alfares melesat pergi antara kerumunan tamu. Misa yang berada di belakangnya menoleh kearah Leon yang memanggil-manggil Alfares. Tapi, pria itu tidak mendengarkan panggilan Leon. Ia hanya fokus dengan jalanan dengan karpet merah dan juga kerlap-kerlip di depannya.

The Unfortunate LoveМесто, где живут истории. Откройте их для себя