BAB 15 : The Arts Club

4K 207 15
                                    

Anggap saja gambar di atas itu Misa 👆
Maaf udh lama gak update karna masalah mood dan juga tugas. Makasih yg masih nungguin dan juga jangan lupa vote dan comment
Makasih^^
.
.
.
.

Misa memandang ke sekeliling kampus. Semua orang tampak berbeda disini. Perempuan dengan rok mininya walaupun saat ini tengah musim gugur. Laki-laki penggoda dengan bualannya yang menjijikkan. Para geng anak-anak terkenal seperti para anggota basket, gadis-gadis perumpi, atau... para nerd, dan hal-hal yang terlihat aneh di matanya. Misa merasa asing disini, walaupun gadis itu tampak terlihat sama diantara mereka.

Berbeda dari Indonesia, disini terlihat benar-benar sangat bebas. Ia hanya memandangi dengan jijik disaat sepasang kekasih yang tengah menempelkan dahi dan berciuman di dalam kelas dengan teman-teman yang lain melihat mereka. Oh, ini semua adalah teman barunya di tempat dan sekolah baru.

Lokernya berada di dekat persimpangan lorong dengan deretan berwarna biru. Misa mengambil kunci loker di tasnya. Lalu, membuka loker tersebut yang masih kosong. Paman Leon memberikan buku-buku ini untuknya tadi pagi. Sebaiknya setengah dari buku ini ia simpan di dalam lokernya.

"Hai, anak baru."

Misa terkejut dan hampir menjatuhkan buku-bukunya. "Hai..." Sapanya lagi.

"Akuntansi?" Laki-laki berambut keriting itu bertanya saat melihat buku-buku yang dipegang oleh Misa.

"Iya," Jawab Misa sambil memasukkan buku-bukunya.

"Kalau begitu, siapa namamu? Aku Ryan Bennett, ketua Arts Club."

"Misa Quinn," Misa menutup pintu loker dan menguncinya.

"Kalau begitu, Misa..."

Seorang gadis berambut pirang menghampiri mereka. Pakaiannya yang terlihat aneh membuat Misa memandang gadis itu dari atas hingga bawah. Ia terlihat sedikit tomboy tetapi wajahnya sangatlah cantik. Blazer denimnya membuat diri gadis itu seperti penyanyi rock dan beberapa rambutnya yang dicat berwarna ungu.

"Ryan, kami mencarimu dari tadi," Ucap gadis itu kepada Ryan.

"Oh, aku hanya ingin mempromosikan Club kita."

Gadis itu tidak menyadari kehadiran Misa sebelum Ryan memberi isyarat dengan matanya. Si pirang itu menoleh kearah Misa, memandang Misa dari atas hingga bawah seperti yang dilakukan Misa kepada dirinya.

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," Kata Si pirang itu lagi dengan wajah menyelidik.

"Aku murid baru. Pindahan dari Indonesia," Jawab Misa.

"Indonesia?"

Ryan dan Si pirang memandang satu sama lain. Ia cukup terkejut dengan perkataan Misa. Sekolah ini jarang mendapatkan murid yang berasal dari Indonesia, terutama Asia. Las Vegas yang dikenal dengan kota hiburannya membuat para turis Asia Tenggara tidak terlalu banyak datang atau bersekolah disini. Tentu saja karena perjudian dan juga prostitusinya yang dianggap sudah biasa di Las Vegas.

Hening sejenak diantara mereka bertiga. Misa melirik kearah kelasnya yang berada di sebrang lorong. Disekitar mereka sudah mulai sepi dan murid-murid memilih untuk memasuki kelas.

"Sepertinya kelasku sudah di mulai, aku permisi."

"Kalau begitu, ambil ini," Ryan menyodorkan sebuah brosur kepada Misa. "Siapa tau kau tertarik dengan Club kami."

"Oh, terima kasih."

Misa menerimanya dan memandang brosur tersebut. Sangat banyak warna dengan tulisan yang sangat artistik. Gadis itu hanya membaca sekilas dan ia melihat tulisan "Dancing and Acapella" disana. Ia memilih untuk membacanya nanti disaat ia telah berada di kelas. Lorong yang sepi ini membuat dirinya sedikit merasa takut.

The Unfortunate LoveWhere stories live. Discover now