5. Foe

12.4K 1.3K 15
                                    

Di salah satu dahan yang kuat pada pohon, Vonn berbaring bersandar. Suasana gelap malam tidak mengurangi penglihatannya yang tajam. Tangan kiri Vonn mendekap bungkusan daun kering, sedangkan tangannya yang lain memegangi selembar dendeng basah seperti menggantung kaus kaki. Sembari menunggu kereta kuda yang mencurigakan lewat, dia akan menggigit rakus dendeng itu.

Pada pesta beberapa malam yang lalu, Vonn akui dirinya nyaris hilang kendali. Dia tidak pernah suka Susa pergi ke mana-mana ditemani Juda. Tapi biar bagaimana pun, laki-laki itu masih lebih baik daripada orang asing yang belum jelas motif tersembunyinya. Beberapa tahun bersama Susa, Vonn tidak bodoh untuk memahami benar apa yang dilakukan gadis itu serta resiko yang menantinya.

Banyak orang menginginkan kematiannya. Tidak sedikit para bangsawan yang memiliki visi berseberangan dengan Ratu mengimingi imbalan yang besar demi potongan kepala Susa. Gadis itu tidak peduli. Bukan karena dia yakin baik Juda ataupun Vonn akan melindunginya—Vonn tahu Susa tidak pernah menyukai keduanya. Sederhana saja. Susa terlalu memasrahkan dirinya. Dia pernah menghadapi hal yang jauh lebih mengerikan daripada mendapat ancaman pembunuhan.

Lalu menyoal pesta waktu itu.. indera penglihatan Vonn tidak sedang mengkhianatinya. Laki-laki yang bersama Susa itu punya aura yang sangat ganjil. Dia bukan manusia, sama seperti Vonn dan Juda, sekaligus amat berbeda. Dia pintar sekali menyembunyikan hawa kekuatannya hingga Vonn harus menambah kepekaan.

Mata ungu yang indah seperti warna langit saat matahari tenggelam.

Tampaknya Juda juga memikirkan hal yang sama. Namun betapa pun mereka bertanya-tanya dalam hati, pada akhirnya mulut keduanya hanya terkatup rapat. Pertemuan itu tidak berarti apa-apa bagi Susa karena perhatiannya teralihkan oleh pergerakan mencurigakan beberapa bangsawan.

Sedikit banyak Vonn bersyukur karena Susa berbeda jauh dengan karakter gadis seusianya yang akan berjingkrak-jingkrak hanya karena melihat lawan jenis yang tampan.

Ketika bekal dendengnya tinggal setengah, Vonn akhirnya melihat kereta kuda itu dari kejauhan. Cepat-cepat dia mengepalkan bungkusannya menjadi amat kecil lalu menyimpannya ke saku celana.

Vonn tidak ingin salah sasaran, jadi dia memastikan lagi penampakan kereta kuda itu. Kereta kuda yang hitam, tanpa hiasan ukiran atau semacamnya. Selain kusir yang duduk di kursi kemudi, Vonn juga melihat sedikitnya lima orang laki-laki yang menyertai. Mereka memakai penutup wajah, dan pakaiannya serba hitam.

Saat ini sudah tengah malam lewat. Waktu yang sempurna untuk bergerak tanpa takut diketahui siapa pun. Benar-benar mencurigakan.

Berusaha untuk tidak menghasilkan secuil pun suara, Vonn kemudian bergerak mendekat. Tidak terlalu dekat, juga tidak terlalu jauh hingga dia bisa melihat luka melintang di hidung salah satu pengawalnya. Sesuai arahan Susa, Vonn menunggu sampai kereta kuda itu berada di tanjakan. Tangan kanannya tengah meremas-remas batu kecil yang sudah dia siapkan.

Vonn membidik. Detik selanjutnya batu itu melesat dengan kecepatan tinggi. Ukurannya yang kecil memudahkannya melesak masuk ke gerigi terdalam roda kereta. Vonn tersenyum. Tangannya menjulur, kemudian menarik sesuatu yang tidak kasat mata. Bunyi patahan terdengar. Si Kusir mengerjap bingung. Refleksnya terlambat ketika tiba-tiba rodanya lepas.

Tawa geli Vonn pecah melihat mereka bereaksi panik. Roda yang menggelinding berhasil ditangkap, tapi keretanya langsung roboh ke samping. Tidak ada yang berani menahan karena beban kereta yang berat. Sang Kuda meringkik nyaring, bahkan sampai terseret karena muatan yang ditariknya mulai merosot.

Pintu kereta terbuka, tidak sanggup membendung beban benda yang ada di dalam. Kantung-kantung itu tumpah ke tanah disertai sumpah serapah dari para laki-laki yang mengawal.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang