19. Starry Night

6.1K 739 27
                                    

"Tamu sudah datang. Dia telah diantar ke gazebo samping."

Informasi itu menghentikan Susa dari kegiatan menulisnya. Kemarin secarik surat diantarkan ke manor. Surat pribadi, tanpa embel-embel kepentingan apa pun. Penulisnya ingin bertemu dengan Susa. Tidak memedulikan balasannya, dia datang memberanikan diri, terkesan tidak peduli jika seumpama gerbang manor akan selalu tertutup rapat.

Lagi-lagi Susa mengenakan topi jaringnya—karena kali ini tamu yang datanglah bukanlah seseorang yang ingin dia temui. Susa menemuinya semata karena menghargai usahanya. Entah apa yang akan dikatakan pria yang penuh gurat lelahnya itu.

"Tuan Ladrillo." Susa memanggil namanya dan pria dengan setelan jas abu-abu itu buru-buru bangkit berdiri dan menanggalkan topinya sebagai salam.

"Maaf mengganggumu pagi-pagi begini, Nona Llaner. Seperti yang anda tahu, waktu saya tinggal sedikit," kata Ladrillo yang beraut masam.

"Katakanlah. Pasti sulit sekali membujuk prajurit istana yang menjaga ketat rumahmu," balas Susa dingin. Dalam hati dia merutuk ketidakbecusan penjaga-penjaga di sana. Mereka rentan menerima suap.

Ladrillo makin menunduk kemudian tersenyum pahit. Pergi ke manor Susa sama dengan masuk ke kandang singa. Tapi risiko itu tanpa ragu diambilnya karena sesuatu yang akan dilaksanakan besok. Susa telah menggelar hukuman penggal lagi untuk bangsawan yang terlibat soal monopoli pangan pada pemerintahan sebelumnya. Ada tiga nama yang tertera di daftar Susa. Dan untuk pertama kalinya, Susa kedatangan kunjungan yang tidak resmi dari orang yang dicap bersalah.

Apakah dia hendak mengemis supaya diampuni? Karena dari wajahnya tersirat demikian.

"Saya akan menerima hukuman dengan hati lapang," kata Ladrillo kemudian. "Saya tidak akan mengelak karena semua bukti sudah ada. Kedatangan saya ke sini, hanya untuk mengajukan permohonan terakhir yang sama sekali tidak terkait apa pun dengan apa yang akan terjadi besok."

Ladrillo menciptakan jeda sementara Susa diam menunggu. Melalui dinding tipis jaring topinya, dia bisa melihat pria itu kesulitan menelan ludah. Cekung dan gelap di bawah matanya menunjukkan kegelisahan yang menghantuinya beberapa waktu terakhir ini. Orang tua seperti dia seharusnya beristirahat dengan tenang sembari menunggu kematian menjemput. Namun sayang akibat perbuatannya di masa lampau, membuat dia beserta keluarganya tertimpa bencana. Nama marganya akan disematkan label penjahat.

"Anda pasti tahu saya memiliki tiga putra dan satu putri. Saat tiga putra kami juga membantu kejahatan ayahnya, si Bungsu amat berbeda. Dia tidak tertarik dengan harta yang kami tambah tiap waktunya. Dia jatuh cinta pada putra tukang kebun kami dan membangkang pada perjodohan yang sudah kubuat. Akhirnya saya mengusirnya dari rumah, dan mencoretnya dari daftar nama keluarga. Dia memperjuangkan cintanya dan akhirnya mereka menikah.

"Tiga tahun mereka tidak kunjung memiliki anak. Dia hampir larut dalam kesedihan. Lalu tepat saat saya menerima vonis hukuman mati, tabib mengumumkan kalau dia akhirnya mengandung." Ladrillo tersenyum hambar. Namun saat melihat bibir Susa bergeming pertanda gadis itu tidak tertarik pada ceritanya, senyum itu sirna.

Sia-sia saja kalau Ladrillo berniat membuat Susa mengurungkan hukuman mati.

"Saya pikir.. saya pantas mendapatkan sesuatu karena sejauh ini tidak pernah mengajukan pembelaan atau mencoba berkelit. Tolong bebaskan si Bungsu dari kejahatan ayahnya. Hanya si Bungsu.. dan saya akan sangat berterimakasih pada Paduka Ratu. Karena dia sama sekali tidak ada kaitannya dengan semua ini, juga sebagai jalan untuk menebus kesalahan saya padanya.

"Biarkanlah dia pergi sejauh mungkin dari Bethratèn dan bersumpah tidak akan pernah kembali ke sini. Anggaplah dia sudah mati. Dia akan hidup sebagai orang baru di luar sana, serta melupakan ayahnya yang seorang penjahat ini."

CassiopeiaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz