21. Another Shadow

5K 702 31
                                    

Saat merasakan pandangannya kabur, Susa sama sekali tidak berpikir kalau laki-laki itulah penyebabnya. Semua gara-gara aroma aneh yang menyergap hidungnya, anyir seperti darah. Susa tidak bisa menerka darimana bau itu berasal. Yang pasti bukan dari Viro—karena pagi ini dia menggunakan laudanum.

Terbiasa dengan pening yang datang tanpa peringatan, Susa pun menutup mata sejenak. Betapa terkejutnya dia saat mendapati tubuh Viro condong sangat dekat ke arahnya. Akibatnya, sinyal suara palsu yang tertangkap oleh telinga Susa terlupa begitu saja. Gadis itu sontak menarik diri dan mengerutkan kening menatap sang pangeran.

"Apa yang anda lakukan?"

Susa mungkin salah melihat, karena sekilas Viro juga menautkan alis seakan menganggap aneh reaksinya. Laki-laki itu lantas menegakkan punggung, merenggangkan jarak di antara keduanya selanjutnya tersenyum seolah tidak terjadi apa pun.

"Apa kau tadi sedang melamun, nona Llaner?" tanya Viro yang seketika membuat Susa salah tingkah. "Kau sengaja tidak mendengar permintaanku barusan?"

"Maafkan saya," balas Susa yang kembali pada raut datarnya. "Saya akan terus memantau semua yang pangeran butuhkan selama berada di Bethratèn. Akan tetapi permintaan anda kali ini di luar kewenangan saya. Silakan membicarakannya dengan Yang Mulia Ratu."

"Begitu? Sayang sekali ...." Viro memalingkan wajahnya kembali ke pekarangan untuk melempar pakan.

Apa maksudnya ucapan laki-laki itu? Dia bisa mendapatkan semua hal tanpa Susa perlu ikut campur.

"Tanpa mengurangi rasa hormatku, nona Llaner ... Bangsawan yang terpilih untuk menjadi anjing ratu yang loyal akan melakukan segala cara demi sang Ratu. Apa kau juga begitu?" ujar Viro tenang sambil tetap menatap lurus ke depan. "Jika Denior benar-benar sekutu yang penting bagi Bethratèn, apa kau akan melakukan apa pun demi membuat ayahku tetap menjaga hubungan baik ini?"

"Saya tidak mengerti," tanggap Susa yang menganggap Viro terlalu berbelit-belit. Dia menyinggung soal penghangat tempat tidurnya sesaat lalu. Tidak mungkin ....

"Aku tidak berminat pada perempuan-perempuan yang dibayar untuk memuaskanku di sini. Kenapa bukan kau sendiri saja?"

Susa sadar dirinya tidak salah mendengar. Berani-beraninya pangeran berengsek itu melecehkannya? Sementara wajah Susa memerah, Viro tetap pada senyum samarnya yang memuakkan. Meski gadis itu marah, dia tidak akan melakukan apa-apa pada Viro.

"Acaranya akan dimulai sebentar lagi. Sebaiknya kita pergi ke balai pertemuan sekarang, pangeran," katanya lalu menyingkir supaya Viro melangkah lebih dulu.

Mereka pun melanjutkan kegiatan dalam istana, seolah percakapan tadi tidak pernah ada.

***

Sebelum hari beranjak sore, Susa berhasil meninggalkan istana menggunakan berbagai alasan. Bahkan ketika kereta kuda yang ditumpanginya belum benar-benar berhenti, Susa membuka pintu dengan kasar dan melangkah masuk ke manor. Tingkahnya yang gusar terlihat jelas oleh Juda dan Vonn yang ikut masuk ke ruang kerja gadis itu.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Vonn.

Membeberkan apa yang dia dengar tadi akan memancing amarah Vonn, jadi Susa memilih diam.

"Sampai kapan kau akan mengabaikanku terus seperti ini?" Tidak diduga intonasi Vonn meninggi. Dia menghampiri Susa dan tubuhnya menjulang persis di hadapan gadis itu. "Aku bisa benar-benar marah padamu, kau tahu? Malam ini juga aku akan pulang dan jangan harap aku kembali ke sini sebelum kau minta maaf!"

"Apa lagi ini?" Alis Susa terangkat—tidak menganggap serius perkataan Vonn.

"Kau selalu semena-mena! Tidak pernah sekali pun memedulikan peringatan dariku. Saat kau celaka seperti kemarin, kau malah mengusirku pergi. Kesabaranku sudah habis! Aku mau pulang!"

CassiopeiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora