10. Winter wind

9.3K 1K 23
                                    

Corinth sama sekali tidak menduga kalau Susa yang akan datang ke kastil Stover. Corinth mulanya hanya mengernyit penasaran sewaktu seorang kurir datang mengantar surat. Begitu merobek sisi atas amplopnya, Stover membaca tulisan yang tertera dan hanya dalam waktu singkat wajahnya memucat.

Mereka akan kedatangan anjing Ratu yang berniat menggeledah rumah. Stover tidak bisa mengelak dari ini. Menjadi salah satu dari sederet nama bangsawan yang hendak diperiksa, sama sekali tidak terbayangkan dalam benak Stover. Bukan karena dia takut mereka akan menemukan sesuatu yang salah—Corinth yakin pria itu tidak pernah melakukan pelanggaran. Kecemasannya berasal dari kedatangan anjing Ratu itu sendiri.

Beberapa hari setelah tinggal di manor Stover, Corinth merasa cukup aman menyimpan sesuatu yang dianggapnya penting, yang mana dia sembunyikan dengan sangat baik selama berhibernasi. Corinth menemukan ruang bawah tanah itu, dan dia langsung menempatkan barang tersebut di sana.

Sebuah lukisan. Lukisan mayat tepatnya. Dan secara mengejutkan, gadis itu menemukannya lewat kebetulan yang luar biasa.

Vonn terang-terangan menyuarakan gerutuan sebelum menaiki tangga, meninggalkan Susa dan Corinth yang masih berada di dalam. Pintu di luar tidak ditutup—satu-satunya tawar menawar yang diajukan Vonn tanpa Susa perlu menanggapi. Dalam hatipun, Susa bersyukur Vonn melakukannya. Vonn bisa langsung menerobos masuk bila Corinth memperlihatkan gerak-gerik mencurigakan.

Keberadaan topi berjaring tidak berarti banyak di hadapan laki-laki itu, jadi Susa menanggalkannya. Raut tegang Susa masih tersisa. Bedanya sekarang dia lebih tampak tenang. Ah, harus dengan apa Corinth meyakinkannya kalau dia bukan ancaman?

"Apa kabar Susa?" Corinth mencoba mencairkan suasana. Tapi tampaknya pertanyaannya tidak memiliki efek.

Gadis itu diam saja.

"Cara termudah untuk menemukan sesuatu memang dengan mengacak-acak tempat yang dicurigai ya? Meski dugaanmu keliru, pernahkah terpikirkan kalau ini adalah bentuk intimidasi pada orang yang berpotensi menghalangi jalanmu?"

"Aku tidak perlu menjawab itu," balas Susa dingin. "Sekarang setelah aku yakin tidak menemukan yang kucari di sini, aku akan pergi tanpa menimbulkan masalah lagi. Kau pun bisa tenang."

Corinth menunggu. Kalau hanya untuk memberitahu itu saja, Susa tidak perlu sampai mengusir Vonn supaya mereka bisa bicara tanpa adanya pihak yang sewaktu-waktu menyela.

"Kau bukan manusia." Bukan pertanyaan. "Kau pasti tahu jati diri Juda dan Vonn di pesta waktu itu. Ada alasan tersendiri kenapa aku memegang kendali atas keduanya. Tapi kau ... berbeda."

Jeda sejenak. Corinth tidak bisa menahan lengkungan pada bibirnya melihat Susa yang bingung pada ucapannya sendiri.

"Kenapa kau menolongku waktu itu? Kalau kau hanya butuh mangsa, kau seharusnya membunuhku juga. Kau tidak melakukan apa pun pada mayat-mayat itu. Ditambah lagi kau juga ... mengobati lukaku."

"Apa itu kalimat sebagai ganti ucapan terimakasih?" Corinth terkekeh pelan, tapi Susa tidak terpengaruh oleh candaannya. Kata-kata gadis itu selanjutnya langsung melenyapkan seringai Corinth.

"Apa kau mengenalku?" Pandangan Susa menyelidik. "Kau tahu siapa aku? Ataukah kau mengenal ... keluargaku?"

Diamnya Corinth membuat Susa begitu frustrasi. Susa hanya bertanya untuk memastikan. Ingatannya pada perlakuan serta kata-kata Corinth saat menculiknya telah disimpulkan lebih dulu oleh Susa. Laki-laki itu mengenalnya. Susa yakin. Pertanyaan sesungguhnya adalah, sejak kapan dan di mana?

Kalaupun Corinth menjawab terus terang, gadis itu tidak akan percaya.

"Sekarang bukan waktu yang tepat, Susa," katanya. Sorotnya begitu lembut, seperti kehangatan yang ditawarkan secangkir teh sewaktu hujan badai menerjang manornya. "Tapi aku yakin semakin kita—.."

CassiopeiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora