18. Chaos

6K 753 23
                                    

"Bawa keluar semuanya. Aku tidak nafsu makan ...," kata Susa pelan.

Tubuhnya berbaring menyamping, membelakangi nampan makan siangnya yang diletakkan di atas meja kecil, juga di ranjang. Hanya satu suap saja yang berhasil masuk ke mulutnya yang terasa kering dan pahit. Dayang yang bertugas mengantar makan siangpun hanya bisa mengerutkan kening cemas. Sudah tiga dayang senior yang berusaha membujuknya makan tapi sia-sia saja. Ramuan dari tabib pun tidak terlalu berpengaruh.

Setelah berkali-kali memuntahkan isi perutnya, tidak mengherankan Susa kembali ke manor dalam keadaan pucat dan lemas. Bibirnya sedikit membiru dan ujung jarinya beku. Vonn meracau senewen hingga Susa menyuruhnya menjauh sementara. Hanya Juda yang sesekali menengok, tapi laki-laki itu tidak sekali pun berkomentar.

Mereka pun membiarkan Susa berbaring selama hampir dua hari ini. Dia hanya bergerak keluar bila membutuhkan sesuatu, atau bahkan membaca berkas-berkas yang masih menumpuk di ruang kerja. Selebihnya Susa akan menenggelamkan diri dalam selimut kalau rasa sakitnya mulai tidak tertahankan.

Selain Juda, tabib pun tahu bila gadis itu menunjukkan gejala keracunan. Juda sama sekali tidak berkomentar karena dalam hati dia yakin kalau Susa sebenarnya tahu. Buktinya alih-alih menodong pertanyaan pada tabib, dia langsung minta dibuatkan ramuan saja. Seolah-olah kejadian kali ini adalah murni akibat kesalahannya sendiri. Untunglah racun yang diasupnya tidak tergolong mematikan hingga setidaknya mereka sedikit lega.

Kalau Teira benar-benar ingin membunuhnya, dia tinggal memerintahkan gadis itu bunuh diri. Tidak perlu bersusah-susah membuat jamuan makan untuk berbasa-basi.

Susa mengerjap ketika baru sebentar dia terlelap. Pergerakan kecil dekat bantal membuatnya tersenyum samar. Telupu naik ke atas tempat tidur sambil membawa potongan apel dan kacang kenari. Mulutnya selalu terlihat menggembung untuk mengunyah.

"Apa itu enak?" tanya Susa dengan suara seraknya.

Telupu mendekatkan moncong ke hidung Susa lalu meletakkan remah-remah kacang. Hewan manis itu ingin membaginya.

"Terimakasih," ucap Susa lalu telunjuknya mengusap lembut kepala si tupai.

Sadar bila Susa sedang butuh kenyamanan, Telupu sengaja menaiki tubuh gadis itu. Saat berada dekat dengan wajahnya, dia sengaja mengibaskan ekornya, menggelitik pipi Susa. Susa tertawa kecil kemudian menegakkan punggung. Dia membiarkan Telupu mengunyah di pangkuannya, akibatnya selimut itu penuh dengan remah-remah kulit biji kenari. Sungguh, memperhatikan tingkah laku menggemaskan Telupu tidak akan membuat Susa bosan.

Susa mengangkat alis melihat makanan yang dibawa Telupu habis.

"Ayo ke dapur," kata Susa menyibakkan selimutnya lalu bangkit keluar kamar. Telupu langsung bertengger di atas pundaknya.

Tidak tampak siapa pun saat Susa hendak menuruni tangga. Sementara gadis itu berjalan ke dapur, sebuah kereta kuda singgah. Pengawal yang berjaga di gerbang membiarkan mereka lewat. Orang di dalamnya tidak langsung keluar melainkan hanya diam memperhatikan manor yang sepi tersebut. Dia menunggu sampai siapa pun dalam manor itu menyadari kehadirannya.

Kebetulan Susa telah kembali ke bagian depan sambil membawa wadah makanan untuk Telupu. Seorang dayang menghampirinya tergesa.

"Ada tamu yang berkunjung," ucapnya.

Menautkan alis, Susa lantas beralih ke pintu depan guna melihat siapa yang datang. Sedikit pun dia tidak memikirkan tampilannya saat ini. Rambut cokelatnya dibiarkan tergerai, agak kusut, ditambah sebagian remah makanan telupu menempel di sana. Tubuhnya pun hanya berbalut gaun tidur dan jubah bulu yang tebal. Saat pintu itu dibuka oleh dayangnya, seseorang di dalam kereta kuda beranjak turun.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang