13. Lullaby

8.1K 908 9
                                    

Ini mungkin pertama kalinya Susa menjamu tamu dengan benar. Tepatnya seorang tamu yang tidak memiliki kepentingan apa pun menyangkut apa yang gadis itu tengah perbuat. Aroma harum teh tidak lagi bisa membuat Susa rileks. Pukulan-pukulan dadanya berdentum tidak tahu malu merasakan sepasang mata ungu Corinth yang mengamatinya terus menerus.

"Apa aku datang di saat yang salah?" tanya Corinth membuka percakapan. "Maaf sudah mengganggu waktu luangmu, Susa."

Entah apakah Corinth sengaja atau tidak, tiap laki-laki itu menyebut namanya, sesuatu dalam diri Susa akan dirambati desir aneh yang pelan-pelan memercikkan api. Susa balas menatapnya dan Corinth tersenyum. Oh, astaga. Susa tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila laki-laki itu bersikap lebih dari ini.

"Kenapa kau mengirimiku banyak hadiah? Apa yang kau inginkan?" Tanpa basa-basi Susa bertanya.

"Apalagi? Tentu saja supaya bisa dipandang baik olehmu."

"Lalu?"

"Sejauh ini tidak lebih. Aku melakukannya dengan senang hati." Tepat saat Susa hendak membalas, Corinth menambah kalimatnya. "Kau bisa menyimpulkannya sendiri, bukan, Susa? Aku tidak sama dengan orang-orang yang berniat menjegal kakimu. Dan seperti yang telah kau simpulkan ... aku tidak akan pernah tertarik dengan sampah buatan manusia."

Gadis itu mengatupkan bibir. Ujaran yang begitu ringan dari Corinth seolah menegaskan kalau laki-laki itu tidak akan pernah ikut campur dengan urusan Susa. Dia memberitahu Susa jika dirinya tidak ingin menjadi musuh gadis itu. Namun di sisi lain, Corinth juga tidak menunjukkan gelagat akan memberinya bantuan.

Belakangan hadiah laki-laki itu amatlah sederhana. Hanya hal yang sederhana, tapi mulai mendapatkan perhatian lebih dari Susa.

"Kau berpikir terlalu rumit," kata Corinth lagi seolah bisa membaca alur pikiran Susa. "Tapi jauh lebih rumit mencari tahu apa yang sangat kau butuhkan saat ini."

Susa menyadari tatapan Corinth beralih pada Telupu. Ada rasa puas terselip pada binar matanya yang lembut. Telupu yang sadar tengah diperhatikan kemudian mendekat pada laki-laki itu. Tingkah manjanya sama seperti saat bersama Susa. Dia naik melewati lengah Corinth lalu berhenti di bahu.

"Dia akan selalu setia menemanimu jika dirawat dan dipelihara dengan baik. Aku akan mengatakan hal yang sama jika menyoal hubungan kita dengan seorang dan yang lain."

Lipatan samar muncul di dahi Susa yang tidak mengerti ucapan Corinth. Saat mata sendu laki-laki itu mengarah padanya, Susa merasakan atmosfer buram yang menyelimuti keduanya. Hanya Corinth yang berada dalam lingkup pandangnya sekarang. Keberadaan orang lain hampir-hampir lenyap, menyisakan radiasi hangat yang pelan-pelan mengusap permukaan kulitnya.

"Kenapa kau memilih memanjakannya, alih-alih mengurungnya, jika tujuanmu hanyalah menginginkan makhluk manis ini supaya tetap tinggal?" ujar Corinth sambil mengelus lembut Telupu dengan jari telunjuk. "Kau ingin ikatan yang tidak mudah terputus ... ikatan yang erat hingga mampu mengisi kekosonganmu. Lain jika kau mengurungnya. Dia akan langsung berlari pergi, sekali pintu sangkarnya terbuka. Dia takkan pernah kembali."

Susa tetap diam, tidak mengerti sedikit pun maksud Corinth.

"Bethratèn adalah negeri yang besar. Seorang Ratu tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa bangsawan yang menopangnya. Sama dengan manusia-manusia yang pernah kutemui, tidak semuanya jahat, tidak pula semuanya baik. Kau mungkin telah bersumpah untuk membersihkan kejahatan sebagian dari mereka. Tapi pernahkah kau memikirkan bangsawan yang tidak pernah terlibat? Stover Morgen misalnya."

Telinga Susa memanas. Keheningan yang diciptakannya justru menjadi bumerang. Corinth sedang mendiktenya. Siapa pun tahu itu. Susa yang biasa akan seketika geram lalu membentaknya. Namun kelembutan yang dipancarkan Corinth seolah meyakinkan Susa kalau laki-laki itu benar-benar tidak memiliki motif buruk.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang