25. Rupture

5.1K 695 17
                                    

Gail tengah berhati-hati membuka pembalut di leher gadis itu lalu menggantinya dengan yang baru. Peluh yang membanjir menyulitkannya. Napas Susa mengeluarkan uap panas mengembus tidak wajar. Demamnya sangat tinggi akibat luka yang diakibatkan olehnya sendiri. Berulang kali Susa juga menggumamkan sesuatu yang tidak jelas sembari menahan perih.

Tidak jauh dari sana, menjulang Corinth yang menunggu. Begitu Gail selesai dengan tugasnya, dia naik ke ranjang dan setengah rebah di samping Susa. Diambilnya kain kompres dari dahi Susa kemudian dia gunakan untuk menyeka wajah gadis itu.

Tercampur dengan kemarahannya, batin Corinth juga dipenuhi rasa bersalah. Corinth seharusnya memberikan peringatan lebih keras pada Susa supaya tidak lagi menemui Viro. Salahnya juga karena tidak memberitahu gadis itu, siapa sebenarnya pangeran Denior yang mereka elu-elukan. Namun terlepas dari semuanya, tindakan Viro yang di luar batas sama sekali tidak diduga oleh Corinth. Kalau niatnya untuk mengusik Corinth melalui Susa, Viro setidaknya akan berpikir ulang.

Juda dan Vonn adalah sepasang pengawal yang tidak pernah Corinth ragukan kemampuannya demi menjaga gadis itu. Sama dengan dirinya yang harus berhati-hati bila mendekati Susa, Viro juga akan melakukan hal serupa. Tapi bisa-bisanya kedua orang itu lengah. Terutama Juda.

Corinth ingin penjelasan yang masuk akal, jadi kali ini dia memutuskan membiarkan Juda dan Vonn melacaknya. Corinth tidak menyembunyikan Susa, melainkan hanya melarikannya ke kastil Morgen.

Pintu ruangan itu dibuka. Masuklah Juda dan Vonn dengan raut berbeda dan jalan pikirannya masing-masing.

"Aku akan langsung ke intinya," kata Corinth yang sedang tidak ingin berbasa-basi. Nada serta ekspresinya amat dingin membekukan, seakan bisa kapan saja menyerang mereka. "Kalian lengah dan hampir saja fatal."

Genggaman Vonn mengetat. Tidak mengherankan dia marah dan tersinggung, tapi ucapan Corinth seratus persen benar. Ditambah lagi Corinthlah yang telah menyelamatkan Susa. Emosinya tersalur ke wajahnya yang memerah disertai urat-urat yang mencuat. Mati-matian diredamnya keinginan untuk menjauhkan Susa secepat mungkin dari vampir buas itu.

"Telingaku tidak mendengar apa pun," aku Juda yang langsung saja mendapat perhatian penuh dari Corinth. "Di saat seperti itu dia seharusnya bisa dengan mudah memanggilku. Hanya satu panggilan dan aku bisa segera bertindak. Tapi waktu itu bahkan ... aku tidak bisa mendengar napas atau suara detak jantungnya."

"Sekarang?"

Juda menutup mata. "Aku bisa mendengarnya."

"Gail." Corinth menoleh pada abdinya yang belum pergi.

"Ada yang salah dengan tenggorokannya. Dengan luka seperti itu, dia seharusnya merintih kesakitan. Apa sebelum ini dia batuk?" Pria itu menatap bergantian pada Juda dan Vonn.

"Seingatku dia sangat sehat," jawab Vonn mengerutkan kening.

"Apa yang salah?" tanya Corinth.

"Kalau kecurigaan saya benar, seseorang pasti mencampurkan sesuatu pada makanannya."

***

Belasan pekerja istana yang penasaran bergerombol di depan pintu kamar yang rusak. Dindingnya berlubang dan beberapa perabotan hancur. Mereka tersentak dan buru-buru menyingkir memberi jalan ketika Teira datang. Perempuan itu melangkah menghentak. Rahangnya bergerak menahan kekesalan dan menggigit bibir.

Susa menghilang, dan bisa dipastikan dua pengawal sialan itu juga lenyap.

"Di mana Pangeran?" tanyanya.

"Kembali ke kamarnya dan sedang diobati, Yang Mulia."

Teira menatap singkat pada Horam dan laki-laki itu langsung bisa mengartikan perintahnya. Kurang dari satu jam, beberapa prajurit menyeret paksa orang-orang berbaju cenayang. Teira duduk di singgasana dalam balairung saat mereka dipaksa sujud serendah mungkin.

CassiopeiaWhere stories live. Discover now