Epilogue

10.4K 759 48
                                    

Dapur kastil Corinth kebetulan sedang sepi sewaktu Susa masuk ke sana. Gadis itu membawa sekeranjang penuh stroberi yang baru dipanen. Setelah berjalan-jalan di kebun, mereka kembali. Corinth bilang akan pergi sebentar mengurus sesuatu. Laki-laki itu menciumnya sekilas lalu menghilang entah ke mana.

Jam makan siang baru saja lewat dan mereka masih punya banyak waktu sebelum makan malam. Susa tiba-tiba mendapat ide. Gadis itu memindai semua barang di dapur: tepung, penumbuk, gula, ragi, telur dan aneka bahan lainnya. Betapa Susa selalu memimpikan hal ini, di mana dia bisa menguasai sebuah dapur lalu membuatkan sesuatu. Apalagi kini dia akan selalu menantikan seseorang kembali.

Setidaknya Susa tidak mencoba dari nol. Dayang-dayang pada kastil milik bangsawan dituntut harus menyiapkan olahan yang lezat dan tentunya bervariasi. Mereka punya puluhan sampai ratusan resep untuk dijajal bergilir. Resep-resep itu pun ditulis detil pada secarik kertas tebal dengan ukuran sama seperti amplop.

Susa akan membuat pai stroberi.

Butuh kekuatan ekstra saat menguleni adonan. Rahangnya sampai berhias tepung. Bercak-bercak merah pun mulai memercik ke celemek saat dia menumbuki stroberi supaya lembut. Merepotkan. Tapi ulasan senyum di bibir gadis itu telah menunjukkan segalanya.

Satu loyang bundar pai telah siap untuk dimasukkan ke pemanggang. Susa dengan hati-hati mendorongnya lebih dekat ke kobaran api. Sembari menunggu dia membereskan peralatan dan sisa-sisa bahan yang berceceran. Layaknya seseorang yang baru belajar, dia pun berkali-kali mengintip painya sembari mengira-ngira butuh berapa lama lagi sampai matang.

Rongga dada Susa mengembang lebar mendapati pinggiran pai telah berubah cokelat keemasan. Buru-buru dia mengambil sarung tangan tebal untuk mengambil loyang yang panas tersebut.

"Sejak kapan istriku punya hobi membajak dapur?"

Gadis itu terkesiap keras. Loyang panas itu mendadak terlepas dari pegangannya. Beruntung, Corinth yang sigap langsung menangkapnya—dengan tangan telanjang. Corinth bersiul singkat, sementara Susa mendengkus kesal.

"Kau mengagetkanku," kata gadis itu.

Corinth menyeringai. "Maaf." Dia mencolek sedikit saus stroberi pai itu menggunakan jari telunjuk lalu mengulumnya. "Mm ... ini enak. Mengesankan untuk seseorang yang membuatnya pertama kali."

"Apa yang membuatmu yakin ini yang pertama kali buatku?"

"Aku memperhatikanmu sejak menguleni adonan tadi," jawab laki-laki itu kalem lalu mencomot saus manis itu lagi. "Tidak kusangka kau bisa begitu berantakan dan sangat cantik di saat yang sama."

Pipi Susa kontan memerah. Corinth tidak akan pernah bosan menggodanya. Padahal Corinth sudah beberapa kali membuat gadis itu melayang sampai langit ketujuh. Tapi tetap saja rayuan ringan tadi masih membuat Susa malu seperti anak ingusan.

Mengendalikan gemuruh dalam dadanya, Susa melepas sarung tangan.

"Jangan memakannya seperti itu. Biar kuambilkan sebagian lalu kutaruh ke piring." Susa hampir meraih loyang painya, tapi Corinth langsung menjauhkannya.

"Ini masih sangat panas, Susa."

Susa mengerjap. "Lalu kenapa kau masih memegangnya seperti itu? Letakkan!"

Corinth mengedikkan bahu kemudian menaruh pai di atas meja. Seenaknya saja dia juga duduk di atas meja itu. Bukannya mengambil sendok atau semacamnya, Susa meraih tangan Corinth.

"Sakit?" Gadis itu memperhatikan bekas memerah yang melepuh di sana.

"Tidak." Corinth tersenyum.

Susa yang masih berpijak di lantai dituntun Corinth masuk dalam lingkar kakinya. Tangan laki-laki itu mengusap bekas tepung dan sisa stroberi pada wajahnya. Susa memejamkan mata, menikmati belaian lembut Corinth. Gadis itu pun masih bergeming saat Corinth mulai memajukan wajahnya lalu merangkum bibir manis itu.

Keduanya tersenyum. Corinth yang menatapnya lembut, sementara Susa yang tersipu.

Mungkin sejak saat itulah masing-masing mereka menyadari, tidak akan ada yang bertahan, sekali jalinan tangan mereka terlepas.

.

.

.

Officially end 😳
Terimakasih banyak yang sudah setia membaca Cassiopeia dari awal hingga akhir. Sedari awal, plot cerita ini memang benar dimaksudkan jadi seperti yang kalian baca saat ini 😳 Enjoy the sadness 😊

CassiopeiaWhere stories live. Discover now