39. Requiem

5.6K 706 86
                                    

Cermin tersebut lebih tinggi dari Susa. Kini ia memantulkan sosok gadis yang sedang mengenakan gaun tidur serta jubah bulu yang hangat. Dia menatap dirinya, lalu tanpa melepaskan tautan itu, tangannya mengusap pelan bagian perut. Sekilas tidak ada yang berbeda. Namun dia tahu, perlahan-lahan tubuhnya mengalami perubahan.

Pintu kamarnya diketuk. Susa menoleh dan mendapati Juda masuk dengan wajahnya yang datar seperti biasa.

"Mereka akan bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. Untuk sekarang, semuanya masih terkendali," katanya.

Setelah menyadari ada hal lain yang jauh lebih membutuhkan perhatiannya, Susa akhirnya bersedia meletakkan sedikit bebannya dengan membagikan tugas pada para menteri yang baru. Juda tahu hal tersebut masih begitu berat bagi Susa. Karenanya dia sendirilah yang akan memantau kinerja para menteri itu, berikut puluhan pejabat yang tersebar di seluruh penjuru Bethratèn.

Susa menatap Juda lekat. Beberapa detik gadis itu sengaja diam dan menyelisik apa pun yang bisa dia maknai dari Juda. Tindakan laki-laki itu benar-benar tidak ada yang bisa dia pahami.

"Kenapa kau melakukan semua ini?" tanya Susa. "Aku berkata kau telah bebas, tapi kau kembali ... Sekarang setelah keinginan ibuku terwujud, kau juga seharusnya tidak punya alasan lagi untuk tetap tinggal. Itu tidak ada dalam perjanjian."

Beberapa fragmen ingatan telah lama menghilang dari ingatan Susa kecil. Yang dia ingat hanyalah jiwa dan raga ibunya yang dilahap oleh Juda sehingga gadis itu membencinya. Menjadikan Susa penguasa memang tujuan yang terutama. Tapi segala sesuatunya harus setimpal. Menempatkan Susa pada kursi ratu sejak awal bukanlah perkara besar. Masih ada harga lain yang harus dibayar Juda.

"Katakan padanya, aku akan selalu menyayanginya. Apa yang kulakukan adalah demi dia. Lindungilah putriku sampai akhir hayatnya."

Di balik dendam dan ambisi permaisuri, wanita itu tetaplah seorang ibu.

Usia manusia paling-paling kurang dari seratus tahun. Waktu yang singkat untuk makhluk yang dicap mitos seperti Juda. Jadi ya, dia akan menjaga gadis itu sampai ajal menjemputnya.

Mungkin tidak akan lama lagi.

Juda selalu memastikan tempo detak jantung Susa. Ramuan mungkin membantunya. Tapi sampai mana dia akan sanggup bertahan?

Melihat Juda yang terus mengatupkan bibirnya, Susa menyerah. Kembali dia menoleh ke cermin. Senyumnya mengulas amat samar. Tubuhnya letih, namun dia begitu bahagia.

"Kau sudah menemukan Teira?"

"Dia takkan kembali," jawab Juda singkat.

Setelah membawa semua gaun-gaun mewah dan perhiasannya, Teira berpikir untuk memulai hidup baru dan lepas dari bayang-bayang Bethratèn. Dia membenci Bethratèn sama seperti membenci raja—ayah mereka. Teira tidak pernah berniat menjadi ratu seumur hidupnya, karena itulah dia tidak pernah menunjukkan diri pada rakyat, juga tidak mengukirkan namanya pada perkamen batu di balairung raja-raja Bethratèn.

Seburuk apa pun perlakuan Teira padanya, Susa memutuskan membiarkan Teira pergi begitu saja.

Setidaknya masih ada satu orang tersisa yang bisa Susa sebut keluarga setelah Corinth meninggalkannya.

***

"Jadi suami Ratu meninggal saat perang? Aih, kasihan sekali."

"Apa gerbang istana masih ramai?"

"Ya. Aku datang ke sana mengantar sekeranjang penuh buah-buahan dari kebunku. Para dayang pasti memasaknya jadi kue-kue yang lezat."

"Sudah berapa bulan omong-omong?"

CassiopeiaWhere stories live. Discover now