11. Morning Dew

9.3K 1K 14
                                    

Jenuh terus-terusan berada dalam ruang kerja manornya, Susa memikirkan cara lain yang bisa dia lakukan, khususnya di luar. Benaknya mengingat soal penyebab dirinya diculik dan hampir diperkosa oleh sekumpulan bajingan. Susa telah mengantongi nama dalangnya. Benar-benar kiamat bagi seluruh anggota keluarganya.

Tentu tidak cukup dengan membabat habis hama seperti mereka. Susa berhasil ditangkap ketika sedang lengah. Pencetusnya tidak lain adalah soal keberadaan pengkhianat di markas penyelidikan. Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara Susa untuk memilah mana yang berkhianat dan yang bukan?

Susa menggeledah sendiri lemarinya lalu memilih pakaian—bukan gaun yang sering dia kenakan. Atasannya serupa, dengan panjang menutup sampai ke bawah pinggul, namun bawahannya mirip dengan celana ketat pria. Beberapa bagiannya harus diikat atau dikancingkan dengan cara yang sedikit menyusahkan hingga ada seorang dayang yang membantu. Terakhir, dia menggelung rambutnya, memasang topi ikat, juga memakai sarung tangan.

Pintu kamarnya diketuk lalu dibuka. Melalui cermin, Susa melihat Juda.

"Kau mau pergi?"

"Ke markas penyelidikan. Sekarang," jawab Susa pendek.

"Akan kusuruh mereka menyiapkan kereta—.."

"Keluarkan saja kudaku." Gadis itu langsung memotong. Setelah semuanya siap, dia menghampiri wadah tabung di sisi samping lemari lalu mengambil sebilah cambuk yang ada. Susa pun melangkah keluar tanpa memandang Juda sama sekali.

***

Malam sebelumnya, sudah satu jam terlewat dan Stover mulai merasa ada yang tidak beres. Pria itu telah membiarkan putranya menyantap makan malam duluan karena Corinth tidak kunjung datang. Pelayan sudah beberapa kali memanggil-manggilnya, tapi tidak mendapat sahutan. Penasaran, Stover menghampiri sendiri kamar laki-laki itu lalu memberanikan diri membuka pintu yang tidak dikunci—hanya untuk menemukan tempat itu kosong.

Diam-diam, Corinth rupanya pergi dari kastil hanya sesaat setelah matahari tenggelam. Raganya cukup menyusahkan untuk berpindah jarak jauh, jadi dia kembali pada wujudnya yang serupa bayangan. Sosoknya menyatu dengan deru angin, membiarkan diri hanyut ke arah barat laut. Corinth butuh waktu beberapa hari sampai akhirnya dia bisa menemukan orang ini.

Serangga menyerupai kupu-kupu hitam menyertai perubahan wujud Corinth kembali. Kalau dugaannya tidak salah, area tempatnya berada kini masuk ke wilayah Denior, tepatnya berupa tanah pemakaman. Banyak sekali gundukan makam di sana. Beberapa saat digunakan Corinth untuk menyisir. Langkahnya pun berhenti tepat di hadapan satu nisan dengan ukiran tulisan yang memudar.

Mata ungunya berkilat, berbalur dengan gurat kemerahan. Mendadak terdengar bunyi pukulan-pukulan yang teredam. Timbunan tanah bergetar halus, namun lama-lama semakin keras. Yang dinantikan Corinth akhirnya tiba. Tangan berkuku runcing seperti duri itu akhirnya melesak keluar. Tubuhnya dipenuhi tanah dan debu yang menempel. Rambutnya pun telah tumbuh sangat panjang, menyamai tinggi badan.

Melihat Corinth, dia tersenyum.

"Yang Mulia ...." Dia memberi salam, setengah berbisik.

"Kau memilih tempat yang indah untuk tidur panjangmu, Gail," balas Corinth yang juga tersenyum menatapnya.

"Saya senang telah dibangkitkan sendiri oleh Yang Mulia. Ada apa gerangan? Apa makhluk laknat itu juga telah bangun?"

Senyum Corinth lenyap begitu saja. Gail mengingatkannya pada monster lain yang juga berdiam, mungkin menunggu saat-saat di mana keduanya rentan atau lengah. Keberadaannya tidak mudah dilacak. Alasan inilah yang membuat Corinth gagal membunuhnya kira-kira delapan ratus tahun silam. Kalau dia muncul sekarang pun, Corinth bisa dipastikan mengalami kegagalan kedua. Corinth membutuhkan sesuatu supaya monster itu bisa dilenyapkan tanpa sisa.

CassiopeiaWhere stories live. Discover now