Extended Chapter: Juda and Vonn

8K 755 40
                                    

Para dayang, kasim, serta semua orang yang ada di istana hampir semuanya berkumpul di halaman tengah. Lonceng ritual berdenting bersahut-sahutan. Tangisan terus terdengar sejak kemarin. Semuanya mengantar kepergian sang ratu untuk selama-lamanya.

Sementara mereka masih menyiapkan pemakaman yang megah, Vonn tidak sekalipun beranjak. Laki-laki itu selalu setia menemani di mana pun Susa berada. Setelah jasadnya dibersihkan, Vonn terus menerus menatap Susa yang membujur di atas pembaringan.

Semerbak wangi bunga tercium. Dengan gaun putih polos sang ratu didandani menjadi begitu cantik. Tubuhnya beralas ribuan mawar putih yang memenuhi peti. Susa terlihat seperti tertidur. Ronanya begitu tenang seakan-akan bisa saja dia terbangun lantas mengernyit melihat Vonn menatapnya.

Kesedihan Vonn tak mampu diutarakannya lagi. Rasanya bahkan berkali-kali lebih menyakitkan ketika kehilangan induknya.

“Tuan.” Sayup-sayup panggilan seorang dayang berpakaian hitam menarik Vonn dari lamunan.

Vonn menoleh.

“Iring-iringan sudah siap,” kata dayang itu memberitahu.

Vonn bergerak menyingkir, membiarkan para prajurit pengawal menggotong peti Susa. Dalam kebisuan, Vonn mengikuti ritual pemakaman hingga akhir. Bahkan ketika semua orang telah meninggalkan area pemakaman, Vonn masih setia menunggui.

Berhari-hari laki-laki seperti tinggal di sana. Tidak makan meski perutnya mulai merasa perih. Telupu menghampirinya—entah dari mana—membawakan beberapa butir kacang. Vonn tetap tidak beranjak.

Juda tahu tapi memilih tidak peduli.

Selang hampir seminggu, Vonn mendadak mendapat kunjungan yang tidak terduga. Seorang dayang yang memiliki hubungan paling dekat dengan Susa datang. Dia dayang yang juga membantu kelahiran si kembar dan ingat persis bagaimana setianya Vonn pada sang ratu. Dayang itu datang ditemani dayang-dayang yang lain. Mereka membawa si kembar.

Vonn menatapnya, mengerjap.

“Tuan Vonn,” ucap si Dayang yang tersenyum samar. “Istana ramai semenjak kehadiran pangeran dan putri. Tidakkah ingin menggendong mereka seperti pertama kalinya dulu? Anda terlihat sangat menyayangi mereka.”

Vonn membisu dan memalingkan wajah.

Tidak menyerah, dayang itu lantas meminta dayang lain mendekatkan si kembar pada Vonn. Si bayi laki-laki tampak terlelap, sedangkan si bayi perempuan balas menatap Vonn dengan mata bulat dan jernihnya.

Vonn tidak bisa mencegah dirinya terpaku memandang iris cokelat itu. Iris yang sama dengan yang dimiliki Susa. Pertama kali melihatnya, Vonn langsung tersihir. Rasanya sudah lama sekali dia melewatkan sorot hazel yang hangat itu. Padahal sebelumnya Vonn berpikir tidak akan pernah bisa melihat tatapan itu lagi.

Tiba-tiba si bayi menangis. Vonn dan dayang yang menggendong kebingungan. Mereka tidak menemukan sebab dia menangis kencang. Menelan ludah, tangan Vonn mengulur, mengambil alih si bayi. Ajaibnya ketika berada dalam dekapan Vonn, dia diam.

“Pangeran dan Putri belum memiliki nama,” kata si Dayang lagi. “Yang Mulia pasti akan senang sekali bila Tuan memberikan nama terbaik untuk mereka.”

***

Pagi-pagi benar Juda kembali ke istana. Sesaat setelah melewati ambang pintu, alisnya bertaut mendengar sesuatu. Jelas-jelas dia mencium kehadiran Vonn. Namun jika dugaannya benar, dia benar-benar tidak tahu alasannya Vonn singgah ke tempat seperti itu.

Perpustakaan dan ruang arsip.

Juda membuka lebar-lebar pintunya, mendapati ruangan tersebut seperti kapal pecah. Kertas-kertas dan buku berserakan di mana-mana. Juda melangkah perlahan. Hasil akhirnya dia menemukan Vonn yang berada di bawah meja, tengah menuliskan sesuatu.

CassiopeiaWhere stories live. Discover now