33. Judgment

4.6K 645 45
                                    

"Bagaimana?" Vonn bertanya setelah tabib membalikkan badan.

Sang Tabib menghela napas panjang. Buntalan kain menyeka tangannya yang basah dan sedikit bernoda ramuan obat. Mulanya dia tidak mengatakan apa-apa hingga Vonn semakin penasaran. Melalui isyarat mata, keduanya sepakat berbicara di luar kamar. Vonn menanti tidak sabar.

"Dia baik-baik saja. Memarnya akan sembuh dalam beberapa hari. Kita masih perlu menunggunya sadar untuk tahu efek yang lain, tapi ..."

"Tapi?"

"Saya menemukan hal lain."

Seharusnya keluarga atau kerabat Susa yang pertama kali mendengar ini. Si Tabib tidak memiliki pilihan. Hanya Vonn yang mempunyai hubungan lebih dekat dengan gadis itu dibanding pelayan-pelayan manor—karena dia tangan kanan Susa sekarang. Dengan ucapan yang lebih pelan dan stabil, si Tabib memaparkan seluruhnya.

Vonn mengerjap. Tubuh dan pandangannya terpaku beberapa detik. Usai memberitahu, tabib itu menepuk pelan bahunya kemudian bersiap meninggalkan manor.

Dalam diam, Vonn melihat dari jauh saat seorang dayang merapikan selimut Susa. Alih-alih menghampirinya, Vonn mencari-cari Telupu. Tupai betina itu bersembunyi entah di mana setelah Vonn mengangkat Susa menuju kamar. Hanya butuh mengendus baunya dan Vonn menemukan Telupu. Dia ternyata mendekam di rumah kayu mungilnya.

"Kemari." Vonn mengulurkan tangan. "Kita harus menunggui Susa sampai bangun."

Tubuh kecil itu lantas melompat dan bertengger di pundak Vonn. Vonn memang tidak menyukai tupai yang dicapnya sebagai setan kecil itu, karena dia bisa dengan mudah merebut perhatian Susa. Namun lambat laun Vonn menyadari kalau dia takkan bisa mengharap Susa senang jika tidak bisa ikut menyukai kesukaan gadis itu.

Keduanya lalu berdiam dekat Susa—Vonn duduk di kursi dekat ranjang dan Telupu yang berguling sesekali di atas selimut. Pandangan Vonn sayu mengarah ke kain yang membebat kepala Susa.

"Apa kau ingat, Susa? Hari kita pertama kali bertemu?" ujar Vonn mengajak gadis yang sedang terlelap itu bicara. "Kau melihat tubuh membusuk ibuku yang tergantung tinggi."

Kaum serigala semacam Vonn akan menjadi tumbal yang sangat berharga untuk ritual para cenayang. Mereka hewan buas yang kuat, tapi lemah terhadap sihir. Induk Vonn masuk dalam perangkap. Mereka menggantungnya lalu mengasapinya hidup-hidup. Darah masih menetes dari tubuhnya setelah para cenayang itu selesai dengan urusan mereka.

Vonn yang tertinggal sendiri melolong pilu. Terus-terusan dia menatap induknya, tidak tahu harus berbuat apa. Vonn masih terlalu muda untuk mengubah wujudnya menjadi manusia kala itu.

Tiba-tiba di sore hari, saat langit berwarna merah, Vonn merasakan seseorang mendekat. Dia menggeram, menghunjamkan tatapan tajamnya pada seorang bocah manusia berusia sepuluh tahun. Susa. Gadis itu tampak takut pada Vonn tapi kemudian dia mendongak ke atas. Beberapa gagak sedang mencabik-cabik tubuh induk Vonn lalu memakannya.

Vonn benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Susa tiba-tiba menangis kencang, seolah baru saja ada yang mencubit tangannya. Jeritannya membuat kuping Vonn sakit.

Tangisan itu rupanya juga menjadi sinyal bagi Juda. Vonn berjengit waspada kala laki-laki itu hadir. Sosok Juda sama sekali tidak berubah sampai saat ini—seorang laki-laki rupawan dengan setelan baju yang rapi. Susa masih terus meraung. Tangannya terangkat menunjuk induk Vonn yang tergantung. Perintahnya tidak terdengar jelas waktu itu tapi herannya Juda bisa paham.

Vonn menggeram mengancam supaya Juda tidak mendekati induknya tapi sia-sia saja. Sadar akan kesenjangan kekuatan keduanya, Vonn bergerak mundur. Dia melihat bagaimana Juda memotong ikatan tali gantungan hingga tubuh induk Vonn terhempas ke tanah. Meski terlihat tidak menyukai perintah Susa, nyatanya Juda menurut saja menggali tanah lalu menguburkan sang Serigala betina.

CassiopeiaWhere stories live. Discover now