MaT 2 - Dasar Om-Om

77.6K 2.8K 44
                                    

Sekarang mama dan papa sedang mengobrol dengan Om Dirga dan Tante Ghea. Sudah setengah jam aku dan Bang Vano menjadi patung di sini.

Kata Tante Ghea anaknya terlambat datang karena harus membereskan sesuatu di kantornya dan akan datang agak terlambat.

"Aku juga gak nyangka loh, Jeng kalo Eca sekarang udah segede ini," ucap Tante Ghea. Memangnya aku segede apa? Perasaan aku gak beda jauh dari dulu.

"Iya nih. Aku aja yang ngerawat gak sadar kalau dia sudah SMA," kata mama diikutin tertawaan renyah.

Aku hanya bisa memberika senyum dari sini. Bang Vano terlihat sedikit bingung dengan percakapan dua wanita paruh baya di sekitarnya.

"Sepertinya anak saya sudah hampir sampai," ujar Om Dirga sesaat setelah mengecek handphonenya.

Tidak berapa lama kemudia, seseorang memberikan salam dari arah pintu. Dengan spontan aku langsung melihat ke arah pintu.

"Maaf saya terlambat," ucapnya sopan dan langsung duduk di sebelah Om Dirga.

"Iya tidak apa-apa. Oh iya, bagaimana perkembangan SoeTech? Apakah semuanya berjalan baik-baik saja?" Tanya papa. Dan mereka langsung melanjutkan obrolan yang sama sekali tidak ku mengerti.

Aku tidak menyangka siapa orang yang sedari tadi berbincang dengan papa. Kenapa bisa ada dia? Iya, pak guru tergalak seantero SMA SOETARDJI. Pak guru Revansyah.

Dia juga memasang tampang kagetnya saat melihatku. Tetapi hanya seperti angin lewat, ekspresinya langsung berubah lagi.

"Ekh-m," papa berdeham sambil memposisikan duduknya menjadi serius. "Sebenarnya ada maksud dari kami mengumpulkan kalian di sini. Silahkan Dirga jelaskan."

"Maksud kami menyatukan kalian di sini tak lain dan tak bukan adalah untuk menyatukan keluarga Davon dan Soetardji, singkatnya kami di sini akan menikahkan Revansyah putra saya dengan Putri dari Johny, Tesha."

WHAT?! APA-APAAN INI? Kenapa jadi aku?

"Yah, maksudnya apa?" Tanya Pak Revansyah langsung.

"Hanya bermaksud menyatukan kedua keluarga ini," jawab Om Dirga dengan santainya.

"Pa?! Aku bahkan belom lulus SMA masa aku nikah sama Pak Revan? Diakan guru Eca."

"Sudah Eca ikuti saja apa kata kami. Semua yang kami putuskan adalah yang terbaik buat kalian," kata mama menenangkanku.

"Apa kalian butuh privasi untuk berbicara berdua? Eca ajak Nak Revan ke taman belakang," ucap papa memerintahkanku.

Tanpa berbicara sedikitpun dan dengan muka yang ditekuk aku langsung berdiri dan menuju ke taman belakang.

"Pak! Tolong bapak bilangin ke Om Dirga dan papa saya kalau kita sama-sama gak mau dijodohin begini," ujarku setelah sampai di taman belakang.

"Loh? Kenapa gak kamu aja yang bilang? Saya mah setuju-setuju aja."

"IH DASAR PAK REVAN PEDOFIL!" Kataku sarkastik.

"Enak aja kamu ngatain saya pedofil. Kalo di luar sekolah begini kamu jangan panggil saya pak bisakan? Saya ini baru lulus kuliah. Jadi gak tua-tua banget sampe harus dipanggil pak."

"Biar saya tebak, umur bapak 35 tahun."

"Udah saya bilang, saya gak tua-tua banget. Enak aja," ucapnya meremehkan. "Mulai sekarang saat di luar sekolah kita berbicara santai. Aku-kamu. Dan kamu bisa panggil saya apa saja selain pak."

"Om Rev-"

"Selain Om juga."

"Yaudah kalo gitu saya panggilnya langsung nama aja. Re-van-syah."

Me and TeacherWhere stories live. Discover now