MaT 8 - Korea They Are Coming!

53.3K 1.7K 11
                                    

Outfit saat ke korea.
~~~
Kenapa Revan tidak membicarakan tentang beasiswa itu kepadaku dulu ya? Batin Eca bertanya-tanya. Dia merasa akan ditinggal padahal baru saja menikah.

Entah mengapa Eca merasakan seperti itu. Revan yang juga bingung dengan reaksi Eca langsung menghampirinya dan duduk di sebelah Eca.

"Kamu izinin aku kan?" Tanya Revan dengan hati-hati sembari melirik sedikit raut wajah Eca.

"Aku gak izinin juga gak ada gunanya, itukan cita-cita kamu. Aku dukung kok," jawab Eca.

"Tapi kenapa muka kamu jadi bete gitu?"

"Aku cuma lagi mikir. Apa kata orang, baru nikah udah ditinggal," jelas Eca. Sebenarnya ia tidak memikirkan apa kata orang, dia hanya terlalu malu untuk mengatakan bahwa dia tidak ingin ditinggal.

"Yaampun, sekalipun aku keterima dan dapetin beasiswanya. Aku berangkatnya nanti, bahkan mungkin setelah kamu UN. Masih lamakan?

"Iya sih," balas Eca dengan lesu. "Yaudah aku mau turun, laper, kamu ikut gak?"

"Ayo."

Mereka beranjak dari tempat berbincang dan berjalan menuju bawah, dimana keluarga Revan sedang berkumpul bercengkrama.

"Gimana kalian kapan berangkat ke Korea-nya?" Tanya Ghea sesaat setelah ia melihat batang hidung mereka.

"Lusa kalo jadi, bun," jawab Revan.

"Ca, tadi John bilang katanya besok kamu disuruh foto KTP," ucap Dirga menyampaikan apa yang amanahkan sahabatnya itu.

"Loh? Ecakan ulang tahun ke tujuh belasnya masih nanti April kok foto KTPnya sekarang?" Tanya Eca yang kebingungan.

"Kamu umurnya sengaja dituain, biar buku nikahnya bisa segera diproses," jawab Dirga.

"Oalah, yaudah Om besok aku kesana."

"Loh kok Om? Panggil Ayah saja."

"Iya, O- eh, yah."

Tiba-tiba saja Revan berdiri seperti sempoyongan. Dia baru saja merasakan kalau bayangan potongan kejadian itu terlintas di otaknya.

Dengan segera ia memegang bahu Eca. Eca yang merasa bahunya dicengkram kuat langsung melihat ke arah samping dan dia mendapati Revan sedang memegangi kepalanya.

"Revan! Kamu gakpapa?" Tanya Eca dengan khawatir.

"Aku gakpapa, cuma sedikit pusing, bantu aku ke kamar ya," ucap Revan dengan lemah.

Keluarganya yang melihat hal itupun segera membantu Eca membawa Revan menuju kamarnya. Eca merasa ada yang tidak dia ketahui tentang Revan. Dan kenapa dirinya seperti ini.

Bugh...

Revan menabrak sesuatu yang empuk tetapi juga keras dan kemuadia dia terjatuh, dengan sangat hati-hati Revan mendongakan kepalanya ke atas. Yang dapat dia lihat hanyalah seseorang dengan badan yang sangat tegap dan besar berada persis di depannya.

Muka sangar pria itu membuat Revan ketakutan. Yang hanya dapat dia lankukan hanya memundurkan badannya tanpa berdiri. Dia takut kalau berdiri dia akan sejajar dengan orang itu.

"Revannnn!!!" Teriak anak perempuan itu. Revan membalikkan badannya dan mengintruksikan anak perempuan itu untuk pergi.

Seketika dia merasakan kalau kini tubuhnya sudah tidak bersentuhan dengan tanah. Pria berbadan tegap itu menggendong Revan dan membawanya.

"Kucilll!!!" Pekik Revan terbangun dari tidurnya dan membuat Eca panik dan langsung menghampiri Revan.

Tanpa aba-aba tiba-tiba Revan langsung memeluk Eca. "Biarkan dulu sebentar," kata Revan dengan lirih. Eca tidak bisa berbuat apa-apa selain mematung. Bahkan untuk sekedar menanyakan siapa itu 'Kucil' yang Revan maksudpun dia masih ragu.

Me and TeacherNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ