MaT 15 - Curiga

37K 1.3K 17
                                    

Eca merasakan ada yang aneh dengan Revan akhir-akhir ini. Dia bahkan berfikir kalau Revan sedang PMS makanya moodnya suka berubah-ubah. Seperti saat ini, lagi-lagi Revan memarahi Eca yang sedang telpon-an dengan Aldo.

Sejak kejadian satu minggu kemarin, lebih tepatnya saat Revan menarik Eca di mall, sifat Revan benar-benar berubah-ubah.

"Udah bilang aja kamu emang pacarankan sama dia," ucap Revan dengan sebal dilanjutkan dengan menghisap dalam-dalam kembali rokoknya kemudian menghembuskannya perlahan.

"Stop rokoknya bisa gak sih!" Eca mulai kesal, ia berjalan ke balkon kamar Revan kemudian menarik rokok yang ada di mulut Revan dan menginjaknya di lantai. "Pertama, aku gak pacaran sama Aldo! Kedua, tolong kurangi ngerokoknya, secara gak langsung kamu sama aja ngebuat paru-paru aku sakit!"

"Kalau kamu gak pacaran sama Aldo kenapa telpon-an terus? Chattingan terus? Apalagi minggu kemarin kamu jalan sama dia."

"Apaan sih?! kamu cemburu ya?"

"Ih, pede banget kamu! Aku ini guru kamu, apalagi aku walas kamu dan kamu taukan kalau di sekolah ada peraturan gak boleh pacar-pacaran?"

"Aneh banget si, kamu taukan kalau si Ola pacaran sama Haikal? Diakan sekelas sama aku dan walikelasnyakan kamu juga. Dia pacaran terang-terangan tapi gak kamu tegur atau kamu kasih sanksi tuh."

"Itu beda." Revan berjalan masuk meninggalkan Eca di balkon. "Dia belum punya suami," ucap Revan parau. Eca masih dapat mendengarnya walaupun tidak begitu jelas.

Eca berjalan menuju rak bukunya dan mengambil buku untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Dia berjalan dan duduk di meja kerja Revan. Bukan buku yang dibukanya melainkan handphonenya. Eca membuka galeri fotonya dan menemukan fotonya dengan Revan saat berada di Korea.

Entah mengapa senyum terus mengembang dari bibirnya. Dia terus menggeser layar handphone. Dia bahkan sepertinya Sudah melupakan alasan dia duduk di kursi itu.

Jglek...

Revan masuk ke dalam kamarnya setelah mengambil segelas air. Dia melihat Eca dengan tatapan sinis. Kemudian meminum segelas air yang Sudah dibawanya.

"Itu buku udah di depan kamu, tapi masih aja chattingan sama Aldo. Pake senyam-senyum sendiri lagi." Revan kembali melirik ke Arah Eca yang terlihat seperti tidak menghiraukan kalau ada orang yang berbicara di sekitarnya. Revan menaruh gelas yang sudah kosong ke atas meja, kemudian menghampiri Eca.

"KERJAIN!" Kata Revan sambil menggebrak meja. Eca hampir saja terbalik dari kursinya.

"KAMU MAU JADI DUDA YA?!" Kini gantian Eca yang berkata dengan nada tinggi. "Gila kali ya," umpat Eca dengan pelan.

"Padahal jelas-jelas buku udah di depannya tapi masih aja main hp. Emang si Aldo itu gak bisa nunggu dulu sebentar apa?"

"Siapa juga yang lagi chatting-an sama Aldo," sewot Eca kemudian menaruh handphonenya di samping bukunya.

"Itu kamu ketawa-tawa sendiri. Aku lebih berpengalaman ya daripada kamu. Itu tandanya orang lagi jatuh cinta."

"Apaan sih, iya kamu emang lebih pengamalan, soalnya kamukan udah tua." Eca beranjak dari tempat duduknya berniat untuk berjalan ke kamar mandi.

Bahkan belum sampai dua langkah dari tempat duduknya, ia ditarik kemudian dijatuhkan di atas kasur oleh Revan. Tiba-tiba saja Revan mendekat ke arahnya kemudian menaruh tangannya disamping Eca, kini wajah mereka benar-benar sudah sangat dekat.

"Kamu tau umur aku masih dua puluh dua tahun," ucap Revan, tetapi ada yang berbeda dari suaranya, kini dia terdengar lebih parau.

"E-e i-ya ta-u," kata Eca dengan terbata. Yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana ia menyelamatkan diri dari singa ini?

Me and TeacherWhere stories live. Discover now